Selain Seliyan, Rekaman Visual Anton Ismael dan Bastian Hansen di Atas Kanvas

De.construct 1.2, Karya Bastian Hansen di Pameran Selain Seliyan, di Ruang Dini, Bandung, 20 Mei-5 Juni 2022. Foto: Galeri Ruang Dini.

Karya foto Anton Ismael dan Bastian Hansen sudah begitu populer. Puluhan tahun menuai reputasi di ekosistem fotografi, nama keduanya telah ditempatkan di jajaran teratas bersama fotografer ternama lainnya.

Namun, pandemi menggelitik keduanya untuk mengalihkan jari dari tombol shutter ke kuas dan permukaan kanvas. Realitas pandemi yang mengurung pikiran banyak jiwa mengarahkan mereka untuk meluapkan ekspresi lewat lukisan dan rupa lainnya di atas kanvas.

Anton mulai mengeksplorasi lukisan tak lama sejak pandemi muncul di tahun 2020. Sedangkan Bastian mengaku telah mengenal gambar dan melukis sedari kecil dan mempelajarinya secara mandiri.

Saat SMA, ia sempat mendapat pelatihan dasar-dasar melukis. Sayangnya, kendala personal membuatnya tidak dapat melanjutkan studi ke institusi seni rupa. Setelah terabaikan oleh kepadatan fotografi, Bastian mulai kembali belajar setelah 20 tahun tidak bersentuhan dan meninggalkan medium lukis.

Berbeda dari 20 tahun, kali ini Bastian benar-benar bereksperimen secara spontan dengan materi nontradisional yang dapat ia temukan. Ia mengaku menemukan kebebasan sepenuhnya dalam berkarya.

Dalam prosesnya, Bastian tidak berupaya untuk menyampaikan suatu wacana, melainkan menjadikannya sebagai wahana untuk memproses ekspresi dirinya. Bastian tidak melukis apa yang ingin diciptakan namun menggambarkan perasaan saat proses melukis sedang berjalan; saat impuls kreatifnya mulai bereaksi secara spontan. Ia tidak pernah tahu apa yang akan ia lukis.

Kuas serta medium lain yang ia sentuh seolah-olah dirasuki oleh ruh dan bergerak dengan sendirinya (boleh jadi melalui proses ketidaksengajaan) sehingga ia menemukan rasa dalam prosesnya. Ia kemudian rekam dan ulangi setiap proses dan teknik yang kurang lebih serupa untuk menciptakan rasa yang berbeda.

Dalam hal ini Anton dan Bastian memiliki persamaan yang lebih kurang serupa: mereka sama-sama melakukan proses eksplorasi dan eksperimentasi seni rupa dari awal mula.

Anton mulai mempelajari dan mengeksplorasi lukisan secara otodidak sebagai bentuk ekspresi emosi dan ketertarikan personal pada hal-hal di sekelilingnya, dan dalam konteks pameran Selain Seliyan ini adalah makanan.

Selain populer karena karya-karya fotografinya, Anton juga dikenal sebagai orang yang gemar mengulik hal-hal dari beragam disiplin seperti halnya memasak dan kali ini, melukis. Anton beranggapan bahwa memotret tidak sama pentingnya dengan melukis; melukis tidak sama pentingnya dengan memasak, dan memasak tidak sama pentingnya dengan belajar, juga apa-apa yang ia lakukan dalam keseharian.

Beragam macam multidisiplin yang Anton tekuni dan pelajari menjadikannya semacam catatan perjalanan hidupnya, dan memasak menjadi salah satu kegiatan yang secara produktif ia lakukan. Eksplorasi mendalam yang ia lakukan saat mengenali masakan diterapkan serupa ketika memulai mengenali cara melukis.

Koin Terakhir, Karya Anton Ismael di Pameran Selain Seliyan, di Ruang Dini, Bandung, 20 Mei-5 Juni 2022. Foto: Galeri Ruang Dini.

Art Brut

Dalam catatan Ruang Dini yang ditulis Raisha Adistya Pramita, keberadaan Anton dan Bastian yang mulai membuat karya hasil proses eksplorasi dan eksperimentasinya ini boleh jadi masuk ke dalam kategori fenomena yang pertama kali Jean Dubuffet identifikasikan sebagai Art Brut di tahun 1940an.

Art Brut kemudian dipopulerkan di tahun 1972 oleh Roger Cardinal sebagai Outsider Art atau karya-karya yang cukup independen dari sistem seni rupa. Seniman outsider secara umum dipahami untuk merujuk orang-orang yang tidak terkekang dari institusi artistik formal, yang terbebas dari budaya dominan dalam medan seni rupa.

Art brut atau Outsider Art ini bukanlah gaya seni ataupun gerakan, melainkan sebuah produksi artistik yang terbebas dari gerakan seni lain dan tercipta dari dirinya sendiri.

Mulanya istilah Art Brut digunakan untuk mendefinisikan arti seni yang mencakup karya-karya individu, yang baik dengan sukarela maupun tidak, menjadi orang di luar masyarakat atau kelompok budaya dominan.

Art Brut sempat dicirikan sebagai produksi seni bagi mereka yang memiliki disabilitas atau para penyintas gangguan mental, yang saat itu karya-karya mereka tidak dibagikan atau bahkan disembunyikan dari ruang publik.

Seiring perkembangannya, Art Brut digambarkan sebagai karya seni personal yang diciptakan oleh mereka yang belajar secara otodidak; tidak mendapatkan edukasi seni, yang boleh jadi terisolir atau terbatasi dari formalitas seni rupa, di mana karya-karya yang diproduksi berada di luar semua realitas artistik yang diterima oleh medan seni rupa arus utama. Maka, hadirlah outsider art.

The Settlers 1.1, Karya Bastian Hansen di Pameran Selain Seliyan, di Ruang Dini, Bandung, 20 Mei-5 Juni 2022. Foto: Galeri Ruang Dini.

Karya Liyan

Apa yang disuguhkan Anton dan Bastian dalam karyanya pun dapat dikatakan cenderung tidak berdasarkan tradisi komunitas dan estetika kolektif, melainkan bentuk dari keunikan visi personal sekaligus kemurnian ekspresi yang dimiliki kedua seniman.

Anton memilih untuk melukiskan ketertarikan dan ekspresi personalnya atas makanan. Bagi dia, keberadaan makanan menjadi hal yang sangat signifikan: tidak hanya soal tampilan melainkan rasa yang dapat dihasilkan. Anton melihat bahwa rasa dalam masakan dapat dengan baik menyatukan frekuensi dan persepsi kita sebagai manusia. Dengan melukiskan makanan, Anton dapat menciptakan sekaligus menemukan esensi dari rasa.

Sementara itu, eksperimentasi seni yang dilakukan Bastian ditujukkan untuk mencurahkan hasrat atas apa-apa yang ia rasa setelah sekian lama terlepas dari dunia seni rupa. Tak jauh berbeda dengan Anton, Bastian pun mengakui bahwa dalam menciptakan karya ia menghindari kejelasan bentuk dan membiarkan kanvas ‘berbicara’ kepada seniman.

Ia tidak membangun konsepsi dalam kekaryaannya. Makna dari setiap karya yang ia buat terletak pada proses penciptaan itu sendiri. Bastian ingin kembali berseni untuk berproses dan belajar.

Karya Masak Babi, Anton Ismael di Pameran Selain Seliyan, di Ruang Dini, Bandung, 20 Mei-5 Juni 2022. Foto: Galeri Ruang Dini.

Pemilihan Media

Dalam karya yang dipamerkan di Selain Seliyan, Ruang Dini, Anton dan Bastian menghantarkan lepasnya ekspresi lewat ragam medium dan warna. Dalam proses penciptaan karyanya, tidak sedikit Bastian menggunakan dan memanfaatkan alat-alat atau media yang berada di sekelilingnya.

Dengan menggunakan mixed media seperti halnya tisu dan kertas, Bastian akui dapat secara efektif menemani eksperimentasi seninya dengan modal kapital yang boleh jadi tidak terlalu mahal. Kertas yang ia gunakan pun bukanlah kertas polos saja, melainkan sudah melalui kertas daur ulang, seperti koran, yang telah melalui proses pelipatan atau bahkan perobekan yang ia tinggal semalaman.

Ia kemudian menumpuk kertas-kertas yang satu dengan yang lain, dengan daya resap yang berbeda-beda, untuk menciptakan ketebalan tertentu. Bastian ingin betul-betul menikmati proses kebebasan juga keliaran berkarya. Kerapuhan materi seperti kertas dan tisu menjadi jalan ia pilih. Kehati-hatian dalam proses berkarya, membuat seniman dapat merekam apa-apa yang dirinya lakukan terhadap karya seni.

Apa yang dilakukan Anton dan Bastian ini secara tidak langsung mengafirmasi bagaimana karya-karya produksi outsider diromantisir. Bahkan, karya Art Brut atau Outsider Art yang dinilai menentang seni budaya dalam arti tertentu membuat seniman mampu menemukan ikonografi dan menghasilkan teknik mereka sendiri.

Kekayaan materi dan ketidakterbatasan teknis membuat apa-apa yang dikerjakan menjadi cukup distingtif dan memiliki ciri khas tersendiri. Karena kemerdekaannya dari aturan-aturan formalis, membuat seniman seperti Bastian dapat memanfaatkan material-material sederhana atau bahkan bahan limbah pada umumnya yang bisa ia temukan.

Pada saat yang sama, keterampilan dan upaya eksperimentasinya ini dapat menonjolkan kreativitas artistik kedua seniman. Hal ini menjadikan karya seni idiosinkratik dan tanpa preseden menjadi tema yang kemudian muncul dalam proses mereka berkarya. Anton pun mengakui bahwa ia tidak memiliki ‘panutan’ ataupun referensi dalam berkarya; apa yang ia buat murni dari dirinya sendiri, tidak berlandaskan pada pendahulu-pendahulu seni rupa.

Untitle 1.1, Karya Bastian Hansen di Pameran Selain Seliyan, di Ruang Dini, Bandung, 20 Mei-5 Juni 2022. Foto: Galeri Ruang Dini.

Produktifitas

Keduanya pun mengaku bahwa melukis merupakan sesuatu yang mereka lakukan sebagai hobi di sela-sela waktu luangnya. Keadaan pandemi yang membatasi mereka untuk menjalankan karier profesional sebagai seorang fotografer juga figur publik semakin mendorong keduanya untuk produktif melukis sekaligus bereksperimen di dalam prosesnya.

Kondisi ini secara langsung memberikan kebebasan dan kemerdekaan dalam mengembangkan otentisitas teknik dan gaya dari karya-karya yang Anton dan Bastian ciptakan.

Apalagi, berada di pasar seni rupa bukan menjadi motivasi utama Anton dan Bastian dalam menciptakan karya, melainkan murni berasal dari hasrat kedua seniman untuk menyalurkan ekspresi personal melalui medium lukis. Karenanya, mereka tidak mempersoalkan opini atau kritik publik terhadap apa yang mereka cipta.

Penciptaan karya dilandasi rasa penuh dengan sukacita, orisinalitas, dan otentisitas murni membuat fenomena seni seperti ini kerap dianggap mentah dan kasar. Akan tetapi, tujuan kedua seniman ini hanya menghasilkan karya secara impulsif dan tanpa batasan apa pun.

Realitas yang mereka hadapi adalah memproduksi seni secara terus-menerus sebagai jalan untuk dapat mengekspresikan diri, dan lewat Pameran Selain Seliyan di Ruang Dini, Anton dan Bastian telah mulai memproduksi dan mencipta.

Latar

Anton Ismael

Formal Education:

Forest International School, Australia;

SD Vincentius, Jkt, Indonesia;

SMP Tarakanita, Magelang, Indonesia;

SMA De Britto, Yogyakarta, Indonesia;

Royal Melbourne Institute of Technology, Australia.

Jobs Title:

Managing Director of Third eye Space Photographer (The Looop Indonesia);

Lecture at Akademi Desain Visi Yogyakarta.

Client List:

Levi’s, Coca cola, Sunfill, Frestea, Dji sam soe, Garuda barongsai, Garuda executive, Garuda frequent flyer, Bir bintang, Agip, Honda CRV, Honda new city, Mc. Donalds, PT. Loreal Indonesia, Sanex, Vaseline, IM3, Heineken, LA Light, GE, Frisian Flag, ANZ, BNI Bank, Benkwat, Plaza Indonesia, etc.

Bastian Hansen

Formal Education:

Montclair High School. Los Angeles, CA.;

Art Center Collage of Design (summer & fall program scholarship) Los Angeles Communiity Collage;

Chaffey Collage Communiity Collage.

Experience:

Bloom Production (Head of Design);

Equator Group (Marketing Director);

BHP Studio 1 (Founder and Head Photographer) Bastian Hansen Photography.

Karya Pameran Selain Seliyan bisa disaksikan lewat Galeri Foto mikrofon.id, melalui link berikut: Pameran Selain Seliyan.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

%d blogger menyukai ini: