
Trajectory of Existential Memory, Kenangan Berlapis dalam Seni Cetak Grafis

MIKROFON.ID – Tawaran residensi bersama The Singapore Tyler Print Institute (STPI) pada tahun 2010 silam, membuat Jumaldi Alfi seolah-olah ‘dipertemukan kembali’ dengan hasrat dan memori masa lalunya untuk mempelajari seni cetak grafis.
Melalui Pameran ‘Trajectory of Existential Memory’, Galeri Ruang Dini Bandung berkesempatan untuk memamerkan sepilihan hasil karya cetak grafis yang dihasilkan selama program residensi seniman di STPI tersebut, pada 8-24 April 2022.
Kumpulan karya cetak grafis ini menjadi bentuk refleksi eksistensi hidup Alfi melalui lintasan rekoleksi memori yang ia miliki.
Sebagai seorang individu kreatif, Alfi biasa ‘memanggil’ kembali pengalaman hidupnya untuk memetakan arah atau sekadar mengekspresikan emosi yang tersimpan dalam memorinya.
Alfi mengekspresikan memori dengan menggambarkan citraan perasaan atau pengalaman yang ia ingat dalam pikirannya.
Dalam catatan Ruang Dini, Alfi mengakui bahwa titik pijakannya dalam berkarya memang berangkat dari pengalaman personal juga spiritualnya. Ia menjadikan proses mengingat ini sebagai bentuk refleksi diri atas esensi-esensi yang diekstraksi dari memori atas fenomena serta pengalaman yang dihadapi, termasuk abstraksi spiritualitas dan eksistensi diri.
Meskipun karya-karya yang dipamerkan dalam pameran Trajectory of Existential Memory ini merupakan hasil dari cetak grafis, ia tetap berupaya untuk mendokumentasikan perjalanan estetisnya selama ini lewat media lukis, yang turut membawanya ke berbagai pameran di berbagai negara.
Karya-karya Alfi identik dengan citraan lapisan-lapisan dan beragam elemen visual yang selama ini juga selalu muncul dalam karya lukisnya.
Lapisan-lapisan ini hadir sebagai untaian dari setiap memori, rekoleksi, sekaligus kenangan yang ia miliki.
Boleh dibilang, karya-karya yang disuguhkan Alfi menjadi semacam jejak psikologis atas pengalaman dan esensi dalam hidupnya, dan hal ini termanifestasi dalam bentuk citraan yang boleh jadi melampaui batas kesadaran.
Dalam berkarya, Alfi seperti berupaya untuk menghindari kejelasan bentuk serta tatanan, dan hal ini ada keterkaitannya dengan kesadaran dirinya sebagai manusia.
Elemen-elemen visual yang muncul memberikan kesan acak seperti garis-garis, goresan tulisan dan kutipan; juga citraan lain seperti figur dan bagian tubuh manusia, tengkorak, bebatuan, ataupun kaktus.

Citraan yang ada dalam karyanya boleh jadi tidak diperhitungkan terlebih dahulu, melainkan hadir secara spontan.
Citraan ini dapat diargumentasikan sebagai produk dari ketidaksadaran yang tergambar, baik dalam memori maupun mimpi.
Hal tersebut membuat citraan elemen-elemen visual yang ia tuangkan dalam kekaryaannya dapat hadir tanpa pretensi.
Contohnya dalam seri karya “Renewall” dan “Reborn”. Berangkat dari latar belakang budaya dan memori atas pengalaman personalnya, konsep kematian (juga kehidupan) memiliki ruang dalam memori Alfi.
Dalam karya ini ia memunculkan citra tengkorak. Ia pun mengakui bahwa keberadaan spiritualisme cukup memengaruhi prosesnya dalam berkarya.
Dalam konsepsi spiritual budaya Timur, kematian bukanlah tanda dari keberakhiran melainkan suatu permulaan baru.

Kesadaran ini terwujud melalui karya “Renewall” dan “Reborn” yang diasosiasikan sebagai suatu siklus kehidupan.
Dari konsepsi kematian pada “Renewall” dan “Reborn”, memori pun kembali memainkan peranannya dalam membentuk eksistensi seorang individu.
Alfi sendiri meyakini bahwa jasad seseorang boleh jadi telah tiada, namun jiwa dan kehidupannya tak akan pernah berakhir, baik secara spiritual maupun pemikiran. Hal ini tentu tidak terlepas dari eksistensi memori.
“Keberadaan jiwa seseorang bisa jadi panjang, tergantung apa yang kamu lakukan semasa hidup (juga orang-orang yang mengingat pengalaman hidupmu di masa lalu),” ujar Alfi.

Dalam karya “Melting Memories”, Alfi pun memastikan bahwa memori atas masa lalu tidak akan pernah bisa hilang seberapa keras kita berusaha melupakannya.
Perasaan yang dulu sempat mengepung dapat kembali muncul sewaktu-waktu. Ingatan atas yang terjadi tiga puluh tahun lalu, bisa berkesan baru terjadi di hari kemarin.
Alfi mengakui bahwa perasaan kehilangan, ketakutan, serta kesepian masih membekas dan terekam dalam pikiran, atau bisa pula muncul dalam bentuk mimpi buruk.
Terlepas dari citraan kolase elemen-elemen yang ada, karya visual Alfi seolah-olah ditarik oleh esensi perasaan sunyi, seperti yang terlihat pada karya “Father and Son” dan “I Know the Moment Has Arrived”.

Sebagai seorang anak yang terikat pada budaya matrilineal terbesar di dunia yakni Suku Minangkabau, menjadikan keberadaan Ibu sebagai figur dominan dalam keluarga Alfi.
Kondisi ini secara langsung memengaruhi kesenjangan relasi emosional antara ia sebagai seorang anak, dengan ayahnya.
Tumbuh besar di tanah Jawa pun menghadapkan Alfi pada situasi paradoksal; di mana terdapat distingsi antar pola budaya dominan di sekelilingnya—yakni figur ayah yang menjadi sentral dalam keluarga— dengan praktik budaya di rumah tempat ia tumbuh.
Hal ini membuat rasa ingin untuk memiliki kedekatan emosional dengan sang Ayah tak dapat tercapai karena batasan budaya keluarga yang terbangun.
Ikatan emosional yang hilang dengan figur ayah ini, Alfi citrakan dalam bentuk dua batu yang berjarak—di mana simbolisme citraan batu merepresentasikan dua jiwa yang keras hati.
Koneksi yang hilang di masa lalunya ini meninggalkan bekas rasa hampa dan sunyi dalam memori Alfi dan kemudian ia tuangkan pada karya “Father and Son”.

Karya “I Know the Moment Has Arrived” pun menceritakan kisah tentang kesunyian yang serupa. Karya ini lagi-lagi seperti membawa Alfi ke memori masa lalu; saat ia sempat mengalami disorientasi atas realitas di sekelilingnya.
Alfi mengatakan bahwa semasa kecil ia sempat mengalami pengalaman dekat dengan kematian. Memori atas pengalamannya ini secara langsung mengubah kesadaran Alfi sebagai seorang individu yang eksis.
Ia seolah-olah dibawa masuk ke dalam domain jiwa dan mental yang lain, dan dihadapi pada pengalaman di luar ketubuhannya—hingga pada akhirnya perasaan terlepas dari kehidupan ini menghantarkan Alfi pada medan lain yang dipenuhi oleh kesunyian.
Di balik kesan ingatan gelap dalam “I Know the Moment Has Arrived”, Alfi justru kembali merefleksikan eksistensi hidupnya.
Judul karya yang merujuk pada kutipan lagu “Coming Back to Life” dari band psychedelic rock kesukaannya, Pink Floyd, itu membentuk pandangan bahwa meskipun memori atas pengalaman yang ia miliki sempat menggoyahkan kesadaran dan eksistensinya, pada akhirnya ia tetap bertahan dan kembali menghidupi hidupnya.
Melalui pameran Trajectory of Existential Memory, seri karya-karya yang Alfi ciptakan menjadi semacam bentuk refleksinya atas realitas personal dan faktisitas pengalaman masa lalu, ketika memori memainkan peranan dominan dalam membentuk kesadaran.

Dari catatan Galeri Ruang Dini, Jumaldi Alfi merupakan salah satu seniman paling dinamis dan berpengaruh di kancah seni rupa kontemporer Indonesia saat ini.
Alfi mendapat perhatian internasional di akhir 90-an sebagai salah satu anggota pendiri kelompok seni Jendela yang berpengaruh, yang fokus pada eksplorasi estetika dan material dalam wilayah yang lebih formalis dan pribadi memperkenalkan dinamika baru ke dunia seni rupa kontemporer Indonesia.
Alfi secara khusus dikenal karena ikonografi pribadinya yang menarik tentang tanda-tanda visual, yang mencerminkan pengalaman eksistensial dan spiritual pada tingkat individu dan kolektif.
Alfi tinggal dan bekerja di Yogyakarta, Indonesia dan telah banyak mengadakan pameran di Indonesia maupun internasional.
Pendidikan
2018 Artist in Residence, Project Eleven with Victoria College of The Arts (VCA), Melbourne
2010 Artist in Residence, STPI (Singapore Tyler Print Institute), Singapore
1999 Indonesian Institute of Fine Arts (ISI, Institut Seni Indonesia) Yogyakarta,Indonesia
1993 Indonesian High School of Arts (SMSR), Yogyakarta, Indonesia
Pameran Tunggal
2020 Footnote, SaRanG Building, Yogyakarta, Indonesia
Digital Spiritualism, SaRanG Building, Yogyakarta, Indonesia
2018 Blackboard Paintings, LATAR, Jakarta, Indonesia
2016 Sanata Dharma University Gallery, Yogyakarta, Indonesia
2014 Myth Sisyphus, Art Basel Hong Kong with Edwin’s Gallery, Hong Kong, China Melting Memories/Rereading
Landscape, Mooi Indies, ARNDT Gallery, Singapore
2013 Jumaldi Alfi’s, Blackboard Paintings, Primo Marella Gallery, Milan, Italy Re-PLAY #3, Jumaldi Alfi, OFCA International, Yogyakarta, Indonesia
2012 Asian One, Art Hong Kong with Sin Sin Gallery, Hong Kong, China
2011 Melting Memories #2, Nadi Gallery, Jakarta, Indonesia Nightswimmer, Metis Gallery, Amsterdam, The Netherlands Melting Memories, STPI (Singapore Tyler Print Institute), Singapore
Baca Juga: Kolcai Bandung Menyingkap Keelokan Rumah Jagal RPH Ciroyom
2010 Life/ Art #101: Never Ending Lesson, Sangkring Art Space, Yogyakarta, Indonesia Life/ Art #101: Never Ending Lesson, Valentine Willie Fine Art, Kuala Lumpur, Malaysia
2008 Color Guide Series, Nadi Gallery, Jakarta, Indonesia
2006 Alfi, iPreciation Fine Art Gallery, Singapore
2003 Cover, Centre Culturel Français, Yogyakarta, Indonesia Current Trend, Regent Hotel, Jakarta, Indonesia
2001 Alfi-Lukis, Lontar Gallery, Jakarta, Indonesia Derau-Noise, Bentara Budaya Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia
2003 Cover, Centre Culturel Français, Yogyakarta, Indonesia Current Trend, Regent Hotel, Jakarta, Indonesia
2001 Alfi-Lukis, Lontar Gallery, Jakarta, Indonesia
Derau-Noise, Bentara Budaya Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia
1998 Rekonstruksi, Aikon, Yogyakarta, Indonesia
Group Exhibitions (Selected)
2021 Influx : Inauguration, Ruang Dini, Bandung, Indonesia
Twentyfive, Gajah Gallery, Yogyakarta, Indonesia
KSRJ (Kelompok Seni Rupa Jendela), Art Basel HK,Gajah Gallery Yogya Annual Art #6, Sangkring Art Space, Yogyakarta Indonesia Verstige, Group Exhibition, Sri Sasanti Syndicate, Yogyakarta, Indonesia Daya Hidup, Museum dan Tanah Liat, Yogyakarta, Indonesia
2020 ArtJog 2020 : Resilience, Jogja National Museum, Yogyakarta, Indonesia (Re) Imagining The Image, Gajah Gallery, Singapore
Roots #1, Bilai Art Space, Yogyakarta, Indonesia
Oppo Virtual Art Jakarta, Facade Gallery, Jakarta, Indonesia
Pameran Amal Covid-19, Padepokan Seni Bagong Kussudiardja
Pause, Rewind, Forward #1,
Kiniko Art Room, Yogyakarta, Indonesia PRASIDHA 93,Visual Art Exhibition,
Kiniko Art Room, Yogyakarta, Indonesia
2019 Recent Works, Cult Gallery, Kuala Lumpur, Malaysia
Mind, Kiniko Art Room, Jogjakarta, Indonesia
80 Nan Ampuh, Kiniko Art Room, Jogjakarta, Indonesia
