
Terra Nova, Praktik Supergrafis Media Baru Iman Skyone dan Mufti Widi

Karya “Screenplay 2”, di Pameran Terra Nova, di Galeri Ruang Dini, Bandung, 10-23 Februari 2023. Foto: Ruang Dini.
Pameran “Terra Nova” di Galeri Ruang Dini, Bandung, 10-23 Februari 2023, menampilkan kolaborasi seniman asal Jerman, Iman Skyone dan seniman asal Bandung, Mufti Widi.
Pameran ini menampilkan karya-karya hasil penerjemahan artistik dari proses 3 bulan menyaring dan menyalurkan pengalaman Skyone di Terra Nova, “tanah baru” Indonesia, melalui kombinasi lukisan dan media baru.

Karya “Matahari 1”, di Pameran Terra Nova, di Galeri Ruang Dini, Bandung, 10-23 Februari 2023. Foto: Ruang Dini.
“Terra Nova” juga memperluas praktik Skyone dalam menyandingkan elemen analog dan digital, sebuah upaya mengintegrasikan grafiti dan estetika jalanan dengan bentuk abstrak, warna, dan supergrafis kontemporer.
Skyone mewujudkan potongan-potongan pandangan dari bulan-bulan terakhirnya di Indonesia juga membaurkan fragmen pola batik pada proses artistiknya, memberikan Mufti Widi dasar untuk merespon dari pandangan lokal menggunakan digital projection mappings.

Karya “Screenplay 3”, di Pameran Terra Nova, di Galeri Ruang Dini, Bandung, 10-23 Februari 2023. Foto: Ruang Dini.
Cahaya proyeksi pada karya lukis memadukan berbagai materialitas dalam eksplorasi stimulasi visual. Tantangan untuk menyerap dan menyaring dengan cepat pada zaman ini terkadang mengakibatkan stimulasi berlebihan dan kekacauan batin.

Karya “Stream”, di Pameran Terra Nova, di Galeri Ruang Dini, Bandung, 10-23 Februari 2023. Foto: Ruang Dini.
Dalam catatan esainya, Khrisnamurti Suparka menyebut bentuk-bentuk eklektik pada Terra Nova adalah pendekatan untuk merepresentasikan kemungkinan-kemungkinan yang tidak terbatas secara teori, terbatasi oleh kemampuan seorang manusia.

Karya “Thunderstorm”, di Pameran Terra Nova, di Galeri Ruang Dini, Bandung, 10-23 Februari 2023. Foto: Ruang Dini.
Ide yang digagas Skyone soal grafiti dan estetika jalanan dengan bentuk abstrak, warna, sejalan dengan kolaboratornya, Mufti Widi, yang juga latar belakangnya dekat dengan dunia audio-visual. Keduanya sama-sama tertarik dan tenggelam dalam paparan; dan kemajuan dalam; media baru, digitalisasi, dan bagaimana pengaruhnya terhadap manusia modern dan kehidupan kontemporer.
“Skyone berangkat dari materialitas dan rujukan tradisional budaya tuan rumah, sedangkan Widi memanfaatkan sarana dan sifat teknologi yang kelahirannya umumnya dikaitkan dengan budaya pengunjung,” ujar Krishna.***

Rayhadi Shadiq
Suka menulis, musik, fotografi, bengong, menyendiri, dan lihat pohon. Pernah keluar tidak baik-baik dari salah satu perusahaan media beken di Jakarta lalu di-doxing setelahnya. Pernah diolok-olok geng ibu-ibu wellness di Bandung. Menjalankan proyek musik iseng bertanggung jawab bersama Rayhadi & Proyeksantai dan dalam proses perilisan album pertama yang belum kunjung rampung.
Tinggalkan Balasan