Pameran Konstruksi Tanda: Kritik Atas Bias Kekerasan Tubuh Melalui Ujaran

M. Farid Gunawan, Doni Ibrahim, Yunia Nurmaliki, dan Christine Mandalahi, menyajikan pameran bersama, ‘Konstruksi Tanda’. Foto: Pameran Konstruksi Tanda.

MIKROFON.ID – M. Farid Gunawan, Doni Ibrahim, Yunia Nurmaliki, dan Christine Mandalahi, menyajikan karya seni lukis dalam pameran bersama, Konstruksi Tanda, mulai 26 Juni hingga 26 Juli 2021.

M. Farid Gunawan, Doni Ibrahim, Yunia Nurmaliki, dan Christine Mandalahi, menyajikan pameran bersama, ‘Konstruksi Tanda’. Foto: Pameran Konstruksi Tanda.

Kurator pameran, Ardiyanto menutukan, pameran ini merupakan langkah awal bagaimana para peserta belajar mengelaborasi memori, sejarah, konteks material-teknik-alat, kemampuan menata kelola sejumlah lemen dan prinsip dasar dalam seni rupa, atau komposisi.

“Aspek senibilitas, daya kritis, kuriositas dan kreatifitas menjadi kemampuan lainya yang banyak digunakan dalam menggali fakta, fenomena dan pengalaman yang diintrepretasikan lebih jauh dan dicarikan strategi berkarya dan pilihan gaya serta objek visual apa saja yang akan dieksplorasi dan dieksekusi di atas dasaran karya,” ujarnya.

M. Farid Gunawan, Doni Ibrahim, Yunia Nurmaliki, dan Christine Mandalahi, menyajikan pameran bersama, ‘Konstruksi Tanda’. Foto: Pameran Konstruksi Tanda.

Untuk pembelajaran, Ardiyanto memberikan tema fable, tradisi, tubuh dan diri, artefak dan budaya. Tema ini akan lebih sempurna jika ditelusuri dan dipelajari dan dikembangkan dalam banyak eksperimen atau studi-studi dalam upaya membangun upaya berbahasa rupa yang personal, kreatif serta mandiri.

Berbekal tema itu, seniman di pameran Konstruksi Tanda ini mampu menampilkan asepk kognisi, afeksi dan penghayatan merupakan yang tidak bisa terpisahkan dalam setiap langkah kerja kreasi ini.

M. Farid Gunawan, Doni Ibrahim, Yunia Nurmaliki, dan Christine Mandalahi, menyajikan pameran bersama, ‘Konstruksi Tanda’. Foto: Pameran Konstruksi Tanda.

Ada kritisisasi terhadap bias praktik kekerasan tubuh melalui ujaran-ujaran. Ada kritik dan harapan kerelatifan nilai kecantikan pada wanita di mana pun saat ini.

Ada pula yang menyoal eksitensialisasi diri dan disorientasi hidup atau bahkan lebih spesifik kegalauan dalam mengarungi karir sebagai perupa.

M. Farid Gunawan, Doni Ibrahim, Yunia Nurmaliki, dan Christine Mandalahi, menyajikan pameran bersama, ‘Konstruksi Tanda’. Foto: Pameran Konstruksi Tanda.

Terdapat pula interpretasi artefak kebendaan dan masa lalu yang dibalut kehilangan figur yang sangat penting dalam hidup. Semacam memoriabilia, benda menjadi memiliki harapan atau doa yang tersaji dalam manifestasi karya.

Ardiyanto menambahkan, tentu kemampuan ini akan selalu meningkat manakala aspek-aspek orientasi hidup dan motivasi diperjuangkan lebih kuat. Hal ini menjadi bukti bahkan berkarya bulan semata problem teknik, material dan keterampilan.

“Tetapi juga menyangkut aspek mentalitas yang lebih kompleks tantangannya. Hal ini harus segera diatasi. Semoga pameran awal ini menjadi dasar motivasi guna menguatkan pondasi berkarya dan berpameran lebih baik lagi,” ujarnya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

%d blogger menyukai ini: