Merangkai Keindahan Reruntuhan di Pameran Flower Among Debris

Masa kecil Meliantha Muliawan begitu akrab dengan aktifitas konstruksi bangunan rumah. Bersama usaha toko bangunan “Maju Lancar”, ayahnya sering mengajak Meliantha hilir-mudik mengantar material untuk perumahan baru yang saat itu tengah marak di Depok.

Memori yang menyimpan runtuh dan terbangunnya rumah itu menginisiasi proyek kekaryaan terbaru Meliantha. Melalui sudut pandang Meliantha kini sebagai seniman, terwujudlah serangkaian karya yang akhirnya dipamerkan di Pameran Flower Among Debris, di Ruang Dini, Bandung, 12-30 Juni 2022.

Melalui catatan kuratorial Pameran Flower Among Debris, Alia Swastika melihat karya ini sebagai serangkaian penelusuran Meliantha Muliawan di masa lalu atas peristiwa yang tampaknya Iewat sepintas, tetapi justru membawanya pada satu pengalaman ketubuhan atas ruang dan konstruksi berpikir.

Dari ingatan Meliantha atas proses konstruksi bangunan, serta cerapan atas keindahan bebungaan, Meliantha membawa kita menelusuri jejak yang samar dari proses pembangunan di kota pinggiran: dari ekonomi sebuah negara dan bagaimana gaya hidup kelas menengah baru di tengah masifnya pembangunan perumahan era Orde Baru.

Meliantha memilih material secara cermat, mengumpulkan puing-puing bangunan untuk menjadi material utama dalam karyanya, menyusun kepingan kenangan menjadi gambar baru yang memproyeksikan cara pandang baru.

Puing-puing ini dibentuk menjadi kelopak bunga, mewarnainya dengan warna-warna terang seperti bunga yang cemerlang di musim panas. Bagi Meliantha, gagasan atas bunga ini juga bagian dari ziarah atas pengalaman yang sama: bahwa di antara puing dan reruntuhan, bagian paling disukainya adalah berjalan di antara bunga-bunga di taman yang berada di dalam komplek perumahan yang dibangun ayahnya.

No Construction Allowed Holidays #4, 51x30x24 cm, Wire, resin, acrylic paint, 2022, karya Meliantha Muliawan, di Pameran Flower Among Debris, di Ruang Dini Bandung, 12-30 Juni 2022. Foto: Ruang Dini.

Bunga-bunga ini menuai keindahan sekaligus menonjolkan kontras selayaknya objek-objek yang berserakan di kawasan proyek perumahan. Meliantha merekamnya sebagai ingatan visual yang cukup detail.

Meliantha membawa strategi bunga ala estetika gambar diam (still life). Ia dengan sengaja membuat strategi bidang transparan untuk menunjukkan struktur bingkai yang menopang lukisan ini. Meliantha melihat bingkai sebagai bagian dari karya seni yang menarik untuk dipandang, bukan hanya disembunyikan.

Dalam konteks konseptualisasi karya ini, Meliantha melihat puing sebagai bagian dari struktur, sebentuk makna dan fungsi struktur bingkai lukisan. Struktur geometris ini menjadi bagian dari elemen visual yang membentuk karya, sebagaimana bunga-bunga.

Ia menyetarakan bingkai sebagai elemen visual dengan objek karya. Meliantha juga dinilai berhasil memberikan kontras yang menarik dari struktur bingkai yang geometris dengan detail bunga yang penuh dengan garis lengkung (kurva).

Bentuk dan komposisi bebungaan ini juga mengingatkan Alia pada bentuk kerajinan kruistik yang banyak menghiasi rumah-rumah kelas menengah pada 1980an. Dahulu keterampilan ini ditekuni oleh para istri melalui kelompok Pendidikan Kesejahteraan Keluarga.

Ingatan Meliantha tentang konstruksi perumahan yang “keras” dan sarat dengan citra maskulin atas bahan-bahan padat industri, kemudian bertemu dengan bentuk yang lebih halus dan dibuat dengan moda kriya rumahan.

“Meliantha tidak hanya menawarkan pertentangan bentuk antara yang keras dan yang halus, yang masif dan yang unik, tetapi juga ingatan yang berkelindan di antara yang dianggap sampah dan apa yang indah,” kata Alia.

Praktik artistiknya tidak saja mengartikulasikan ingatan dan mantransformasikannya menjadi bentuk yang tak terpikirkan, tetapi memberi ruang persilangan pertemuan antara maskulin dan feminin, material keras dan bentuk yang lembut, seni tinggi dan seni sehari-hari, materialitas dan dialektika objek.

“Meskipun secara visual tampak sederhana; rangkaian bunga-bunga tiga dimensi yang tertempel di dinding galeri, Meliantha sedang menawarkan pembacaan atas sejarah keluarganya sebagai bagian dari narasi konteks atas Ianskap arsitektur dan kota, serta negosiasi yang cerdas atas kanon sejarah seni kita,” tutur Alia.

Sejumlah karya dari Pameran Flower Among Debris bisa diakses langsung melalui link berikut: Pameran Flower Among Debris.

Meliantha Muliawan

Praktik seni Meliantha Muliawan berpusat pada pengamatannya terhadap benda-benda domestik di lingkungannya. Minatnya adalah untuk memahami fungsi dan peran benda-benda tersebut dalam keseharian kita, dalam kaitannya dengan perilaku manusia dan situasl sosal di tempat kita berada.

Meliantha lulus dengan gelar Sarjana Seni Rupa dari Institut Teknologi Bandung (2014) yang saat ini bekerja dan tinggal di Depok. Ia mendapatkan penghargaan UOB Painting of the Year Indonesia 2021 dan muncul sebagai salah satu dari 3 finalis teratas untuk Young Artist Award di ARTJOG 1 1 tahun 2018.

Meliantha telah berpameran di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Singapura dan Melbourne, termasuk Biennale Jogja Equator 5 2019, Art Jakarta 2018, ART JOG 2018, dan ART BALI 2018.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

%d blogger menyukai ini: