The Breathing Sea: Catatan dari Semesta Laut Karya Concetta De Pasquale

Ketertarikan pada legenda rute pelayaran berbasis pictorial map mengantarkan Concetta De Pasquale untuk menghadirkan lukisan bertema rute perjalanan hidup dan ruang imajinatif nirbatas di dalam semesta laut.

De Pasquale mengungkapkan perjalanannya melalui karya-karya yang bisa dinikmati lewat pameran tunggal “The Breathing Sea,” di Selasar Sunaryo Art Space, 16 Juni-16 Juli 2023. Pameran ini adalah hasil kerja sama Selasar Sunaryo Art Space (SSAS), Kedutaan Besar Italia dan Institut Kebudayaan Italia di Jakarta.

Dalam esai pengantar pameran ini, Dikdik Sayahdikumullah mengingatkan proses penciptaan karya De Pasquale mengingatkan pada kisah perjalanan para pelukis Eropa menuju dunia Timur sejak abad ke-18 hingga awal abad ke- 20.

Karya Concetta De Pasquale di pameran tunggal “The Breathing Sea,” di Selasar Sunaryo Art Space, 16-16 Juli 2023. Foto: Selasar Sunaryo Art Space.

Para pelukis yang bertualang jauh ini tak hanya menangkap dunia keseharian, menyimpan catatan pribadi yang paralel dengan motivasi artistik. Mereka bahkan memproduksi genre seni yang populer sebagai cinderamata hingga 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘯𝘵𝘰 pribadi atau orang lain. 

Salah satu perjalanan yang memengaruhi karyanya bermuasal dari pengalaman residensi di Pulau Siladen, Sulawesi Utara, pada 2019.

De Pasquale mengungkapkan perjalanannya melalui seri karya The Breathing Sea menggunakan teknik campuran cat air; seri karya Sea Universe menggunakan campuran cat minyak, serat kertas, helaian emas, jejak tar di atas kertas; dan karya Siladen Island Sketchbook yang secara personal nampak terinspirasi dari buku sketsa perjalanan (tacuini di viaggi) yang lazim dikenal di Italia sejak abad ke-15.

Karya Concetta De Pasquale di pameran tunggal “The Breathing Sea,” di Selasar Sunaryo Art Space, 16-16 Juli 2023. Foto: Selasar Sunaryo Art Space.

“Suatu komitmen pelukis untuk mengungkapkan visi perjalanan imajiner yang dibangun berdasarkan rekonstruksi peta topografi bahari, lalu dipertegas menjadi penanda situs artistik yang bersifat multitafsir,” tuturnya.

Sebagian besar karyanya memperlihatkan kemampuan menata konfigurasi komponen visual yang rapi: selalu ada sentuhan responsif dan konsisten memilih warna-warna transparan yang jernih dan tak terduga.

Pada karya-karyanya, juga nampak upaya mengomposisikan abstraksi objek-objek bentang alam; pengulangan bentuk cangkang fauna purba (spesies moluska laut); jejak kaki, dan nuansa objek yang samar menjelajahi setiap tekstur kertas dan kanvasnya.

“Melalui pameran ini, karya-karya De Pasquale merepresentasikan suatu pengingat sekaligus akar kesadaran intens atas pengalaman yang berpijak pada pemahaman siklus tubuh yang hidup dan menyatu dengan alam,” kata Dikdik.

Baca Juga :   Mengurai Tren Media Sosial Lewat Pameran Decoding Algorithm Donni Arifianto
Karya Concetta De Pasquale di pameran tunggal “The Breathing Sea,” di Selasar Sunaryo Art Space, 16-16 Juli 2023. Foto: Selasar Sunaryo Art Space.

Concetta De Pasquale

Concetta De Pasquale adalah seniman berkebangsaan Italia yang mempelajari sejarah seni di Universitas Urbino dan seni lukis di Akademi Seni Rupa Brera di Milan.

Saat ini, perempuan kelahiran di Salò, Italia, pada 1959 ini tinggal dan bekerja di studinya di tepi laut, di Sisilia. Hal itu memungkinkannya untuk menjadi pelukis kapal dalam banyak perjalanan dengan perahu layar.

Setelah bereksperimen dengan berbagai medium, Concetta lalu memutuskan untuk fokus menggunakan kertas sebagai medium yang paling ia sukai dalam menciptakan lukisan organik sekaligus intim, yang mengedepankan tubuh dalam dikotominya, secara fisik maupun spiritual.

Karya Concetta De Pasquale di pameran tunggal “The Breathing Sea,” di Selasar Sunaryo Art Space, 16-16 Juli 2023. Foto: Selasar Sunaryo Art Space.

Bagi De Pasquale, observasi keindahan alam yang menjadi subjek penciptaan karyanya telah memantik dirinya untuk mengunjungi berbagai tempat di sejumlah negara. Pengalamannya menjalani residensi di Pulau Siladen mengungkap babak baru dalam mencipta catatan perjalanannya dan dituangkan ke atas kanvas.

“Saya bisa melihat kekuatan alam yang sebenarnya. Alam yang masih sangat kuat dibanding tempat saya berasal,” tuturnya.

Karya Concetta De Pasquale di pameran tunggal “The Breathing Sea,” di Selasar Sunaryo Art Space, 16-16 Juli 2023. Foto: Selasar Sunaryo Art Space.

Karya-karyanya bersifat visioner, dengan menangkap pengalaman ketubuhannya saat berjumpa dengan kertas, pertanda, pemetaan serta jejak pengalaman yang tidak hanya bersifat gambar, tapi terlebih lagi adalah mental dan spiritual.

Sejak 1979 Concetta De Pasquale pernah menggelar pamerannya bukan hanya di Italia, tetapi juga di seluruh dunia, seperti di Swedia, Portugal, Perancis, Monaco, Inggris, Belgia, Hungaria, Jerman, Indonesia, dan lain-lain. Karya-karyanya dapat ditemui di museum juga koleksi publik dan pribadi tidak hanya di Italia tapi juga seluruh dunia.

Karya Concetta De Pasquale di pameran tunggal “The Breathing Sea,” di Selasar Sunaryo Art Space, 16-16 Juli 2023. Foto: Selasar Sunaryo Art Space.

Melalui pamerannya di Bandung, Concetta ingin menceritakan ke kita semua relasi istimewanya dengan lautan, dari perairan Mediterania hingga Laut Sulawesi. Concetta mendefinisikan dirinya sebagai pelukis kapal, ia mengukir buku harian perjalanan yang intim serta membuat plot riil dan imajiner berdasarkan grafik bahari kuno.

“Kertas menyimpan jejak tubuh saya dalam pergerakan. Ini adalah bagaimana bentuk baru yang tak terduga dapat terwujud, di mana semua orang bisa menyematkan makna

yang berbeda. Ini adalah apa yang saya sebut dengan tubuh yang tak nampak,” ujar Concetta.

Karya Concetta De Pasquale di pameran tunggal “The Breathing Sea,” di Selasar Sunaryo Art Space, 16-16 Juli 2023. Foto: Selasar Sunaryo Art Space.

Relasi Indonesia-Italia

Baca Juga :   Foamality, Eksplorasi Busa dan 3 Dimensi Galih Hermawan

Direktur Institut Kebudayaan Italia Jakarta, Maria Battaglia mengungkapkan, Kedutaan Besar Italia dan Institut Kebudayaan Italia di Jakarta dengan senang hati mempersembahkan pameran “The Breathing Sea” karya seniman kontemporer Italia, Concetta De Pasquale, untuk pertama kalinya di Bandung, bekerja sama dengan Selasar Sunaryo Art Space.

Bersamaan dengan pameran ini, Concetta juga terlibat di pameran kolektif bertajuk “The Italian Artists of the 2nd and 3rd waves in Indonesia”, di Museum Pasifika di Nusa Dua, Bali, dalam rangka Hari Nasional Italia yang berlangsung 10 Juni- 9 Juli 2023.”

Terima kasih pada Selasar Sunaryo Art Space yang telah memberikan kesempatan untuk memamerkan karya seniman yang istimewa ini. Terima kasih kami haturkan juga untuk Dikdik Sayahdikumullah atas kesediaannya untuk menuliskan pengantar kuratorial,” ujarnya.

Foto karya-karya Concetta De Pasquale di Pameran “The Breathing Sea” bisa dilihat di Galeri Foto Mikrofon.id dengan akses melalui link berikut: The Breathing Sea.

Karya Concetta De Pasquale di pameran tunggal “The Breathing Sea,” di Selasar Sunaryo Art Space, 16-16 Juli 2023. Foto: Selasar Sunaryo Art Space.

Pameran

Sejak 1979, Concetta De Pasquale telah menggelar pamerannya bukan hanya di Italia, tetapi juga di seluruh dunia, seperti di Swedia, Portugal, Perancis, Monaco, Inggris, Belgia, Hungaria, Jerman, Indonesia, dan lainnya. Karya-karyanya dapat ditemui di museum juga koleksi publik dan pribadi tidak hanya di Italia tapi juga seluruh dunia.

Pameran tunggal dan pameran kelompok telah diikutinya di museum-museum bergengsi dan ruang institusional seperti:

Galata Sea Museum di Genoa (2023),

Francesco Gonzaga Diocesan Museum di di Spanyol (2021);

Gallery of Modern Art and the Regional Museum Messina (2012- 2020);

Riso Regional Museum of Modern dan Contemporary Art dan Federico II Foundation of the A.R.S. di Palermo (2017- 2018);

Orestiadi Foundation of Gibellina, Civic Museum of the Carmine Convent of Marsala dan Naval Technical Museum of the Italian Navy di La Spezia (2018);

kastil Maschio Angioino dan PAN-Palazzo delle Arti di Naples (2014-2017);

Fort Stella di Porto Ercole (2016);

Palazzo Duchi di Santo Stefano di Taormina (2002-2006- 2015);

Palazzo D’Amico dan Museum of the Castle of Milazzo (2012-2014);

Palazzo Medici Riccardi di Florence, Palazzo della Cultura di Catania dan Montevergini Civic Gallery of Contemporary Art di Syracuse (2013);

Baca Juga :   Lawangwangi Pamerkan Dystopian Diffraction: Reality Reconstruction

Palazzo Zenobio di Venice (2011);

Palace of the Merchants’ Loggia di Montepulciano (2008-2009).

Karya Concetta De Pasquale di pameran tunggal “The Breathing Sea,” di Selasar Sunaryo Art Space, 16-16 Juli 2023. Foto: Selasar Sunaryo Art Space.

Pada tahun 2010, De Pasquale membuat patung monumental untuk Piazza del Teatro Vittorio Emanuele di kota Messina yang diberi nama The Angel’s Embrace, sebagai penghormatan Concetta kepada gurunya, Fausto Melotti.

Concetta De Pasquale mengorganisir program residensi seniman di Italia dan luar negeri (pulau Siladen, Indonesia, 2019) dan telah memamerkan karyanya dalam pameran seni internasional seperti International Biennale of Contemporary Art di Florence pada tahun 2003 yang dikuratori oleh John Spike; The adventures of form pada tahun 2012, dikuratori oleh Marco Moretti di Terre Medicee Foundation di Seravezza; di Paviliun Italia 54th Venice Biennale, dan pada tahun 2015 dalam Artists of Sicily dan Milan Expo yang dikuratori oleh Vittorio Sgarbi; di BIAS pada tahun 2018 dan 2020 – Palermo, Sisilia, Venesia, Mesir, Israel dikuratori oleh Chiara Modica Donà dalle Rose.

Karya Concetta De Pasquale di pameran tunggal “The Breathing Sea,” di Selasar Sunaryo Art Space, 16-16 Juli 2023. Foto: Selasar Sunaryo Art Space.

Pada tahun 2019, ia diundang di Hydrographic Institute of the Italian Navy dan di Genoa International Boat Show oleh Swiss Logistics Center dan ContainerLab, yang juga menguratori partisipasinya pada WopArt Works on Paper di Lugano pada tahun 2019 dan 2021, di Azimut – Milan pada tahun 2022, dan pameran utamanya Sailing to Tethys yang dipresentasikan oleh Luca M. Venturi di Spazio Arte di Chiasso, Swiss pada tahun 2023.

 Concetta juga memamerkan karyanya di 59th International Art Exhibition-La Biennale dengan proyek Post-Human Relics Travelling, dalam Paviliun San Marino.

Beberapa kritikus seni dan sejarawan seni telah menulis tentang karya seninya: Giosuè Allegrini, Lucio Barbera, Gaetano Bongiovanni, Carmela Cappa, Francesco Carbone, Giorgio di Genova, Giovanna Famà, Ornella Fazzina, Francesco Gallo Mazzeo, Katia Giannetto, Giovanna Giordano, Andrea Guastella, Giulia Jurinich, Alessandro Masi, Marco Marinacci, Stefano Miliani, Marco Moretti, Fiorella Nicosia, Teresa Pugliatti, Susanna Ravelli, Maria Teresa Roberto, Roberto Sanesi, Giuliano Serafini, Vittorio Sgarbi, Tommaso Trini, Luca M. Venturi, Antonio Vitale, Maurizio Vitiello.***

Posts created 399

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Begin typing your search term above and press enter to search. Press ESC to cancel.

Back To Top