Modus: Air, Praktik Artistik Perupa Merespons Tirta

Lewat pameran “Modus: Air,” di Indeks Project Space, Bandung, 22 Februari hingga 12 Maret 2023, sekumpulan perupa menampilkan serta merespons arsip dan artefak seputar air pada praktik artistik di Bandung. Mereka merespons kondisi lingkungan selingkar “nasib air” di cekungan Bandung Raya.

Pameran ini meminjam karya-karya yang pernah membahas isu air dengan pendekatan ekologis, sejumlah dokumentasi dan catatan lapangan, serta referensi bacaan lebih lanjut mengenai masalah terkait — dari persoalan banjir serta pertalian dengan minimnya area penyerapan air, privatisasi air, pencemaran sungai, hingga memetakan pelaku yang berperan dalam kondisi ini.

Modus: Air menghadirkan arsip, ingatan, dan artefak dari Agung Eko Sutrisno (PrfmncRAR), Angga Wedhaswara, Aulia Yeru, Irwan Zabonk, Marten Bayuaji, dan Syaiful A. Garibaldi, serta pertunjukan audio oleh Deathless Ramz, Francesca Bertin, Kurt Peterson, Rega Ayundya, dan Ridho Siregar.

Tampil karya film-soup dari rendaman air tercemar, artefak lumpur sisa banjir Bandung Selatan, hingga film dokumenter mata air Bandung Utara yang terdesak pembangunan.

Karya di Pameran Modus: Air, di Indeks Project Space, Bandung, 22 Februari-12 Maret 2023. Foto: Muhammad Fikry Mauludy/mikrofon.id.

Artefak Air

Karya Without Drizzles (2021) dari Marten Bayu Aji menghadirkan rekaman fotografis sebuah rumah di Bandung Selatan yang terdampak banjir. Di dinding rumah tampak depan itu melintang garis lumpur; selayaknya rumah-rumah yang terendam di wilayah sekitar Citarum yang biasa tampil di halaman utama pemberitaan saat penghujan tiba.

Di depan gambar rumah itu, dihadirkan kursi plastik yang dibawa dari daerah yang sama; dengan jejak sedimentasi lumpur serupa dari foto rumah.

Karya di Pameran Modus: Air, di Indeks Project Space, Bandung, 22 Februari-12 Maret 2023. Foto: Muhammad Fikry Mauludy/mikrofon.id.

Karya yang ditawarkan Syaiful A. Garibaldi, Kroraj Lituaria (2019), nyaris serupa. Ia membawa lembaran fiberglass yang diambil dari pagar rumah di Bandung Utara. Namun, dalam lembar fiberglass itu ia menebar lichen yang menyerupai ketinggian dampak banjir di Bandung Selatan sebagai strategi untuk menghadirkan dua sisi Kota Bandung dalam sebuah instalasi.

Baca Juga :   Kecermatan Sunaryo Memadu Materi dalam Pameran Puisi Kertas & Refleksi

Sementara itu, esai komprehensif Agung Eko Sutrisno (PrfmncRAR) menguraikan hubungan yang terbentuk antara pelaku seni pertunjukan dan semangat aktivisme pasca-Reformasi 1998. Di pameran ini, tersedia bagian bacaan lebih lanjut mencoba memberikan perluasan tekstual pada isu-isu ekologi yang berhubungan dengan air.

Film

Eksplorasi Aulia Yeru dalam Aras Filem: Cikapundung Kolot (2020) dilakukan dengan medium seluloid 35 mm yang diekspos secara fotografis di bawah air, untuk kemudian direndam dalam sampel air Sungai dari daerah Bojongsoang. Air (yang kemungkinan telah tercemar) bereaksi pada film, sehingga menghasilkan warna yang cukup kontras.

Melalui medium televisi analog versi tabung, Angga Wedhaswara menayangkan hasil wawancara singkat beberapa warga Cigondewah. Proses berjalan melawan arus sungai dalam What Your Art Are For (2010) menjadi gagasan inti menelusuri sejarah dan makna yang dimiliki oleh seniman dan warga.

Karya Irwan Zabonk, Preserving the Seke (2021), menggambarkan bagaimana peradaban yang berakar pada sejarah di sekitar bendungan air di Bandung Utara direspons oleh beberapa seniman dengan pendekatan performatif yang berbeda.

Film ini telah diputar Indeks dan Forum Film Jawa Barat bersama film Tara dari Jerman-Italia, dalam program Film Purnama Special Edition, di Auditorium Bandung Creative Hub, Jumat, 17 Februari 2023 lalu.

Karya di Pameran Modus: Air, di Indeks Project Space, Bandung, 22 Februari-12 Maret 2023. Foto: Muhammad Fikry Mauludy/mikrofon.id.

Arsip Air

Indeks membuka wacana dalam lingkup air berawal dari pembacaan koleksi arsip dan perpustakaan Indeks. “Modus: Air” ini menjadi pembuka rangkaian proyek kuratorial yang terfokus pada “modus” gagasan yang diangkat menjadi tubuh praktik artistik di Bandung.

“Modus: Air” memutar kembali ide tentang Bandung purba yang dulunya merupakan sebuah danau prasejarah, dan terbentuk di antara cincin gunung berapi di sekitar kota. Selain itu, hadirnya bangunan beton di Bandung Utara diduga kuat menjadi penyebab masalah banjir di Bandung Selatan.

Baca Juga :   Pameran Batang Mati Cendawan Tumbuh, Respons Seniman Muda atas Karya Selasar Sunaryo

Perhatian publik juga pernah tertuju pada dua vlogger asing yang mengatakan bahwa Citarum adalah air yang paling tercemar di dunia, dan memantik Peraturan Presiden vang ditetapkan tahun 2018.

Karya di Pameran Modus: Air, di Indeks Project Space, Bandung, 22 Februari-12 Maret 2023. Foto: Muhammad Fikry Mauludy/mikrofon.id.

Air tampaknya menjadi pengembangan inspirasi yang cukup dekat dalam pengembangan karya-karya artistik di Bandung. Dari yang bertema Iingkungan hingga nonlingkungan, dari masalah sosial hingga kenangan personal.

Dengan mudah, dapat ditemukan arsip beberapa seniman yang menitikberatkan air dalam praktiknya atau meraih reputasi melalui karya-karya mereka dengan isu-isu terkait air.

Melalui arsip, ingatan, dan artefak, Modus: Air menghadirkan air sebagai perspektif ekologis yang dieksplorasi dalam praktik artistik di Bandung; Bagaimana memahami pendekatan berbasis riset dalam penciptaan karya seni?; Di mana posisi kita dalam konstelasi masalah lingkungan yang terkait dengan aktivitas kesehatian manusia?; atau apakah penciptaan karya seni memiliki pengaruh terhadap pembuatan aturan, baik formal maupun informal?

“Meskipun pameran ini (bisa jadi) tidak akan mengubah situasi ekologis di sekitar kita, Modus:Air berharap dapat membangun serangkaian pertanyaan kritis seputar kelindan praktik artistik (berbasis riset) dengan kondisi lingkungan,” tutur Indeks.***

Posts created 399

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Begin typing your search term above and press enter to search. Press ESC to cancel.

Back To Top