Pameran ‘Bersemi’ Taufiq HT, Inspirasi Seni dari Bercocok Tanam Semasa Pandemi

Taufiq HT menggelar pameran tunggal “Bersemi”, yang dilangsungkan di Orbital Dago, Bandung, mulai 19 Maret hingga 11 April 2021. Foto: Orbital Dago Bandung.

MIKROFON.ID – Menghabiskan waktu di kebun, halaman, merawat tanaman, hingga bercocok tanam menjadi tren publik di tengah pandemi. Bercocok tanam menjadi media relaksasi di saat pembatasan ruang dan jarak dengan manusia lain semakin lumrah dijalankan. 

 “Virus” membuka hubungan dengan tanaman juga menerpa salah seorang seniman, Taufiq HT. Semakin dekat dengan kehidupan tanaman justru menggiring Taufiq lebih produktif dalam berkarya.

Karya dari hasil interaksinya bersama tanaman itu dibawanya ke dalam pameran tunggal “Bersemi”, yang dilangsungkan di Orbital Dago, Bandung, mulai 19 Maret hingga 11 April 2021. Pameran ini bekerjasama dengan Colaborea art and design serta ArtSociates.

Lewat catatan Mujahidin Nurrahman, Taufiq menangkap fenomena asyiknya terhubung dengan tanaman sebagai sesuatu yang tampak remeh, namun memiliki dampak yang cukup besar bagi masyarakat dalam menjalani pembatasan sosial.

Banyak hal yang hilang ketika masyarakat terpaksa untuk tetap berada di rumah, salah satunya yang cukup penting adalah interaksi sosial. Pada umumnya interaksi sangat dibutuhkan oleh manusia.

Taufiq memposisikan bercocok tanam sebagai pelarian atau pengganti interaksi sosial yang hilang, karena sebagian besar orang akan merasa bahagia ketika melakukannya. Secara sadar atau tidak, mereka seperti berdialog dalam pikiran, berdialog dengan dirinya, berdialog dengan tanaman yang sedang dia rawat dan tentu bercocok tanam membutuhkan kasih sayang, intensitas dan komitmen.

Taufiq HT menggelar pameran tunggal “Bersemi”, yang dilangsungkan di Orbital Dago, Bandung, mulai 19 Maret hingga 11 April 2021. Foto: Orbital Dago Bandung.

Hubungan emosi inilah yang akan membuat manusia tetap sehat. Ketika bercocok tanam, seseorang akan menemukan pengulangan, namun tidak identic. Kejutan-kejutan reaksi dari percobaan dan kegagalan yang kemudian menjadikan penghobi tersebut berproses kembali untuk memahami makna kehidupan.

“Proses ini kita temukan dalam karya-karya terbarunya, seperti kesan tumbuh, pengulangan namun tidak identik, eksplorasi bahan, still life, stilasi bentuk, dan warna beragam. Kita bisa melihat dalam penyajian karya, frame yang digunakan tidak hanya berperan sebagai ‘pemanis’ karya, melainkan menjadi satu kesatuan dari karya tersebut,” kata Mujahidin.

Taufiq HT menggelar pameran tunggal “Bersemi”, yang dilangsungkan di Orbital Dago, Bandung, mulai 19 Maret hingga 11 April 2021. Foto: Orbital Dago Bandung.

Dalam salah satu karya Taufiq yang berjudul “Vertical Thinking,” terdapat 32 gambar dengan ukuran sama disusun dalam kotak kotak dua kolom 16 baris membuat kesan terisolasi dari satu sama lain. Bila dihubungkan, ini menjadi gambaran bagaimana sosial yang seharusnya terus tumbuh terpaksa dibatasi oleh protokol kesehatan.

Dalam pameran tunggal pertamanya ini, ia mengolah banyak sekali image dalam satu karya utuh. Ternyata hal ini tidak tanpa alasan. Ada kecenderungan Taufiq untuk mengisi penuh ruang dalam “kanvasnya” menjadi berbagai citra.

Boleh jadi, ini terjadi karena dalam kehidupan sehari hari Taufiq. Untuk mendukung karirnya sebagai full time artist, Taufiq melakukan banyak aktivitas pendukung, seperti mengajar, bisnis olahan susu bahkan karyawan 8 jam kerja.

Taufiq HT menggelar pameran tunggal “Bersemi”, yang dilangsungkan di Orbital Dago, Bandung, mulai 19 Maret hingga 11 April 2021. Foto: Orbital Dago Bandung.

Situasi ini cukup menyita waktu dan pikiran sehingga harinya sangat penuh, semua kegiatan padatnya itu tercermin dalam karya, baik secara sadar ataupun tidak. Bagi Mujahidin, Taufiq menjadi salah satu contoh bagaimana seniman merespons keadaan lingkungan, khususnya di masa pandemi saat ini.

Semua manusia dengan profesi yang beragam tidak memiliki pilihan lain untuk tetap hidup selain menjalankan apa yang sudah menjadi keahliannya. Meski begitu, seniman juga harus mencari celah agar tetap bisa berkarya, bahkan tidak sedikit yang harus berganti profesi dan menjadi tantangan besar bagi semua orang untuk bisa melewati masa sulit ini.

“Kita seperti mengalami titik balik dalam kehidupan seperti benih yang kembali ditanam di atas unsur tanah baru, kenormalan baru, keadaan sosial baru, peta ekonomi baru adalah tanah untuk kita Bersemi yang baru,” kata Mujahidin.

Taufiq HT menggelar pameran tunggal “Bersemi”, yang dilangsungkan di Orbital Dago, Bandung, mulai 19 Maret hingga 11 April 2021. Foto: Orbital Dago Bandung.

Taufiq HT merupakan pria kelahiran Mojokerto, 25 januari 1990. Ia memiliki latar pendidikan seni rupa di ISI Yogyakarta, angkatan 2009. Taufiq memiliki kecenderungan mengeksplorasi berbagai macam teknik dan media, karya yang divisualkan merupakan penggabungan dari benda-benda temuan, buatan, dan benda-benda remeh-temeh.

Kemudian, temuan itu dikombinasi dengan citra-citra imajinasi yang muncul sebelum maupun selama proses pengerjaan karya, kemudian disusun hingga tercapai kesempurnaan visual yang diharapkan.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

%d blogger menyukai ini: