“Wah, ini mah cuma dua persen, Nde,” seru Oday Kodariyah kepada putrinya, Delvi Tri Apriantini, apoteker herbal di Klinik Tanaman Obat (KTO) Sari Alam yang mereka kelola.
Ungkapan “dua persen” tadi merujuk pada pengetahuan para peserta Kemah Ramu Rempah akan ragam jenis tanaman obat yang menjadi koleksi Herbarium miliknya.
Terdapat 18 jenis tanaman obat di dalam Herbarium tersebut, yang menurut perempuan peraih penghargaan Kalpataru pada tahun 2018 ini merupakan kelompok tanaman obat utama, meski bukan berarti tanaman-tanaman obat lainnya kalah penting.
Kemah Ramu Rempah yang berlangsung selama dua hari pada hari Sabtu dan Minggu (7-8 Oktober 2020) kemarin di KTO Sari Alam Ciwidey, Bandung ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Rumah Pemajuan Kebudayaan yang diselenggarakan oleh Yayasan Jendela Ide Indonesia.
“Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari proses Rumah Pemajuan Kebudayaan, di mana sebelumnya sudah terjaring komunitas yang bisa dikembangkan untuk saling bersinergi sesuai dengan kapasitas masing-masing,” ungkap Djaelani, Direktur Jendela Ide Indonesia.
Budaya rempah Nusantara merupakan tradisi yang telah hidup di tengah masyarakat Indonesia selama berabad lamanya, meliputi khazanah pengetahuan akan ragam jenis, khasiat hingga penyajiannya.

Hingga paruh pertama abad modern, rempah Nusantara bahkan menjadi komoditas primadona pasar dunia, bahkan memicu persaingan di antara bangsa Eropa dalam menguasai pasar rempah dunia hingga melahirkan kolonialisme yang bertahan sampai dengan pertengahan abad ke-20.
Dalam sesi diskusi dan sharing pada kegiatan tersebut, para peserta pada umumnya memandang bahwa budaya rempah Nusantara saat ini semakin terpinggirkan.
Hal ini terjadi karena perubahan pola pikir dan pola hidup seiring perkembangan modernisme dan kapitalisme yang mendorong perubahan pola produksi dan konsumsi masyarakat.
Sebagian peserta juga mengakui bahwa mereka pun sudah terjebak pada pola hidup instan dan terasing dari khazanah budaya rempah Nusantara, terbukti dengan banyaknya jenis tanaman obat yang tidak mereka kenali pada saat kunjungan ke Herbarium tersebut.
Bangunan yang diresmikan pada tahun 2020 yang lalu itu sendiri berdiri di dalam kawasan kebun tanaman obat Mamah Oday, demikian perempuan berusia 69 tahun tersebut akrab disapa.
Di lahan seluas 21,35 hektar milik keluarganya tersebut Mamah Oday melestarikan tidak kurang dari 900 jenis tanaman obat.

Menurutnya, Dengan menggali khazanah budaya rempah Nusantara, terdapat begitu banyak tradisi olahan makanan dan pengobatan yang lebih sehat dan bermanfaat.
Dalam Kemah Ramu Rempah tersebut, Mamah Oday didampingi putrinya yang mewakili KTO Sari Alam berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka dalam melakukan praktik diagnosa penyakit, ramuan tanaman hasil diagnosa tersebut, dan penjelasan bahan-bahan ramuan secara farmakologi.
Di samping itu, para peserta lainnya yang terdiri dari perwakilan Alam Jabar, Kawargian Padepokan Pasir Ipis Lembang, Komunitas Budi Daya, Palintang, Ruma Ramu, Praktisi Pengetahuan Tradisional dan Yayasan Negeri Rempah juga turut berbagi pengalaman masing-masing dalam proses penguatan pengetahuan dan teknologi tradisional.
Rangkaian kegiatan lainnya adalah Ramu Saji, yang merupakan prototype produksi dari program Rumah Pemajuan Kebudayaan, yang mempraktikkan produksi makanan olahan, minuman dan obat-obatan dengan pendekatan pengetahuan dan teknologi tradisional.
Pihak Jendela Ide sebagai fasilitator juga menjelaskan bahwa rangkaian kegiatan ini didokumentasikan dalam kemasan podcast sehingga dapat diakses dan dimanfaatkan oleh masyarakat secara lebih luas lagi.
Menurut Djaelani, “Rumah Pemajuan Kebudayaan Jendela Ide hanya memfasilitasi konektivitas antar komunitas tersebut. Ke depannya ada semacam produk bersama yang dapat dihasilkan untuk disosialisasikan kepada khalayak yang lebih luas, utamanya mengenai kekayaan dan kebermanfaatan rempah atau tanaman obat sebagai pengetahuan dan kekayaan lokal komunal yang memiliki banyak manfaat.”
“Sebagai produk budaya masyarakat tentu hal ini sejalan dengan Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan pada bidang pemanfaatan dan pengembangan,” pungkasnya.