Everyone X Kunasi menggelar pameran bertajuk “Watercolor Wonders: Exploring Spectrum of Style,” di Kunasi Indonesia, Jalan Gandapura, Bandung, mulai 26 Agustus hingga 10 September 2023.
Para perupa yang terlibat dalam pameran ini yakni Nadia Mahatmi, Benny Zhuang, Yohanes Asido Raduck, Lina Nuramaliani, Lutfi Fathinudin, Prima Milawati, lalu Reynavadixs, Henny Herawati, dan Nathalia Noor. Selain itu, ada pula Auditama Nugraha, Saskia Gita Sakanti, Icka Gavrilla, Rafif Saleh, Mikhael, Faqih Allawii, Avisa Azalia, Puput Sri Rezeki, Evelyn Teja, lalu, Nadya Nurul Azmi, Anisa Octavia, serta Linna Oei.
R.E Hartanto, yang menjadi kurator pameran ini menyebut, “Watercolor Wonders: Exploring Spectrum of Style” mencoba memperlihatkan kekuatan cat air dalam mengakomodasi beragam gaya para perupa. Dalam catatannya, ia menulis cat air merupakan media beragam gaya.

Seniman yang biasa dipanggil Tanto ini menjelaskan, pameran ini didominasi oleh karya-karya potret dan figur yang terfokus pada representasi manusia. Lebih rinci, ia menyebut karya Auditama, Natalia, dan Olin menunjukkan penguasaan teknik yang baik, dan karya Linna berada di level yang lebih tinggi.
“Selain teknik, karya dengan mood yang kuat selalu memikat, seperti terlihat pada karya Rafif, Yohanes, Luthfi, dan Benny. Dikerjakan dengan media apapun juga, karya seni sebaiknya punya mood yang kuat, melampaui narasinya. Cat air juga bisa digunakan untuk ekspresi bergaya sketsa, yang menggabungkan penggunaan tinta, seperti yang terlihat pada karya Aviza, Nadia, dan Annisa,” ujar Tanto.

Secara filosofis, dijelaskan pula jika cat air adalah media paling populer di dunia karena karakteristik dan kepraktisannya kendati merupakan salah satu media yang paling sulit untuk dikuasai. Menurut Tanto, dari semua jenis cat berpigmen, aquarelle, cat berbasis air, adalah yang tertua.
“Sejak puluhan ribu tahun lalu, manusia prasejarah telah melukisi dinding-dinding gua menggunakan pigmen yang dicampur air. Kenyataan bahwa hingga kini aquarelle masih digunakan dalam penciptaan karya-karya seni menunjukkan kecintaan banyak orang pada karakteristiknya,” tuturnya.

Dari sisi teknis, Tanto menyebut kejelasan atau transparency adalah karakteristik cat air. Itu adalah keunggulan sekaligus kelemahannya. Jika melakukan kesalahan di satu lapisan, kesalahan itu akan tetap terlihat walau telah ditutupi dengan banyak lapisan. Hal ini yang menyebabkan aquarelle sulit dikuasai, berbeda dengan gouache, cat akrilik, atau cat minyak yang legap (opaque).
“Namun, di sisi lain kelejasan ini membuat lapis demi lapis berpadu dengan lembut dan serasi, membuat ekspresi menjadi liris. Walau ekspresi dengan cat air bisa dibuat kasar dan ekspresif, namun kekuatan cat air yang sesungguhnya ada pada sapuan kuas yang lembut, mengesankan keindahan yang rapuh. Ini adalah karakter khas cat air yang dicintai begitu banyak perupa,” katanya.

Dalam beberapa karya peserta pameran ini, ia menjelaskan cat air cocok digunakan untuk melukis flora seperti terlihat pada karya Henny, Icka, dan Prima.
“IDSBA (Indonesian Society of Botanical Artist), organisasi tempat ketiganya belajar dan berkarya, menempatkan cat air sebagai media utama ekspresi mereka. Para perupa IDSBA terbiasa menggunakan teknik basah di atas kering (wet on dry) untuk kontrol yang lebih baik saat melukis, berlawanan dengan teknik basah di atas basah (wet on wet) seperti bisa dilihat pada karya Saskia, dan Evelyn. Seni abstrak yang ekspresif sering menggunakan teknik basah di atas basah karena ketidakterdugaannya,” kata Tanto.

Karya-karya di Pameran “Watercolor Wonders: Exploring Spectrum of Style,” ini bisa dilihat di Galeri Foto Mikrofon.id, dengan mengakses link berikut: Pameran Watercolor Wonders.***