Pegiat olahraga sepeda yang terhimpun dalam kelompok Gowes SR mengadakan pameran bersama dengan tema sepeda, di Orbital Dago Bandung, 14 Juni-2 Juli 2023. Dalam tajuk “Saya Bersepeda Maka Saya…,” pameran ini dimeriahkan karya berupa lukisan, drawing, instalasi, atau objek yang merepresentasikan pengalaman diri ketika bersepeda.
Gowes SR beranggotakan seniman, pekerja seni, dan alumni Seni Rupa ITB yang hobi bersepeda, hingga alumni SR yang menjadi atlet sepeda nasional.
Mereka yang terlibat dalam pameran ini yakni Agus Suwage, Andre Suryaman, Binandari, Dodi Hilman, Fitra Tara Mizar, Hilmi Fabeta, Indra Gunadarma, Joko Avianto, Maruto Ardi, Mujahidin Nurrahman, Radhinal Indra, Restu Taufik Akbar, Rendy Rakapramudya, Rio Ardani, Roumy Handayani Pesona, Tennessee Caroline, Rifky Goro, Setiyoko Hadisusanto, serta Singgih Susilo Kartono.

Pameran kali ini, Orbital Dago menampilkan garapan khusus para pesepeda maupun seniman dan alumni Seni Rupa ITB yang bersepeda, sekaligus merayakan Hari Sepeda Dunia yang jatuh pada bulan Juni.
Pada pameran ini, sepeda dan bersepeda menjadi manifestasi yang mendasari gagasan berkarya pekerja seni yang sudah lama bersepeda, pesepeda serius atau benar-benar pesepeda, juga amatiran, yang baru bersepeda (newbie), maupun yang hanya sekadar pernah bersepeda.
Karya-karya yang mereka tampilkan juga sangat beragam, mulai berbagai bentuk gubahan dari bagian komponen sepeda, eksplorasi material sepeda, drawing, lukisan dan instalasi lainnya.

Kurator Pameran “Saya Bersepeda Maka Saya…,” Rifky “Goro” Effendy mengatakan, seniman yang terlibat begitu nyaman dengan tema sepeda ini. Di antara mereka bahkan menjalankan pencarian dan eksperimen alternatif baru dengan bahan-bahan lokal untuk komponen sepeda, seperti bambu. Dalam pameran ini, aspek seni, desain, dan kriya pun dengan mudah melebur.
Dalam perkembangan seni rupa, kata Rifky, seni modern dan kontemporer sudah mahfum menggunakan sepeda sebagai medium untuk menyampaikan pesan. Seperti “Bicycle Wheel” karya Marcel Duchamp, yang menampilkan karya readymade berupa roda dan garpu sepeda di atas sebuah kursi dengan posisi terbalik.

Karya berkaitan sepeda yang begitu ikonik adalah karya seniman China, Ai Weiwei, yang berupa instalasi patung dari ratusan bahkan ribuan sepeda. Karya berjudul “Forever Bicycles” (2003) itu merupakan penyimbolan dari perubahan zaman masyarakat Cina. Karya seni ini menyimbolkan laju perubahan sosial di Cina, menyandingkan dengan keindahan dari istana klasik di abad ke-16.
Dari dalam negeri, sederet seniman maestro juga memilih sepeda sebagai manifesto karyanya. Seperti pada lukisan Hendra Gunawan, “Pengantin Revolusi”, yang menggambarkan suasana suatu pernikahan pada era perang.
Adapula lukisan S. Sudjojono, “ Siip Dalam Segala Cuaca” dan patung perunggu segerombolan pesepeda melaju kencang berjudul “Rush Hour,“ karya pematung Nyoman Nuarta.

Lingkungan
Rifky mengatakan, judul pameran “Saya Bersepeda Maka Saya…” menunjukkan bagaimana bersepeda bisa dimaknai beragam oleh para perupa. Bisa sebagai hobi, profesi, maupun sebagai identitas atau gaya hidup.
Bersepeda juga menjadi salah satu solusi bertransportasi yang ramah bagi lingkungan, serta solusi yang tepat untuk mengurangi emisi gas buang yang saat ini menjadi isu utama perubahan cuaca global.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), infrastruktur yang aman untuk berjalan kaki dan bersepeda juga merupakan jalur untuk mencapai pemerataan kesehatan yang lebih besar.
Untuk sektor perkotaan termiskin, yang seringkali tidak mampu membeli kendaraan pribadi, berjalan kaki dan bersepeda dapat menjadi sarana transportasi sekaligus mengurangi risiko penyakit jantung, stroke, kanker tertentu, diabetes, dan bahkan kematian. Dengan demikian, sepeda sebagai transportasi aktif yang lebih baik tidak hanya menyehatkan, tetapi juga adil dan hemat biaya.

Hari Sepeda Sedunia menarik perhatian pada manfaat menggunakan sepeda sebagai sarana transportasi berkelanjutan yang sederhana, terjangkau, bersih, dan ramah lingkungan.
Sebagai moda transportasi yang telah berumur sekitar dua abad, kata Rifky, sepeda sangat erat dengan tubuh manusia.
Sepeda selalu disesuaikan dengan geometri tubuh sesuai dengan kebutuhan manusia, mulai sebagai bentuk transportasi sederhana hingga, angkutan barang, untuk olah raga, maupun kesenangan hingga penjelajahan.

Di beberapa masyarakat negara maju seperti di Eropa dan beberapa negara Asia seperti Jepang, bersepeda adalah keseharian yang sudah lazim digunakan oleh masyarakat. Pesepeda diberikan jalur khusus antarkota, den-gan segala peraturan yang mendukungnya.
“Maka bersepeda menjadi suatu gerakan massa yang mendunia, terutama setelah masa pandemi Covid-19. Tetapi dalam pameran ini bersepeda juga bisa mempunyai makna personal. Maka dalam rangkaian pameran ini digelar temu wicara untuk berbagi pengalaman para pesepeda ini,” ujar Rifky.
Jika ingin melihat karya-karya di pameran ini bisa melalui Galeri Foto Mikrofon.id, dengan akses via link berikut: Galeri Karya Pameran Saya Bersepeda Maka Saya….***