Bebas, Sakato Art Community, Jogja Gallery, Yogyakarta, Indonesia Representasi 3, Pendopo Art Space,
Yogyakarta, Indonesia Incumbent, Sangkring Art Space, Yogyakarta, Indonesia
Art Jakarta, Rachel Gallery, Jakarta, Indonesia
2018 Art Taipei DangDai, Roh Project, Taiwan
Bakaba #7, Sakato Art Community, Jogja Gallery, Indonesia Skectches & Drawing, LATAR, Jakarta, Indonesia
Redraw III, UGAHARI, Edwin’s Gallery, Indonesia September Art Project, Malang, Indonesia
Kiniko Art Project, Kiniko Art Management, Yogyakarta, Indonesia
Art Jakarta, Edwin’s Gallery, Indonesia
Prisoner Of Hope, 100Years Hendra Gunawan, Ciputra Artpreneur, Jakarta, Indonesia PostFEst2018, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Indonesia
2017 Art Stage Singapore with Nadi and Edwin’s Gallery, Singapore
WRITTEN IN THE SKY with Honold Fine Art, TONYRAKA Art gallery, Bali Alfi, Zakii, Jai, Cult gallery, Kuala Lumpur, Malaysia
Art Stage Jakarta with Edwin’s and Rachel gallery, Jakarta
CELEBRATING DIVERSITY, LATAR, Jakarta, Indonesia
LINKAGE 20th OHD Museum, Magelang, Indonesia
Seninjong, Pelataran Djoko Pekik, Yogyakarta, Indonesia
Suka Pari Suka, Pelataran Djoko Pekik, Yogyakarta, Indonesia
Pink Project #3, Kiniko Art Management, Yogyakarta, Indonesia
BAKABA #6, organized by sakato art community, Yogyakarta, Indonesia
2016 Ritiro, Kayu curated by Lucie Fontaine, Chicken Church, Magelang, Indonesia
Ritiro, Kayu curated by Lucie Fontaine, Rumah Wayang Topeng, Ubud, Bali, Indonesia Art Taipei with Edwin’s gallery, Taipei, China
Follow the White Cube, Honold Fine Art gallery, Bisma Eight, Ubud, Bali, Indonesia Bazaar Art Jakarta with
Edwin’s gallery, Jakarta, Indonesia
Artists’ Engagement with Art History, YOS Yogyakarta Open Studio, Yogyakarta, Indonesia
Poetical State of Mind. Jumaldi Alfi, Yusra Martunus, Handiwirman Saputra. NAFA galleries, Singapore
South East Asia Triennale Plus, National Gallery of Indonesia, Jakarta, Indonesia
The Sea is Calling, Honold Fine Art gallery, Bisma Eight, Ubud, Bali, Indonesia
The Fundamentals in Art, Part 1: Figure, ARNDT Gallery, Singapore
At the Still Point, curated by Tony Godfrey, LAF, Yogyakarta, Indonesia
Bakaba #5, organized by Sakato Art Community, Jogja Gallery, Yogyakarta, Indonesia Art Basel Hong Kong with Nadi Gallery, Hong Kong, China
Redraw II: Discovery, Edwin’s Gallery, Jakarta, Indonesia
2015 70 Years Republic of Indonesia, curated by Jim Supangkat, National Gallery of Indonesia, Jakarta, Indonesia
Don’t Shoot the Painter, UBS Collection exhibition, Villa Reale, Galleria d’Arte Moderna, Milan, Italy
Six Degrees of Separation, Canna Gallery, Jakarta, Indonesia
Pameran Dies Natalis, ISI Gallery, Yogyakarta, Indonesia
Archive, Yogyakarta Open Studio #3, OFCA International, Yogyakarta, Indonesia Randang dan Rendang,
Bakaba #4, organized by Sakato Art Community, Jogja Gallery, Yogyakarta, Indonesia
Medium of Living, Martell 300 Tricentennaire exhibition, Edwin’s Gallery, Jakarta, Indonesia Art Basel Hong Kong with ARNDT Gallery, Hong Kong, China
Art Stage Singapore with ARNDT Gallery, Singapore
20+2 Years Anniversary Show, ARNDT Gallery, Singapore
2014 Hospitality, Berlin Open Studio #1, Studio Fendry Ekel, Berlin, Germany
International Relation, Yogyakarta Open Studio #2, OFCA International, Yogyakarta,Indonesia
Intersection: Latin America and South East Asian Contemporary, Sangkring Art Space, Yogyakarta, Indonesia
Intersection: Latin America and South East Asian Contemporary, Gajah Gallery, Singapore and Galeria Habana, Havana, Cuba
Art Stage Singapore with ARNDT Gallery, Singapore
Pameran Fiesta Kota Tua, Jakarta, Indonesia
Art Basel Hong Kong with Nadi Gallery, Hong Kong, China
Kini. Bakaba #3, organized by Sakato Art Community, Jogja Gallery, Yogyakarta, Indonesia
2013 Map of Association, Yogyakarta Open Studio #1, OFCA International, Yogyakarta, Indonesia
Peristiwa Sebuah Kelas, Forum Ceblang Ceblung, Sangkring Art Space, Yogyakarta, Indonesia Istanbul Art
Fair with Yavuz Fine Art, Istanbul, Turkey
Pameran Seni Rupa di Rumah Warga, 8th Anniversary Jatiwangi Artfactory, Majalengka, Indonesia
10 Years After, Sin Sin Gallery, Hong Kong, China
Jiwa Ketok dan Kebangsaan, National Gallery of Indonesia, Jakarta, Indonesia
Non Ekspresi, Surakarta, Indonesia
Kindred By Choice (w. Martin Kippenberger, Fendry Ekel, Andy Warhol, Entang Wiharso and Daniel Richter),
ARNDT Gallery, Singapore ART JOG, Taman Budaya Yogyakarta
Me, Jumaldi Alfi and Heri Dono, Art Basel Hong Kong with Edwin’s Gallery, Hong Kong, China
Prague Biennale 6, Prague, Czech Republic
Art13, London’s Global Art Fair with Primo Marella Gallery, London, United Kingdom
Indonesian Pavilion, Art Stage Singapore, Singapore
Weight of History. The Collectors Show, Singapore Art Museum, Singapore
2012 The Window of Jendela, OHD Museum, Magelang, Indonesia A Sign of Absence, Edwin’s Gallery, Jakarta,
Indonesia Earthly Evocation, Sin Sin Gallery, Hong Kong, China
2×2, Eilleen Kaminsky Foundation, New York
Estate, curated by Lucie Fountain, Marianne Boesky Gallery, New York Yogyakarta – 5 Artists From
Indonesia, Marc Straus Gallery, New York Reclaim.doc, Gallery Nasional, Jakarta
Legacy, Esa Sampoerna Art Museum, Surabaya – Indonesia
2011 Documenting Now: Person to Person, UPT Gallery, Yogyakarta – Indonesia Back to the Future, Sangkring
Art Space, Yogyakarta – Indonesia
ARTJOG, Yogya Art Fair, Yogyakarta – Indonesia
Homo Ludens, Emmitan Gallery, Surabaya – Indonesia
Bayang, the National Gallery of Indonesia, Jakarta
Hong Kong International Art Fair (ART HK 11)”, with Nadi Gallery, Hong Kong Art Stage Singapore 2011,
Gajah Gallery; STPI, Singapore
Art Amsterdam, Metis Gallery, Amsterdam
2010 The Show Must Go On, celebrating the 10th anniversary of Nadi Gallery, the National Gallery of Indonesia, Jakarta
Unity: The Return to Art, Wendt Gallery, New York
Hong Kong International Art Fair (ART HK 10)”, Nadi Gallery, Hong Kong
Homo Ludens, Emmitan Gallery, Surabaya – Indonesia
Space and Image, Ciputra World Marketing Gallery, Jakarta
Transfiguration, Jakarta Art District, Jakarta
Masih Ada Gus Dur, Langgeng Gallery, Magelang, Yogyakarta – Indonesia Bakaba, Sakato Art Community,
Jogja National Museum, Yogyakarta – Indonesia
2009 Biennale Jogja X 2009, Sangkring Art Space II, Yogyakarta – Indonesia Kado #2, Nadi Gallery, Jakarta
Two Sides of Solitude: Jumaldi Alfi and Andy Dewantoro, Garis Art Space, Jakarta Diverse – 40 x 40: Andy
Dewantoro, Jumaldi Alfi, Nasirun, Sin Sin Fine Art, Hong Kong
2nd Odyssey, Srisasanti Gallery, Yogyakarta – Indonesia
Reach for the Heart, Sin Sin Fine Art, Hong Kong
Awareness, Indonesian Art Today, Canvas International Art, Amsterdam
The Topology of Flatness, Edwin Gallery, Jakarta
In Rainbow, Esa Sampoerna Art House, Surabaya – Indonesia
Shanghai Art Fair, Nadi Gallery, Shanghai, China
Hong Kong International Art Fair (ART HK 09), Nadi Gallery, Hong Kong
Jendela – A Play of the Ordinary, NUS Museum, Singapore
Friendship Code, Syang Art Space, Magelang – Indonesia
2008 Ruang dan Waktu, V’art Gallery, Yogyakarta – Indonesia
Expose #1 – A Presentation of Indonesian Contemporary Art by Deutsche Bank & Nadi Gallery, Four Seasons Hotel, Jakarta
Alfi Painting Series & Handiwirman Saputra: Exterior, Inside View—Interior, Outside View, ShContemporary
08, organized by Nadi Gallery, Jakarta Manifesto, the National Gallery, Jakarta
CIGE 2008 (China International Gallery Exposition), Nadi Gallery, Beijing
A Slice Indonesian Contemporary Art, Soka Contemporary Center, Beijing
Indonesian Invasion, Sin Sin Fine Art, Hongkong
Tribes _ Group 3, Sin Sin Fine Art, Hongkong
2007 Shanghai Art Fair, Langgeng Gallery, Shanghai
Cilukba!/Peekaboo!, KSRJ (Kelompok Seni Rupa Jendela), Valentine Willie Fine Art, Kuala Lumpur Fetish
Part I, Biasa Gallery, Seminyak, Bali
Indonesia Time, V-Art Gallery, Yogyakarta – Indonesia
IVAA book aid vol. 01/07, Nadi Gallery, Jakarta
Common Grounds, A glimpse of Indonesian contemporary art, Gallery Nasional, Jakarta Contemporary
Indonesian Art Now, Nadi Gallery, Jakarta
2006 ICON: Retrospective, Jogja Gallery, Yogyakarta – Indonesia Tobacco Wedding and Art, Magelang – Indonesia
2005 Oven View, Biasa Gallery, Seminyak, Bali – Indonesia
Beauty and Terror, Loft Gallery, Paris, France
Indonesian Contemporary Art, iPreciation, Singapore
Re-Reading Landschaap, Sakato Group, Nadi Gallery, Jakarta
The Ordinary, KSRJ (Kelompok Seni Rupa Jendela), Nadi Gallery, Jakarta Urban Culture, CP. 2nd Biennale,
Museum Bank Indonesia, Jakarta
2004 Multi Sub Culture, Berlin
Wings of Words, Studio Budaya and Langgeng Gallery, Magelang – Indonesia
Behind the Concept, Gaya Fusion Gallery, Bali – Indonesia
ARTSingapore 2004, Sun Jin Gallery, Suntec City, Singapore
Mempertimbangkan Tradisi, Sanggar Sakato, Gallery Nasional, Jakarta
Barcode, 16th FKY (Yogyakarta Arts Festival), Taman Budaya, Yogyakarta – Indonesia Get the Book!!!, Fund
Raising, KKF, Yogyakarta – Indonesia
2003 Read Art Project, Cemeti Art House, Yogyakarta – Indonesia
Read Art Project, UGM Library, Yogyakarta – Indonesia
No Body, MonDecor Gallery, Jakarta
Borobudur, Borobudur International Festival 2003, H. Widayat Museum, Magelang – Indonesia Bazart, 15th
FKY, Benteng Vredeburg Museum, Yogyakarta – Indonesia Membaca Ruang-Ruang, Muara Art House,
Yogyakarta – Indonesia
Exploring Vacuum I, Cemeti Art House, Yogyakarta – Indonesia Drawing, Sanggar Dewata Indonesia,
Yogyakarta – Indonesia Interpellation, CP Open Bienalle, Gallery Nasional, Jakarta 10th Indonesian Art Awards, ASEAN Building, Jakarta Infatuated, Sun Jin Gallery, Singapore
Passion: Etno Identity, Shanghai; Beijing; Jakarta
Penghargaan
2003 Finalist of the 10 th Indonesian Art Awards
1998 The Best Painting Awards, Indonesian Institute of Arts (ISI), Yogyakarta – Indonesia Finalist of the 5 th Indonesian Art Awards.***
Pingback: Steel Reaper - mikrofon.id