Save Gigs Berlaga, Rekonstruksi Kecil Keseruan Laga Pub

Acara Save Gigs Berlaga. Foto: Dadan “Ogos” Ramdan/mikrofon.id.

Lewat acara Save Gigs Berlaga, Ellion Music merekonstruksi keseruan Laga Pub yang pernah menjadi ruang panggung alternatif terkemuka di awal era 2000. Bangunan di jantung Kota Bandung itu sempat melahirkan band-band hardcore dan punk kenamaan.

Band-band sekelas Restrain, Pitfall, Right 88, Jolly Jumper, dan Power Punk, yang menjadikan Laga Pub sebagai pelontar karier bermusik mereka dihadirkan Save Gigs Berlaga, di Vandal Gigs and Bar, Minggu, 6 November 2022.

Meski usia yang tak semuda masa hura-hura di Laga Pub, line-up yang meramaikan Berlaga tetap bikin puas para penonton, yang di antaranya juga sudah tak lagi remaja. Performa band yang menggema di Vandal malam itu menuai banyak pujian; jika memukau dianggap terlalu berlebihan.

 

Acara Save Gigs Berlaga. Foto: Dadan “Ogos” Ramdan/mikrofon.id.

Penampilan awal diisi band hardcore punk, Right 88, yang membuka kawan-kawan yang hadir dengan menyetrum kenangan kembali era kejayaan Laga. Apalagi saat lagu “Refleksi Diri” dimainkan sebagai salah satu lagu andalan mereka, para penonton begitu larut.

Setelah Right 88, aksi dilanjut gempuran Pitfall yang menambah gairah spektator di tengah arena moshpit. Pitfall tampil totalitas mulai dari lagu “Hopes From Your Handstied” sampai “Romansa Klasik Menuju Akhir.”

Permainan gitar Ikhsan, gebukan drum Aldi, hingga scream Lukita, masih menyisakan Pitfall yang sama saat era Laga Pub itu.

“Perjalanan (tahun) 97 sampai sekarang bisa menghibur untuk kalian. Saya juga mengucapkan makasih kepada teman saya yang bisa hadir. Ikhsan kali ini tinggal di Cirebon, Aldi juga baru sekarang maen drum lagi,” kata Lukita, di tengah manggung.

Vandal semakin memanas saat Restrain menguasai panggung. Diawali intro “Exceeding Your False Desire,” lanjut dihantam lagu “Weak Chapter.” Penonton pun menyambut dengan sorak dan bersegera melebur di moshpit.

Pergantian di sejumlah sektor baru tidak membuat berkurangnya rasa hardcore di dalam tubuh Restrain: Fajar pada vokal, Rudi (gitar), Panda (drum), Gugi (bas), dan Lingga (gitar).

Saat nomor hits mereka, “Gemini Killer,” dilepas, Fajar mengundang Ucok (eks vokalis Restrain) untuk sharing stage yang disambut gemuruh seisi Vandal malam itu.

Acara Save Gigs Berlaga. Foto: Dadan “Ogos” Ramdan/mikrofon.id.

Sedikit cooling down, penampilan berikutnya hadir Jolly Jumper. Mulai dari awal hingga akhir lagu, penonton merebut mikrofon untuk menikmati lirik mereka, hingga  “Siklus Tanpa Arah” menjadi penutup penampilan Jolly Jumper di Vandal.

Pamungkas Save Gigs Berlaga kali ini dihajar oleh para veteran dari Power Punk. Di zaman Laga Pub, band Punk ini begitu santer.

Para personel Power Punk pun begitu menikmati panggung malam itu. Sang Vokalis, Aldi dengan singkat menceritakan peran Laga Pub bagi perkembangan Power Punk serta ekosistem musik bawah tanah saat itu.

“Laga Pub itu awal-awal kita manggung,” katanya.

Lagu andalan berderet-deret mereka pacu kencang, mulai dari “Ini Bukan Lagu Religi” sampai “Ilmu Hitam.” Circle pit pun terus menjalar setiap mereka membawakan lagu. Mereka menikmati masa kejayaan itu dan bersyukur saat ini masih eksis bermain band dan menghibur.

Acara Save Gigs Berlaga. Foto: Dadan “Ogos” Ramdan/mikrofon.id.

Nuansa Kebangkitan Kedua

Laga Pub sempat menjadi penghela napas pergerakan musik underground Kota Bandung pasca Saparua, sebelum akhirnya sama-sama berhenti.

Saat itu, Laga Pub bisa menyerap kebutuhan ragam genre dan komunitas di tengah sulitnya mendapat tempat dan izin acara.

Untuk mengenang kejayaan laga sekaligus sebagai menguak sejarah musik underground di era 2000an itu, Ellion Music menggagas acara Save Gigs Berlaga. Berlaga mengajak band yang pernah merasakan letupan animo publik atas musik di Laga Pub.

“Awalnya bikin acara ini ngobrol sama temen-temen seangkatan dengan Alone at Last. Ada band keren era Laga Pub, kayak Restrain, Right 88, Pitfall, itu kan band lama vakum sampai berapa belas tahun,” kata salah satu penggagas acara Save Gigs, Ubey “Alone At Last.”

Ia pun mengatakan, acara memori ini sebagai salah satu upaya mengingatkan kembali nuansa acara kolektif serupa era Laga.

“Sekalian pengen mengingat nuansa era Laga itu kebangkitan kedua setelah Saparua. Karena seru ngumpulin band era Laga itu,” tuturnya.

Syamsa, inisiator acara lainnya, mengatakan, bagi beberapa band seperti Right 88, Pitfall, dan Restrain, Save Gigs Berlaga ini jadi momentum reuni.

Ellion Musi sempat kesulitan karena sejumlah personel dari band yang mereka undang terkendala domisili di luar Bandung dan lagi-lagi, terbelit pekerjaan.

“Terus ada yang udah lama enggak Latihan juga. Akhirnya kita coba-coba, dan akhirnya mereka bisa. Makanya kita munculin hashtag #kitacobalagi,” katanya.

Acara ini memang dirancang untuk menghidupkan kembali band lama, yang sempat hilang dari radar. Sisanya, Save Gigs ingin bersilaturahmi sambil mengenalkan band-band lama kepada generasi sekarang.

“Jadi lebih ke mengenalkan, zaman dulu ada lho, tahun 2000an yang namanya Laga Pub, yang menghasilkan band-band keren. Kalian juga bisa lho. Sekarang ada tempat Namanya Vandal, jadi tempat keren dan kalian bisa kayak mereka (band-band era Laga Pub),” kata Syamsa.

Dengan sejarah Laga Pub yang menciptakan banyak karya, ia berharap bermunculan lagi tempat-tempat serupa yang bisa mewadahi event dan gigs buat band yang butuh main. “Pengennya ke depan munculin gigs buat band baru, yang bagus. Kalau ada rezekinya, kita pengen bikin festival,” ujar Syamsa.***

Profil Penulis

Andryan Ramadhany, lulusan Jurnalistik Universitas Pasundan ini lahir di Kota Bandung, 15 Maret 1992. Dilatarbelakangi kecintaanya dengan musik underground, Andryan banyak dipengaruhi musik bernuansa hardcore. Ia tergiring menyukai musik keras diawali suntikan band New York seperti Youth Of Today hingga band asal California Throwdown juga Lionheart.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

%d blogger menyukai ini: