Telusur Tanda, Pameran Studi Virtual Hasil Terobosan Artistik Mahasiswa UPI

Sekelompok mahasiswa Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menjalani pameran studi virtual yang diberi tajuk ‘Telusur Tanda.’ Foto: Pameran Telusur Tanda.

MIKROFON.ID – Sekelompok mahasiswa Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menjalani pameran studi yang diberi tajuk “Telusur Tanda”.

Pameran yang dihelat 16 Juni hingga 16 Juli 2021 ini berlokasi virtual, di laman artsteps.com.

ameran  ini merupakan rangkaian studi beberapa waktu ke belakang dari A. Imam Rizqi, Muamar Haikal G., Rizky Hadi, Sharon Gracceilla L., Teguh I. Pangestu  dan Umar pratama.

Sekelompok mahasiswa Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menjalani pameran studi virtual yang diberi tajuk ‘Telusur Tanda.’ Foto: Pameran Telusur Tanda.

Kurator pameran Telusur Tanda, Ardiyanto menuturkan, setiap mahasiswa ditantang diminta untuk melakukan berbagai studi-studi atau persiapan hingga eksekusi artistik (aspek formal dan sintaksis visual) serta berbagai pertimbangan estetik (kontem dan semantik).

Berbagai strategi berkarya tentu dibutuhkan guna menyeleksi, menyesuaikan serta mengembangkan mutu kebahasaan visual yang dibutuhkan masing-masing mahasiswa: Bahasa rupa yang personal, mandiri serta kreatif.

“Di antaranya bricolage atau pengkompososian berbagai tanda visual dari berbagai sumber referensi visual, jukstaposisi atau pesejajaran tanda visual yang berbeda namun memiliki makna yang berdekatan, collage atau fragmentasi tanda-tanda visual, apropriasi atau peminjaman karya seni rupa sebelumnya yang diadaptasi seseuai kebutuhan tema karya,” tuturnya.

Untuk mencapai hal tersebut, para peserta pameran membutuhkan suatu rangkaian proses kreasi yang utuh dan intensif. Bermula dari pilihan tema, maka ditindaklanjuti dalam berbagai tahapan berikutnya. Beberapa diantaranya dikaitkan dengan memori personal yang diasumsikan dekat dengan permasalahan yang ada.

Sekelompok mahasiswa Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menjalani pameran studi virtual yang diberi tajuk ‘Telusur Tanda.’ Foto: Pameran Telusur Tanda.

Ada pula yang memulai dengan penelusuran dari sejumlah perbendaharaan visual berupa foto, diagram, gambar atau karya seni dari seniman sebelumnya. Hal terakhir ini merupakan wujud awal observasi yang pada konteks teknologi informasi domina ditempuh melalui jelajah atau telusur tanda-tanda visual dari berbagai sumber di internet.

Sebagian kecil bisa jadi dimulai dari pencarian berbagai sumber pustaka yang dimanfaatkan untuk mengelaborasi dan menginteretasi permasalahan atau tema yang diberikan.

“Dipastikan bahwa ‘keterampilan tanda’ dalam konteks kreasi sejumlah dan berbagai gaya, tanda visual atau transformasi bentuk sangat dibutuhkan dalam proses kreasi karya seni rupa. Intensitas observasi berbagai objek visual memudahkan untuk membangun memori visual yang dalam prosesnya banyak berkontribusi,” kata Anto, yang juga merupakan tenaga pengajar di Seni Rupa UPI itu.

Sekelompok mahasiswa Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menjalani pameran studi virtual yang diberi tajuk ‘Telusur Tanda.’ Foto: Pameran Telusur Tanda.

Pada beberapa tahapan kreasi, memori visual ini akan membantu dalam memproduksi objek atau citraan visual yang sesuai kebutuhan ekspresi dan pengalaman personal masing-masing. Ada pun aspek dan tahapan-tahapan kreasi ini merupakan aspek yang berkontribusi dalam strategi visual untuk keseluruhan karya.

“Di samping ‘keterampilan formal’ yang bertumpu pada pengolahan beragam aspek elemen dasar serta sejumlah prinsip seni rupa. Kedua aspek tersebut yang terangkum pada kaidah komposisi visual. Termasuk studi-studi yang berelasi kuat dengan hal itu, seperti: studi teknik, material, dan alat yang lazim dilakukan,” kata pria yang biasa dipanggil Bah Anto itu.

Sekelompok mahasiswa Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menjalani pameran studi virtual yang diberi tajuk ‘Telusur Tanda.’ Foto: Pameran Telusur Tanda.

Dalam berbagai tahapan kreasi ini, selain kemampuan pengolah aspek formal, interpretasi dan terobosan berkiatan dengan estetik tidak hanya bertumpu pada ihwal bentuk (form) saja. Di antaranya pengembangan modus komunikasi seni di antaranya pelibatan apresiator sebagai bagian dari kekaryaan.

Aktivitas partisipatoris pada karya “If I” dari Sharoon, atau karya yang menginterpretasikan tradisi dengan cara baru tidak sekadar eklektik atau mencomot objek visual atau karya yang kolaboratif dalam pengerjaannya atau dengan pendekatan “working team” atau lintas keahlian, dan lainnya. Pengembangan ini dipengaruhi pengalaman serta intelektualitas.

Sekelompok mahasiswa Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menjalani pameran studi virtual yang diberi tajuk ‘Telusur Tanda.’ Foto: Pameran Telusur Tanda.

“Semenjak awal kreasi dengan tahapan preparasi hingga tahapan evaluasi karya untuk peningkatan ‘upgrading’ atau mengupayakan penawaran sejumlah terobosan artistik maupun estetik. Semua ini merupakan tahapan yang sama pentingnya,” ujarnya.

Intensitas, kesungguhan, konsistensi data (yang diamati dari karya Umar) serta keberanian dalam mengambil resiko sangat dibutuhkan untuk penghayatan sebagai proses yang sangat penting dalam berkarya seni.

Sekelompok mahasiswa Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menjalani pameran studi virtual yang diberi tajuk ‘Telusur Tanda.’ Foto: Pameran Telusur Tanda.

Di samping itu, kekayaan wawasan yang luas dan beragam sebagai dasar pemicu kreatifitas untuk mencari banyak kemungkinan-kemungkinan. Namun demikian, pameran ini menyajikan keragaman bukan hanya gaya, transformasi bentuk dan metode kreasi saja yang diperlihatkan.

Lebih penting dari itu kita dapat menyaksikan kadar kesungguhan serta penghayatan yang masih perlu terus ditingkatkan. Tema awal hanya sebatas stimulus awal dalam berkarya.

Karya seni akademis membutuhkan pemikiran yang lebih dari sekadar mengejar aspek “kebagusan.” Menurut S. Sudjojono, kata Anto, ihwal “kebenaran” lebih penting dari “kebagusan’.”Untuk berbagai pencapaian, masih perlu terus ditingkatkan untuk mendapatkan mutu kebahasan visual yang kreatif, mandiri, kritis.

“Lebih dan kurangnya, mari kita berkerja lebih keras dalam berbagai studi. Tentu dengan intensitas penghayatan yang lebih untuk menghasilkan karya yang lebih baik dari sekarang. Pameran merupakan ‘laporan publik’ atas pencapaian dari kawan-kawan yang melakukan studi tersebut. Untuk hal ini maka pameran ini disertakan pula rangkaian studi dari tiap karya yang tersaji,” ujar Anto.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

%d blogger menyukai ini: