+ = : Keseharian Rumus Fisika Karya Dionisius Caraka

Seniman Dionius Caraka menampilkan karya-karyanya di pameran tunggal “Apel + Newton = Gravitasi,” di Galeri Ruang Dini, Bandung, 13-24 Juni 2023. Karya yang menyoroti keberadaan papan tulis beserta teks dan corat coret kapur ini memanggil memori kolekif suasana kelas saat sekolah.

Di sejumlah kanvas, papan tulis dijadikan latar utama. Dion menghidupkannya dengan kolase kertas catatan dan sisa selotip dengan sapuan cat akrilik. Deretan rumus-rumus fisika dasar dieksekusi dengan kuas kapur, diselingi dengan drawing penyempurna narasi utama.

Dalam karya di pameran “Apel + Newton = Gravitasi,” ia mempertanyakan bagaimana hubungan kita dengan ilmu pengetahuan lebih banyak dipaksa sebagai rutinitas traumatik dari pengalaman belajar, bukan sebagai taman bermain yang menyenangkan untuk memahami dunia.

Pameran tunggal Dionisius Caraka, “Apel + Newton = Gravitasi,” di Galeri Ruang Dini, 13-24 Juni 2023. Foto: Muhammad Fikry Mauludy/mikrofon.id.

Muncul ekspresi rasa prihatin atas kurangnya pemikiran kritis dalam sistem pendidikan Indonesia. Siswa tidak didorong untuk memahami cara belajar yang logis dan sistematis, melainkan hanya mengingat rumus-rumus tertentu.

Dion juga menyelidiki ilmu pengetahuan atau fisika secara khusus dalam sistem produksi pengetahuan dan memori manusia, serta dampaknya dalam kehidupan sehari-hari atau hubungannya dengan konteks sosial-politik.

Dion memilih rumus-rumus yang mudah dikenali, dan kerap dialami sehari-hari seperti rumus Usaha, Gerak, Optik, hingga Gravitasi.

Meski tersaji berbagai rumus ilmu fisika, kata Dion, pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari tentu berbeda. Diperlukan pertimbangan-pertimbangan pendukung nilai “kepastian” dalam setiap rumus yang disesuaikan dengan perbedaan situasi yang dihadapi.

Pameran tunggal Dionisius Caraka, “Apel + Newton = Gravitasi,” di Galeri Ruang Dini, 13-24 Juni 2023. Foto: Muhammad Fikry Mauludy/mikrofon.id.

Fisika dan Fenomena

Dalam catatan kuratorialnya, Alia Swastika memaparkan “Fisika dan Eksakta dalam Semesta Ingatan dan Konstruk Pengetahuan.”

Dion Caraka melihat bagaimana hubungan antara ilmu pengetahuan dengan pemahaman terhadap fenomena tertentu, sehingga alur dan cara berpikir seseorang sangat ditentukan oleh kemampuan untuk memahami.

Baca Juga :   Menelisik Perkembangan Otokritik di Medan Seni Rupa

Alia menuturkan, rumus-rumus fisika adalah representasi dari gejala alam, yang sering kali tidak terlihat—energi, daya, keseimbangan—untuk bisa menjelaskan bagaimana kosmologi dan eksistensi objek kehidupan bekerja.

Dengan demikian, sesungguhnya pengetahuan fisika sangat berhubungan dengan spiritualitas karena ia memberikan cara untuk memahami kosmologi dan fenomena yang menyertainya.

Pameran tunggal Dionisius Caraka, “Apel + Newton = Gravitasi,” di Galeri Ruang Dini, 13-24 Juni 2023. Foto: Muhammad Fikry Mauludy/mikrofon.id.

Sayangnya, sering kali dalam sistem pendidikan yang mengedepankan angka, kuantitas dan hafalan, rumus-rumus ini hanya dipresentasikan sebagai sesuatu yang abstrak, atau pemahaman yang bersifat permukaan ketimbang memasuki fenomena sesungguhnya.

“Para siswa biasanya berupaya untuk memperkuat hafalan dan memahami rumus fisika ini dengan cara menyalin apa yang tertulis di buku teks dan papan tulis kemudian mencatat di buku mereka sendiri. Jadi ada pengulangan tindakan menulis yang juga menjadi cara untuk menjadikan hafalan sebagai sesuatu yang menubuh,” ujarnya.

Pameran tunggal Dionisius Caraka, “Apel + Newton = Gravitasi,” di Galeri Ruang Dini, 13-24 Juni 2023. Foto: Muhammad Fikry Mauludy/mikrofon.id.

Dion Caraka memilih empat materi pokok yang karena kedekatannya dengan keseharian, atau merujuk pada peristiwa sehari-hari yang dapat dibaca dalam bingkai pemikiran eksakta untuk ditransformasikan menjadi lukisan; kinematika gerak lurus, gerak dan gaya, fluida dan getaran, serta gelombang dan bunyi.

Dari empat materi pokok tersebut, Dion kemudian menurunkannya ke dalam beberapa rumus dan catatan-catatan atau temuan-temuan dari para ilmuwan yang menjadi aksen visual yang menarik dalam bidang kanvas. Simbol-simbol yang muncul juga segera bisa ditandai dalam bentuk yang berkisar pada garis dan angka: diagram, peta grafik, bidang dan ruang, dan lain sebagainya.

Pameran tunggal Dionisius Caraka, “Apel + Newton = Gravitasi,” di Galeri Ruang Dini, 13-24 Juni 2023. Foto: Muhammad Fikry Mauludy/mikrofon.id.

Formula rumus ini sendiri juga kemudian digunakan Dion untuk memberikan judul pada karya-karyanya: misalkan, “Apel + Newton = Gravitasi”—yang kemudian juga menjadi judul pameran ini, atau “Catatan Binokuler”, atau “Tumbukan Lato- Lato”.

Melalui visualisasi dan narasi judul, Dion menyejajarkan rumus fisika sebagai pengetahuan (eksakta) dengan tindakan keseharian atau sudut pandang subjektif, sehingga pengetahuan alam di sini tidak berhenti sebagai sebuah fenomena yang dingin dan berjarak, melainkan menjadi bagian dari memori tubuh atau hadir dalam ruang keseharian.

Baca Juga :   Belajar dari Kehidupan Ikan Lewat Pameran Tunggal ‘Adab Baru’ Karya Erianto
Pameran tunggal Dionisius Caraka, “Apel + Newton = Gravitasi,” di Galeri Ruang Dini, 13-24 Juni 2023. Foto: Muhammad Fikry Mauludy/mikrofon.id.

Dalam lukisannya, Dion menaruh beberapa simbol fisika, dengan kuas kapur yang kuat di papan hitam, sebagian dikaburkan atau dihapus, di mana ia menggabungkan objek dan kolase kertas. Dalam praktiknya, Dion memilih teknik realis untuk bisa memberikan tampilan yang membawa ingatan penonton pada ruang kelas di sekolah, papan tulis dengan coretan warna putih kapur, sebagian teks yang terhapus dan tampak kabur, semua menghadirkan kembali potongan realitas dari peristiwa belajar.

Pameran tunggal Dionisius Caraka, “Apel + Newton = Gravitasi,” di Galeri Ruang Dini, 13-24 Juni 2023. Foto: Muhammad Fikry Mauludy/mikrofon.id.

Beberapa seri lain menunjukkan kolase antara bidang dua dimensi dengan objek-objek tiga dimensi yang ditempelkan ke atas kanvas. Dion menempelkan objek temuan pada karya untuk memberikan kesan permainan pada konteks lukisan, tetapi juga mematerialisasi gagasan abstrak serta memperkuat visual karya untuk memunculkan memori dari dalam diri seniman itu sendiri. Objek yang digunakan antara lain kertas, batu, besi, bandul, benang dan tabung reaksi.

Pembukaan pameran tunggal Dionisius Caraka, “Apel + Newton = Gravitasi,” di Galeri Ruang Dini, 13-24 Juni 2023. Foto: Muhammad Fikry Mauludy/mikrofon.id.

“Melalui pameran “Apel + Newton = Gravitasi” ini, Dion Caraka menghadirkan kepingan refleksi tentang bagaimana manusia membangun kerangka pemikiran melalui serangkaian sistem produksi pengetahuan, yang dimanifestasikan melalui gambar- gambar dan ingatan tentang ruang sekolah, buku catatan, rumus fisika, serta objek-objek yang langsung atau tak langsung menyimbolkan pengetahuan sebagai cara merespons alam,” kata Alia.

Pembukaan pameran tunggal Dionisius Caraka, “Apel + Newton = Gravitasi,” di Galeri Ruang Dini, 13-24 Juni 2023. Foto: Muhammad Fikry Mauludy/mikrofon.id.

Dion Caraka

Pameran Tunggal

2022 – “Ngitung Gegojekan”, ASCOS Yogyakarta.

Pameran Kelompok

2022 – Assistant of the Malaysian artist duo “Muzium MATI” in the residency program at Lohjinawi Ark Studio, Yogyakarta.

2021 – “Get Slow” Galeri R.J. Katamsi, Yogyakarta.

2020 – “Resurrection” Mepi Forecast, Yogyakarta.

A member of the research on “Memori Visual dalam Karya Drawing Hitam-Putih” with Anusapati and Andhang Suprihadi.

2019 – “Etching, Share and Fun” AOA Resto and Creative Space, Yogyakarta.

Baca Juga :   Komposisi Rupa dan Puisi dalam Pameran “Gatal”

2018 – “Influenza” Taman Budaya Yogyakarta.***

Posts created 399

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Begin typing your search term above and press enter to search. Press ESC to cancel.

Back To Top