
Seni Lukis dan Keramik Ramaikan Pameran ‘Hipotesa’ di Griya Seni Popo Iskandar

MIKROFON.ID – Menutup tahun 2021, Griya Seni Popo Iskandar, menghadirkan pameran seni lukis dan keramik dalam tajuk ‘Hipotesa’. Pameran yang dihelat 15 Desember hingga 31 Desember 2021 di GSPI, Jalan Setiabudhi no 235-B, Bandung, ini diikuti 12 seniman berbagai latar belakang.
Seniman yang terlibat yakni Arinandra Pribio, Cangra Pratama, Doni Ibrahim, Maulana Nur Maulid, Muammar Haikal Gibran, dan M Parid Gunawan. Lalu, ada pula Nadiya Alsajira, Nanang Nurjaman, Nidia Rielsalsabiil, Sendi Wijaya, Teguh Indriana Pangestu, serta Umar Pranata Ismail.
Dalam catatan kurator pameran ‘Hipotesa,’ Rainda Satrya Janari, diambilnya tajuk ini tentunya melalui beberapa pemikiran dari tiap-tiap seniman yang terlibat pada pameran ini.

Yang menjadikan tajuk ini menjadi lebih menarik adalah keberagaman ‘hipotesa’ yang dikeluarkan oleh masing-masing seniman yang kemudian menjadi sebuah karya seni.
“Selanjutnya yang menjadi penting pada pameran ini hadirnya keberagaman karya yang dipamerkan, adanya karya 2 dimensi dan juga 3 dimensi. Karya-karya yang ada pada pameran ini hadir dari berbagai pengalaman yang telah dilalui dalam kurun waktu tertentu, berjalannya waktu tersebut yang menjadikan lahirnya sebuah ‘Hipotesa,” ujar Rainda.
Menurut Rainda, hipotesa adalah alasan atau pengutaraan pendapat mengenai sesuatu, namun tidak bisa dibenarkan karena harus ada pembuktian dalam menjelaskannya.
Hipotesa hadir dari pola pikir manusia yang terus berkembang pada setiap zamannya. Hadirnya pengutaraan pendapat ini atas dasar pengalaman dan juga rasa ingin tahu manusia itu sendiri.
“Pendapat yang hadir ini tentu tidak bisa secara langsung dapat disetujui dengan jalan yang mudah, perlu adanya bukti dan juga alasan yang menunjang dalam pendapat ini,” katanya.
Pada praktiknya, peran konsep dan gagasan dalam pembuatan karya seni menghasilkan sebuah hipotesa. Hal ini umumnya pasti terjadi pada diri tiap seniman yang membuat karya seni.
“Hadirnya sebuah hipotesa ini tentunya ‘ada’ karena pengalaman-pengalaman yang turut berjalan berdampingan dengan senimannya itu sendiri,” tutur Rainda.
Pada karya seni, ia melanjutkan, hipotesa sangat dibutuhkan demi hadirnya sebuah karya seni rupa. Hal ini menjadi sangat penting dan dibutuhkan karena hipotesa itu sendiri menjadi penting hadir dalam proses pembuatan karya, terutama pada konsep dan gagasan.

Awalnya konsep dan gagasan ini hanya imajinasi belaka. Namun, berkembang menjadi sebuah hipotesa atau pendapat atas diri seniman masing-masing.
“Imajinasi tentu hadir atas dasar sebuah pengalaman. Pengalaman sangat besar dan penting peranannya dalam membentuk atau menghasilkan sebuah pemikiran terhadap seseorang, baik dalam pemikiran atas bersikap, bertindak ataupun dalam berkarya seni,” ujarnya.
Demikian pula dengan karya-karya yang tampil pada pameran seni rupa ini, memperlihatkan bagaimana peran imajinasi menjadi aspek yang menentukan.
“Pada pameran kali ini yang bertajuk ‘Hipotesa’ terdiri dari seniman muda yang lahir dari berbagai dan berbeda latar belakang. Perbedaan latar belakang ini menjadi hal unik dalam menanggapi tajuk pada pameran kali ini. Tentu keunikan ini lahir dari karya-karya yang berangkat dari seluk beluk kehidupan sehari-hari, pengalaman hidup hingga eksplorasi diri masing-masing,” tutur Rainda.***
Tinggalkan Balasan