Menelusuri Diri Lewat Pameran Dystopian Diffraction: New-Self

Penyelenggaraan acara Bandung Photography Triennale 2022, di NuArt Sculpture Park, menghadirkan enam seniman dari Indonesia, Thailand, Jepang, Korea, dan Amerika Serikat.

Karya dari Arum Dayu, Agan Harahap, Peter Fitzpatrick (Amerika Serikat), Gun Ketwech (Thailand), Kang Jaegu (Korea), dan Ryota Katsukura (Jepang), dipamerkan sepanjang 15 September-15 Oktober 2022.

Di bawah tema utama Bandung Photography Triennale bertema utama “Future is Now: Skepticism, New Reality and Infinities,” para perupa di NuArt menuangkan ekspresinya lewat subtema pameran, “Dystopian Diffraction: New-Self”.

Kurator pameran Bandung Photography Triennale 2022 di NuArt Sculpture Park, Bob Edrian menuturkan, kompleksitas keberadaan diri terangkum dalam presentasi keenam seniman yang tumbuh dalam ruang lingkup berbeda.

Arum Dayu dari Indonesia merespons bagaimana kain hijab di Indonesia hari ini tidak melulu merupakan bagian dari penelusuran spiritual keagamaan ataupun pernyataan-pernyataan yang bersifat keimanan.

Lewat karyanya, Arum menampilkan kain hijab yang telah menjadi pernyataan tren busana. Potensi pemakaian dan pemaknaan hijab telah melampaui kesadaran awal penggunaan sang kain.

Karya Agan Harahap (Indonesia) mengajukan visi spekulatif mengenai kematian dan keabadian hasil penelusuran terkait ranah-ranah popular. Agan mengajak para pengunjung bertemu figur-figur berpengaruh dalam kebudayaan populer yang telah tiada, yang dihadirkan kembali hari ini dalam takaran fisik jika mereka masih terjaga usia di dunia.

Figur-figur dalam tangkapan dekat dan intim juga dipresentasikan oleh Peter Fitzpatrick (Amerika Serikat). Menghadirkan serangkaian foto diri secara berurutan, tangkapan ragam ekspresi dan detail garis wajah menjadi simulasi bagaimana situasi internal diproyeksikan dalam bentangan imaji yang beku.

Gun Ketwech (Thailand) menanggapi figur-figur terdekat melalui kaitannya dengan kondisi global hari ini. Penyebaran virus Covid-19 melahirkan renungan-renungan baru yang tidak hanya tertangkap dalam imaji-imaji potret, tetapi juga dalam bentuk goresan tulisan personal.

Renungan yang cenderung menelaah bentuk-bentuk alienasi hingga paranoid sedikit banyak beririsan dengan gagasan presentasi Kang Jaegu (Korea). Menanggapi bagaimana peraturan wajib militer diterapkan bagi generasi muda Korea, karyanya menunjukkan nuansa dislokasi dalam anomali-anomali hubungan antarmanusia.

“Fotografi kemudian menjembatani sekaligus mengamplifikasi kehadiran gejolak internal manusia yang tidak terlihat menjadi nyata di depan mata. Apa yang terjadi hari ini merupakan serangkaian lintasan sejarah yang dialami berbagai generasi secara simultan,” tutur Bob.

Ryota Katsukura (Jepang) berupaya merangkai titik-titik simultan tersebut yang kemudian dikaitkan dengan momen-momen personal. Satu momen personal sang seniman bisa jadi merupakan hari terjadinya peristiwa lain di dunia. Ruang dan waktu dipipihkan. Cerminan bagi manusia hari ini yang dihabisi oleh percepatan informasi.

Telusur Diri

Bob mengungkapkan, “Dystopian Diffraction: New-Self” menjadi sarana memikirkan kembali waktu kini melalui penelusuran diri. Apa yang dialami dalam satu ruang dan waktu tidak hanya mengungkap karakteristik khas individu, tetapi juga menimbulkan pertanyaan terkait keberadaan diri.

Geliat interaksi sosial yang diakselerasi oleh laju teknologi informasi hari ini memicu penelusuran-penelusuran baru dalam memahami keberadaan diri. Identitas individu tidak hanya dipahami sebagai nilai yang berkaitan dengan karakteristik personal yang khas, tetapi juga sebagai posisi tawar sosial-politik sekaligus penanda seorang agen kebudayaan.

Dalam ranah artistik, keberadaan diri menjadi potensi yang harus sejalan dengan kapabilitas seniman dalam menangkap dan memahami pola-pola keterkaitan antara estetika, identitas, serta lingkungan masyarakat sekitarnya.

“Kompleksitas tersebut memperkaya spektrum olah gagasan dan medium yang tidak jarang melahirkan banyak kebingungan dalam mengapresiasi karya-karya seni kontemporer hari ini. Eksplorasi fotografi merupakan salah satunya,” tutur Bob.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

%d blogger menyukai ini: