Petuah dan pamali sudah lama jadi rambu berkehidupan sosial. Namun, “kesakralannya” seperti terasa hilang di masa sekarang, apalagi di lingkungan masyarakat urban.
Petuah dan pamali ini kerap dituduh sebagai penghambat gerak langkah dari pemikir terbuka. Padahal, pamali boleh jadi sebagai pemandu menuju pencapaian hidup yang lebih terukur.
Soal pepatah dan pamali ini diantarkan MOEN/HOEN dengan bungkusan musik rock yang cergas lewat single “Overseen”. Materi-materi lagu band asal Bandung beranggotakan Rizky Trisna Nugraha (bas/vokal) dan Kareka Puja Saputra (drum/vokal) ini banyak dipengaruhi Royal Blood, King Gizzard and The Lizard Wizard, Goat, Mooner, hingga The Police dan Led Zeppelin.

Lewat single “Overseen,” HOEN/MOEN merenungi pepatah dan pamali ini. Sebagai masyarakat urban yang dibentuk dari pola pikir perkotaan, terkadang pepatah orang tua diremehkan karena merasa cara pandang itu terlalu kolot.
Mereka menakar beberapa nilai dari pemikiran yang dianggap kolot ini masih ada pada tujuan menasehati secara baik, memberikan pegangan pada kehidupan kita sehari-hari.
Misalnya, “Kudu seubeuh méméh dahar, kudu nepi méméh indit (harus melihat ke depan, memikirkan resiko yang akan dihadapi atas keputusan),” atau “Ka hareup ngala sajeujeuh, ka tukang ngala saléngkah (bersikap hati-hati dalam menjalani kehidupan, menghindari timbulnya permasalahan yang tidak diinginkan)”.

Meski begitu, terkadang pepatah dan pamali ini bisa membatasi langkah (entah relevan atau tidak) seperti pesan sebentuk “Ulah diuk di lawang panto, bisi nongtot jodo (jangan duduk di depan pintu, nanti susah jodoh),” atau “Urang sunda ulah nikah jeung urang Jawa (orang Sunda jangan menikah dengan orang Jawa).”
“Pepatah dan pamali tersebut seringkali membuat kita bingung, harus maju atau mundur, harus kita ambil keputusan untuk berkembang atau tidak. Dan seringkali membuat kita menjadi tidak melakukan apa-apa, hanya berada di tengah, tidak bergerak secara luwes dan signifikan. Kita selalu dalam pengawasan yang ketat oleh pepatah dan pamali tadi,” ucap Rizky.
Maka, “Overseen” memaknai situasi itu sebagai kehidupan yang enggan dengan pesona-pesona yang besar, ketenaran yang berlebihan.
“Cukup menjalani hidup dengan biasa-biasa saja. Melihat terang dan gelap dari sudut yang tepat. Karena kita sudah terlalu banyak hidup dalam pengawasan yang membuat diri menjadi was-was,” katanya.
Single debut Overseen ini sudah tersedia di platform musik digital, sebagai nomor perkenalan sekaligus bocoran untuk EP yang rencananya akan dilepas pada pertengahan tahun 2023 ini.
Profil
HOEN/MOEN menghadirkan suguhkan musik Rock yang dapat dinikmati untuk bergoyang lewat eksplorasi musik dan aransemen yang disajikan.
Mengambil inspirasi set dari Royal Blood dengan konsisten menghadirkan suara bas yang kemudian frekuensinya diubah menjadi suara gitar yang dominan menjadi lead. Inspirasi musik lainnya mengakar ke King Gizzard and The Lizard Wizard, Goat, Mooner, Rush, The Police dan Led Zeppelin.
Terbentuk pada bulan Juli 2022, MOEN/HOEN awalnya merupakan proyek solo Rizky Trisna Nugraha. Sebelum menjadi MOEN/HOEN, Rizky Trisna Nugraha bersama Kareka Puja Saputra memiliki proyek bersama lainnya pada 2014-2017, yaitu Bon Voyage.
Pada akhirnya, Rizky Trisna Nugraha menjadikan proyek solonya menjadi proyek duo bersama Kareka Puja Saputra untuk melanjutkan Bon Voyage yang telah mati, dengan musik yang lebih kompleks dari sebelumnya.

MOEN/HOEN terbentuk dari dua arti. MOEN diambil dari bahasa Inggris, moon yang berarti bulan, sedangkan HOEN berarti “Yang tak ada bandingannya.” Dalam karya musik selanjutnya, MOEN/HOEN akan selalu menghadirkan dua sisi dan arti berbeda.
Dalam beberapa lagunya, MOEN/HOEN memasukan suara Conga, Flute, Tarompet Penca, Singing Bowl, dsb., untuk menandakan keluasan eksplorasi suara di dalam musiknya, modern maupun tradisional.
“Eksplorasi musik MOEN/HOEN tidak akan terbatas pada apapun. Bisa berubah-ubah. Tergantung mood dari MOEN ataupun HOEN,” ujar Rizky.***