Sebanyak 150 karya potret diri (self-portrait) dipamerkan pada pameran “Self Portrait #2: Ingsun,” di Sanggar Olah Seni, Babakan Siliwangi, Kota Bandung, 20 Agustus hingga 20 September 2023. Pameran “Self Portrait #2: Ingsun” merupakan bagian dari 6th Bandung Art Month yang dihelat selama dua bulan di 2023.

Pameran ini menampilkan karya-karya self-portait dengan gaya penyajian yang beragam. Sebanyak 150 karya yang dipamerkan masing-masing berdimensi kecil, 30×30 sentimeter saja.

Secara filosofis, “Ingsun” yang menjadi subjudul pameran ini berasal dari kata insun, yang dikenal sebagai kata dalam ajaran Tasawuf Syekh Siti Jenar. Kata ini dimaknai sebagai perjalanan menemukan dan mengenali dirinya.

Insun dalam bahasa Sunda memiliki arti “aku,” dan menurut Heidegger, “aku” selalu terikat dengan dunia keseharian. Pemahaman mengenai “aku” tentunya tidak dapat dilepaskan dari relasi dengan dunia.

“Keterikatan manusia pada dunia (being in the world), merupakan struktur mendasar di mana semua pengetahuan muncul dari relasi ini,” kata Kurator Pameran “Self Portrait #2: Ingsun,” Rizky Luthfi Wiguna, dalam catatannya.

Pameran self-portrait ini menghadirkan berbagai ragam bentuk ekspresi tentang “Ke-Aku-an” dari setiap karyanya. Meski dibatasi ukuran 30×30 sentimeter, karya ini setidaknya mampu mendeskripsikan tentang diri perupa dengan berbagai persoalannya.

Rizky menafsirkan, pembacaan tentang diri yang kemudian ditempatkan dalam satu ruang yang sama tidak hanya mempertegas keberagaman individu perupa, tetapi mungkin juga bisa menyimpulkan tentang keadaan dunia ini.

“Insun secara tidak langsung telah menghayati dua wilayah sekaligus, yaitu; Insun dalam konteks raga/ fisik/ badan dan Insun dalam konteks The Ultimate Reality (hanya sebatas aku dengan keinginan hidup abadi),” ujarnya.

Rizky melanjutkan, karya yang hadir dalam pameran “Self-Portrait” ini tentunya merupakan potret wajah-wajah dari setiap sebagai ekspresi Insun ragawi yang tidak terlepas dari berbagai persoalan yang hadir di setiap raut wajahnya dan elemen-elemen lain yang muncul.

“Oleh karena itu, dalam pameran self-portrait ini terlihat jelas potret diri tidak hanya sekedar mendokumentasi wajah para perupa, tapi juga merekam hal-hal lain. Ruang pamer ini tidak menghadirkan potret diri dengan wajah yang ‘benar,’ tetapi potret diri yang terakumulasi persoalan di luar dirinya,” tutur Rizky.

Akhirnya, 150 karya potret diri pada pameran ini menghadirkan berbagai ungkapan “Insun” (aku) dengan segala persoalan dan tujuannya.

“Di samping itu, tujuan yang paling kuat muncul adalah konsep perupa agar hidup abadi (mencapai insun dalam konteks The Ulimate Reality), meskipun ‘keabadian’ itu hanya ada bidang 30×30 cm saja,” ujar Rizky.***