Sudamala: Dari Epilog Calonarang, Karya Kolaborasi 90 Seniman dan Maestro

Walu Nateng Dirah merupakan seorang perempuan yang memiliki kekuatan dan ilmu yang luar biasa besar. Namanya ditakuti banyak orang, termasuk membuat resah raja yang berkuasa saat itu, Airlangga.

Rupanya kemampuan super ini malah menyurutkan nyali banyak pemuda untuk mendekati putri semata wayang Walu Nateng Dirah yang bernama Ratna Manggali. Kenyataan pahit ini yang memicu Walu Nateng Dirah meluapkan kepedihannya dengan menebar berbagai wabah.

Kemurkaan Walu Nateng Dirah sempat mereda setelah Mpu Bahula berkenan menikahi Ratna Manggali. Akan tetapi, pernikahan ini ternyata dicederai Mpu Bahula.

Pria ini ternyata merupakan utusan pendeta kepercayaan Raja Airlangga. Pernikahan itu menjadi siasat untuk mengambil pustaka sakti milik Walu Nateng Dirah, yang akhirnya jatuh ke tangan Mpu Bharada.

Kekecewaan Walu Nateng Dirah memuncak. Ia menciptakan wabah yang menyengsarakan banyak orang. Dengan misi menuntaskan bencana dan wabah yang melanda, Mpu Bharada pun menantang Walu Nateng Dirah beradu ilmu.

Pementasan Sudamala: Dari Epilog Calonarang, 10-11 September 2022, di Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia, Jakarta. Foto: Bakti Budaya Djarum Foundation.

Terinspirasi dari pentas tradisi Bali yang berakar dari sastra, kisah Walu Nateng Dirah itu dipentaskan secara istimewa dalam pertunjukan Sudamala: Dari Epilog Calonarang. Pementasan ini merupakan produksi ke-59 Titimangsa bersama www.indonesiakaya.com, yang digelar pada 10-11 September 2022, di Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia, Jakarta.

Karya pertunjukan ini berawal dari inisiasi Nicholas Saputra dan Happy Salma, yang kemudian menjadikan mereka berdua produser Sudamala: Dari Epilog Calonarang. Ide ini muncul saat Nico menghabiskan banyak waktunya di Ubud, Bali, selama pandemi Covid-19.

Ia kerap berdiskusi dengan Happy mengenai seni pertunjukan di Bali, termasuk Calonarang, dan segera menyiapkan sebuah pementasan seni tradisi sejak akhir tahun lalu.

“Dilihat dari sisi tradisi maupun dari seni pertunjukan: dramaturgi, gerak penari, kostum dan topeng yang dikenakan, serta gamelan yang mengiringi, semua dikreasi dengan detail yang mengagumkan,” kata Nicholas Saputra.

Pementasan Sudamala: Dari Epilog Calonarang adalah karya kolaborasi antara 90 orang seniman dan maestro Bali juga kota lainnya, dan menjadi pentas tradisi pertama Titimangsa di area terbuka di tengah hiruk pikuk Kota Jakarta.

“Untuk membawa seni tradisi keluar dari Bali, membagi pengalaman yang kami rasakan kepada penonton di Jakarta misalnya, bukan hal yang mudah. Kami ingin menghadirkan pentas seni tradisi, namun dengan tampilan dan bahasa yang universal. Ini juga tantangan bagi kami untuk membuat formula baru dengan durasi yang jauh lebih pendek, karena biasanya pertunjukan seni tradisi bisa berlangsung 6-8 jam,” ujar Happy Salma, yang juga pendiri Titimangsa itu.

Baca Juga :   Kuntilanak Mangga Dua: Pesan Budaya Berbalut Komedi Khas Sunda
Pementasan Sudamala: Dari Epilog Calonarang, 10-11 September 2022, di Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia, Jakarta. Foto: Bakti Budaya Djarum Foundation.

Tahun 2021 yang lalu, Titimangsa telah menyelenggarakan pementasan “Taksu Ubud” di Bali. Usai pementasan, Cokorda Gde Bayu memperlihatkan katalog Exposition Coloniale Internationale Paris 1931.

Pada perhelatan yang diselenggarakan kaum kolonial itu, Calonarang tampil di Paris selama 6 bulan bersama Legong dan Janger. Hal tersebut semakin memantik keberanian Happy dan Nico untuk melangkah lebih jauh.

Dengan bimbingan dari budayawan Tjokorda Raka Kerthyasa yang juga adalah ayah mertua Happy Salma, mereka pun diarahkan bertemu dengan beberapa maestro seni tradisi dan pertunjukan di Bali.

Rancangan karya ini rupanya ringan disambut para kolaborator. Epilog Calonarang, bertajuk Sudamala, dipilih karena dirasa relevan dengan konteks kini. Sudamala berasal dari kata Suddha yang berarti bersih, suci, atau bebas dari sesuatu; dan Mala yang bersinonim dengan cemar, kotor, atau tak-murni.

Sudamala diperkenalkan sebagai upaya untuk menghilangkan yang cemar dari subyek. I Made Mertanadi (Jro Mangku Serongga), maestro Calonarang yang juga sutradara pementasan sekaligus memerankan Walu Nateng Dirah menuturkan, apa yang ditampilkan di Jakarta sesuai dengan tradisi kuno yang sudah berlangsung ratusan tahun di Bali.

Meski begitu, tradisi ini ditampilkan dengan sentuhan teknologi modern serta tokoh Bondres yang menyampaikan kisah dalam bahasa Indonesia.

“Pementasan ini juga berkolaborasi dengan seniman-seniman seni pertunjukan luar Bali untuk memberikan perspektif dan cara pandang dari kacamata luar Bali,” ucapnya.

Dalam pertunjukan Sudamala: Dari Epilog Calonarang, Wawan Sofwan dipercaya menangani dramaturgi pertunjukan, Iskandar Loedin untuk artistik, dan I Wayan Sudirana bersama Gamelan Yuganada mengomposisi musik. Kostum dirancang oleh A.A. Ngurah Anom Mayun Konta Tenaya dan Retno Ratih Damayanti.

Sebagai satu kesatuan di dalam pementasan, ditampilkan pula barong, rangda, topeng, gamelan, dan wastra yang diproduksi oleh para maestronya.

Program Director www.indonesiakaya.com Renitasari Adrian mengungkapkan, kecintaan Happy Salma akan dunia sastra dan panggung pertunjukan membuatnya menjadi

Baca Juga :   Kiprah Panggung Viatikara: Gebrakan Tari Kreasi Baru Indonesia, Dikenang 5 Benua

sosok yang konsisten mengalihwacanakan karya sastra ke atas pentas.

Happy Salma juga senantiasa mengajak para aktor dan aktris perfilman Indonesia yang biasanya tampil di depan layar kaca, untuk terjun ke seni pertunjukan dan dunia teater. Renata merasa hal positif ini patut didukung karena dapat meningkatkan minat dan wawasan generasi muda dalam panggung seni pertunjukan.

“Sebagai pentas tradisi pertama Titimangsa di Jakarta, pementasan ‘Sudamala: Dari Epilog Calonarang’ ini menghadirkan rasa dan energi baru dalam menikmati seni pertunjukan. Kami harap, produksi ‘Sudamala: Dari Epilog Calonarang’, dapat menjadi sajian yang memberikan dampak positif bagi generasi muda,” tuturnya.

Tim produksi ‘Sudamala: Dari Epilog Calonarang’:

Produser: Happy Salma, Nicholas Saputra

Produser Pendamping: Cokorda Gde Bayu Putra

Sutradara “Pemain Walu Nateng Dirah”: Jro Mangku Serongga (I Made Mertanadi)

Dramaturg: Wawan Sofwan

Pimpinan Artistik: Iskandar Loedin

Musik: I Wayan Sudirana dan Gamelan Yuganada

Penata Kostum: Anak Agung Ngurah Anom Mayun K. Tenaya, Retno Ratih Damayanti

Pimpinan Produksi: Pradetya Novitri.

Pementasan Sudamala: Dari Epilog Calonarang, 10-11 September 2022, di Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia, Jakarta. Foto: Bakti Budaya Djarum Foundation.

Titimangsa

Titimangsa didirikan oleh Happy Salma bersama Yulia Evina Bhara pada Oktober 2007 dengan dasar pemikiran dan kecintaan pada sastra Indonesia. Secara harfiah, Titimangsa merujuk pada titian proses perjalanan dalam waktu yang tepat.

Sebagai sebuah wadah, Titimangsa telah berproses selama 15 tahun dalam upaya menghidupkan dan menggelorakan karya-karya sastra, kepenulisan, dan seni pertunjukan (teater), di tanah air.

Sejak tahun 2007 hingga 2022, Titimangsa telah mementaskan 58 produksi yang sebagian besar merupakan alih wahana karya sastra ke bentuk lain.

Titimangsa telah memproduksi pementasan “Monolog Inggit” (2011-2014) karya penulis naskah Ahda Imran dan sutradara Wawan Sofwan, film pendek “Kamis Ke-300” (2013); pentas teater “Wayang Orang Rock Ekalaya” (2014); biografi kreatif Desak Nyoman Suarti “The Warrior Daughter” (2015), pentas “Bunga Penutup Abad” (2016, 2017, 2018); pentas “Perempuan Perempuan Chairil” (2017), Teater Tari “Citraresmi” (2017); Pameran Arsip “Namaku Pram” (2018), “Nyanyi Sunyi Revolusi” (2019); Konser Musikal Puisi-puisi Cinta “Cinta tak Pernah Sederhana” (2019); Teater Musikal di Taman “La La Love” (2019).

Baca Juga :   Drupadi Menggugat Kesewenangan Lelaki: Saatnya Hentikan Kekerasan pada Perempuan

Pada 2020, Titimangsa bersama KawanKawan Media memproduksi Sandiwara Sastra yang dapat didengarkan di podcast audio budayakita; teater daring “Rumah Kenangan”; teater daring “Aku Istri Munir”, “Puisi Cinta untuk Indonesia” dan teater musikal “Anugerah Terindah”.

Tahun 2021, Titimangsa kembali bekerja sama dengan KawanKawan Media memproduksi seri monolog “Di Tepi Sejarah” yang terdiri dari 4 judul; pementasan “Taksu Ubud” yang berkolaborasi dengan seniman-seniman Bali; pentas “Mereka yang Menunggu di Banda Naira” yang merupakan alih wahana dari novel yang berjudul “Bung Di Banda” karya Sergius Sutanto.

Pada April-Juli 2022, Titimangsa bersama KawanKawan Media memproduksi seri monolog Di Tepi Sejarah Musim Kedua dengan 5 judul “Kacamata Sjafruddin”, “Mata Kamera”, “Panggil Aku Gombloh”, “Senandung di Ujung Revolusi”, “Yang Tertinggal di Jakarta”. Pada Mei 2022, Titimangsa mementaskan Monolog Happy Salma dalam Teater Musikal “Inggit Garnasih: Tegak Setelah Ombak”.

Pementasan Sudamala: Dari Epilog Calonarang, 10-11 September 2022, di Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia, Jakarta. Foto: Bakti Budaya Djarum Foundation.

Indonesia Kaya

www.indonesiakaya.com menjadi portal informasi budaya Indonesia yang aktif memperkenalkan dan memberikan pengetahuan tentang kekayaan kebudayaan yang dimiliki Indonesia. Dalam portal ini, masyarakat bisa mendapatkan informasi tentang kekayaan yang dimiliki Indonesia dalam bentuk artikel, foto dan video.

Dari tahun 2011 silam hingga kini, www.indonesiakaya.com memiliki sekitar 2.000 informasi budaya yang terbagi menjadi empat elemen, yaitu pariwisata yang mengulas informasi keindahan objek wisata yang ada di Indonesia, kesenian yang membahas seni budaya Indonesia seperti seni pertunjukan atau kerajinan tangan, tradisi yang membahas jenis-jenis ritual, perayaan dan adat istiadat di daerah-daerah Indonesia, dan kuliner yang memuat kekayaan makanan tradisional Indonesia.

www.indonesiakaya.com juga menjadi rumah digital bagi program-program lainnya, seperti Galeri Indonesia Kaya, Ruang Kreatif, Taman Indonesia Kaya, Indonesia Menari dan berbagai kegiatan budaya lainnya.

Selama masa pandemi COVID-19, www.indonesiakaya.com juga menginisiasi berbagai kegiatan menarik bagi para penikmat seni yang sedang di rumah.

Acara-acara itu mulai dari menari lewat Ruang Kreatif #MenariDiRumahAja, menulis prosa lewat Ruang Kreatif #ProsaDiRumahAja, menulis puisi lewat #PuisiDiRumahAja, menulis ide kreatif lewat Workshop Online Ruang Kreatif, dan juga menyaksikan rekaman pertunjukan teater di rumah secara streaming lewat #NontonTeaterDiRumahAja.***

Posts created 399

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Begin typing your search term above and press enter to search. Press ESC to cancel.

Back To Top