Kolcai Bandung Menyingkap Keelokan Rumah Jagal RPH Ciroyom

Komunitas Lukis Cat Air (Kolcai) Chapter Bandung melukis luar ruang bangunan cagar budaya Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Ciroyom, Bandung. Foto: Anton Susanto.

MIKROFON.ID – Di balik deretan kios suku cadang motor Jatayu, kompleks Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Ciroyom masih menyimpan pesona arsitektural bangunan bersejarah karya arsitek Brinkman.

Detail konstruksi masih dijaga, menampilkan peran penting RPH Ciroyom – kini dikelola Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung, sebagai pengendali distribusi daging di Kota Bandung sejak 1935.

Berkeliling menelusuri banyak sudut bangunan di area seluas 2 hektare itu, sejumlah seniman dari komunitas Kolcai Bandung mendapat kesempatan untuk menerjemahkan kisah sejarah RPH Ciroyom ke dalam karya.

Berbekal panduan dari DKPP Kota Bandung sebagai penghuni kompleks itu, cerita awal didirikannya ruang-ruang berisi peralatan tua serta sejarah penjagalan hewan di Kota Bandung hingga masa berjalan ini menggerakkan kuas-kuas seniman spesial cat air ke atas kanvas.

Komunitas Lukis Cat Air (Kolcai) Chapter Bandung melukis luar ruang bangunan cagar budaya Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Ciroyom, Bandung. Foto: Anton Susanto.

Menjelang siang, Kamis, 31 Maret 2022, teman-teman dari Kolcai Bandung tiba di Jalan Arjuna No. 45, Bandung. Komunitas langsung ditemui Kepala DKPP Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar.

Yang menarik, bangunan lanskap utama yang memiliki menara menjulang nampak berbeda dengan kondisi saat koordinator Kolcai Bandung, Anton Susanto, berkunjung sebulan lalu.

Di dinding teratas terdapat aksen hitam tepat di samping jam analog berbentuk kotak. Sebelumnya, jam itu tidak ada.

Dengan hadirnya jam di atas menara, bangunan itu tampil ikonik. Penempatan jam itu memberi kesan terbukanya akses pandangan terhadap bangunan dari jalan raya.

“Kami melakukan pembersihan dan rehabilitasi bangunan sedikit-sedikit. Ketika proses pengecatan di bagian atas menara, ada sedikit kejanggalan. Rupanya ada beberapa detail bangunan yang ditutup cat. Kami juga menemukan posisi gambar jam ini dari buku arsip sejarah,” tutur Gin Gin.

Komunitas Lukis Cat Air (Kolcai) Chapter Bandung melukis luar ruang bangunan cagar budaya Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Ciroyom, Bandung. Foto: Anton Susanto.

Gin Gin mengajak para peserta lukis berkeliling ke berbagai ruangan komplek RPH. Tepat di bawah menara itu merupakan ruang pelayuan.

Awalnya, ruang seluas 15×10 meter itu dijadikan tempat penyimpanan daging setelah dipotong.

Besi-besi pengait yang masih tampak berderet itu dulunya dipakai meniriskan daging dan mengendapkan darah dengan cara digantung.

Waktu penyimpanan selama dua hari dianggap cukup untuk menjaga stok, terutama bagi kebutuhan tentara Eropa kala itu.

“Sudah lama fungsi pelayuan itu dianggap merepotkan. Zaman sekarang sudah tidak sesuai lagi. Masyarakat juga ingin serba cepat. Jadi setelah dipotong ingin segera dikonsusmsi. Konsep RPH juga bertujuan menjaga keamanan mutu pangan. Daging makin segar, akses lebih mudah dan cepat. Sekarang instan, ada kebutuhan langsung motong,” katanya.

Komunitas Lukis Cat Air (Kolcai) Chapter Bandung melukis luar ruang bangunan cagar budaya Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Ciroyom, Bandung. Foto: Anton Susanto.

Sejumlah alat dan ruang RPH dengan konstruksi dan sistem canggih di masanya ini masih terjaga dan beberapa berfungsi dengan baik.

Di Jawa Barat, hanya Kota Bandung yang tersisa. Sejumlah bangunan di kota dan kabupaten lain dikabarkan sudah tak bersisa.

RPH Ciroyom Bandung masih memiliki fungsi penting sebagai sentra pemotongan sapi dan babi.

Luas lahan juga dioptimalkan sebagai area pengembangan tanaman, dan dijadikan laboratorium kecil, khususnya untuk berbagai jenis tanaman pangan sebelum disebar di lahan-lahan Kota Bandung.

“Akhirnya kita buka kantor ini bukan sekadar tempat bekerja, tetapi tempat edukasi, pembelajaran. Kita terbuka bagi siapa saja untuk bisa melihat RPH, karena ada yang belum pernah melihat secara langsung,” ujarnya.

Komunitas Lukis Cat Air (Kolcai) Chapter Bandung melukis luar ruang bangunan cagar budaya Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Ciroyom, Bandung. Foto: Anton Susanto.

Sebulan sekali agri market diselenggarakan di pekan ketiga setiap Jumat dengan mengundang komunitas dan kelompok binaan, termasuk anak sekolah yang dikenalkan cara bertani, mengedukasi mereka menjadi kegiatan yang ramai.

Gin Gin berencana untuk membuka area kantor DKPP itu sebagai wisata agri dan sejarah.

“Apalagi di kantor ini punya nilai historis sendiri yang sayang jika tak dimanfaatkan.

Banyak yang tidak tahu. Makanya timbul inisiatif memaksimalkan potensi yang dimiliki,” katanya.

Dari obrolan dengan kelompok seniman Kolcai Bandung, disepakati bagaimana kompleks ini dieksplorasi. Beberapa kalangan tentu bisa menilai gedung dari banyak sisi, terutama seni.

“Ternyata dari teman-teman seniman merespons baik. Mereka ingin eksplor juga.

Termasuk hari ini bagaiamana mengenalkan gedung ini melalui karya lukisan, publikasi, pameran karena kita juga punya tempat yang cukup representatif dan menarik. Ruang bekas pelayuan itu juga akan dijadikan ruang pameran. Tempatnya unik juga. Sedang dibicarakan dengan Disbudpar,” ujar Gin Gin.

Interaksi

Koordinator Kolcai Chapter Bandung, Anton Susanto menjelaskan, dengan menggambar para seniman akan menemukan narasi dari berbagai gaya dan sudut pandang.

Seri melukis di RPH Ciroyom ini dijadikan momen seniman untuk mengenali seluk beluk kota sendiri, dan dibagikan kepada khalayak.

“Kita tahu perjalanan bagaimana daging tersaji di meja makan kita. Bagaimana perkembangan infrastruktur distribusi daginya berjalan. Nilai interaksinya itu dengan menggambar,” ujarnya.

Mengobservasi ragam sudut bangunan di RPH Ciroyom memicu seniman untuk intens berinteraksi dengan ruang.

“Yang paling ikonik itu bangunan utama dengan jam di menara. Secara arsitektural sangat artistic. Melihatnya bertahan sampai hari ini. Bahkan ada area yang belum berubah secara material. Kan kita enggak tahu visi saat itu. Mesin-mesin itu jadi insight buat seniman,” ucap Anton.

Lewat karya cat air di atas kertas berjudul “Rumah Pemotongan Hewan DKPP Kota Bandung,” Anton memilih untuk menggambar bangunan utama dari Rumah Pemotongan Hewan DKPP Kota Bandung.

Ia tertarik menggambar bangunan ini setelah Gin Gin memutuskan memasang dan memfungsikan ulang jam besar pada bagian menara bangunan, seperti halnya pada saat pertama kali tempat ini beroperasi pada tahun 1935.

“Jam menara itu jadi seperti simbol penanda waktu dan perputaran aktivitas siklus kehidupan,” kata Anton.***

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Begin typing your search term above and press enter to search. Press ESC to cancel.

Back To Top