Galeri Ruang Dini, Bandung, menampilkan pameran karya lukis Seri Limbo dari seniman R.E. Hartanto, 10 hingga 28 Desember 2022.
Kenyamanan mata saat menikmati Seri Limbo ini dipicu olahan cat yang ditimbang sedemikian presisi, menonjolkan intensitas radians warna di beberapa objek karya, menampilkan tata cahaya impresif, dan menawarkan narasi soal ketidakpastian yang mungkin terhubung dengan banyak manusia.
Seri ini menggambarkan lanskap alam asing di dunia antah berantah, sebuah dunia yang familiar, namun tidak masuk akal. R.E. Hartanto mengubah figur realisme manusia dengan figur hewan untuk mencerminkan perasaan manusia selama masa pandemi.

Hal ini merepresentasikan keganjilan saat manusia dipaksa untuk menjalankan kesehariannya dalam mode survival atau bertahan hidup.
Melalui catatannya, Asisten Kurator Galeri Ruang Dini Raisha Adistya Pramita menilai karya yang dipamerkan ini terlahir dari pengamatan dan pengalaman suasana batin manusia saat dihadapkan oleh kebingungan dan ketidaktahuan saat pandemi Covid-19 dimulai.
Limbo, menurut pengertian sehari-hari, merupakan situasi sementara dipenuhi ketidakpastian karena menunggu resolusi tertentu.

Subjek kekaryaan R.E. Hartanto seringkali berkenaan dengan pergulatan batin kelas menengah. Ia tidak melukiskan wujud manusia sebagai subjeknya, tetapi berfokus pada kondisi batin mereka sebagai bagian dari kelompok massa yang dinamis.
Oleh karena itu, realisme saja dianggap tidak cukup, yang dibutuhkan adalah surealisme. Alegori ia gunakan untuk membangun narasi dan makna suatu objek ia dorong lebih jauh untuk merangsang imajinasinya.
Dalam karya seri Limbo ini, Tanto menempatkan figur hewan ini di tengah latar lanskap, yang sebenarnya bukan habitatnya. Efek kontras dan penggambaran realitas yang nampak semakin terdistorsi ini memposisikan manusia seolah-olah teralienasi dari lingkungannya sendiri selama masa pandemi.

Kejanggalan, ketidakmasukakalan, dan kondisi morbid ini kemudian membuat apa-apa yang hidup akan berupaya untuk tetap bertahan. Limbo sebagai bahan renungan, pemikiran, atau bahkan refleksi diri.
Tanto menggambarkan Limbo sebagai situasi sementara yang dipenuhi ketidakpastian karena menunggu resolusi tertentu. Rasa bimbang ini membayangi manusia yang tak tentu harus melakukan apa selama masa pembatasan saat pandemi, sebelum hadirnya vaksin.
Ruang siber sebagai satu-satunya media untuk tetap terkoneksi dan mendapatkan informasi menjadi signifikan dalam upaya manusia dalam mendapatkan jawabannya.

Permasalahannya, konten informasi yang tersedia terlalu banyak dan beragam sampai-sampai menyeret ke dalam bentuk kebingungan dan ketidakpastian lain.
Pandemi memaksa kita untuk bertahan hidup di kondisi yang terisolasi, bias kita terus distimulasi dan dibentuk oleh sumber yang tak terhitung banyaknya yang secara efektif mensimulasikan versi ‘kebenaran’ yang berbeda untuk semua orang—hingga pada akhirnya memecah-belah narasi sosial.

Pada titik ini, manusia didorong lebih jauh lagi untuk mempertahankan hidupnya, persis seperti yang berusaha Tanto gambarkan dalam Seri Limbo.
Tanto merasa, menggunakan realisme untuk menampilkan kondisi manusia terbukti problematis. Realisme adalah bahasa yang bisa digunakan sampai tataran tertentu untuk menjelaskan semua yang bisa diobservasi dalam realitas kesadaran.
Akan tetapi, untuk melampaui itu ia harus meminjam imajinasi pemirsa untuk membentuk makna baru.
“Saya tertarik pada kondisi manusia. Itu mencakup wujud fisik sekaligus pergulatan batinnya. Bagaimana seorang pelukis yang bekerja dalam disiplin realisme seperti saya mampu melukis pergulatan batin kelas menengah yang dinamis dengan cat minyak di atas kanvas selama berbulan-bulan sementara kecerdasan buatan, hanya dengan input teks, mampu menghasilkan komposisi serupa dalam waktu sedetik?” tutur Tanto.

Bio Singkat
R.E. Hartanto lahir di Bandung 1973. Lulus dari Studio Seni Lukis, Jurusan Seni Murni, FSRD – ITB pada tahun 1998, Sejak 1998 hingga saat ini, Tanto berkiprah sebagai perupa dengan berkarya, mengikuti pameran kelompok dan pameran tunggal, membuat lokakarya dan proyek seni rupa, juga mengikuti program artist in residence di berbagai kesempatan.
Selain berkarya Tanto juga mengajar kursus dan menulis blog seni rupa. Klinik Rupa Dokter Rudolfo adalah sebuah sanggar maya yang mulai aktif di Instagram pada bulan Oktober 2014, ditujukan sebagai wahana bagi siapa saja yang tertarik untuk belajar menggambar dan melukis dalam disiplin realisme, dengan fokus pada seni potret.***