Konser Odelion Orchestra di De Majestic Bandung

Keakraban Budaya Indonesia-Belanda di Pentas Odelion Orchestra

Salman, siswa kelas satu SD itu tampak sangat antusias menyaksikan pertunjukan. Matanya berbinar, sesekali dia juga ikut bertepuk tangan saat Odelion Orchestra membawakan lagu-lagu mereka.

Odelion Orchestra, yang datang jauh dari Belanda dalam rangkaian konsernya di Indonesia pada bulan Juni ini tampaknya telah mendapatkan fans barunya Minggu malam itu.

Salman mengaku menyukai penampilan Odelion Orchestra. Dia juga ingin melihat pertunjukan musik lainnya, “Mau, tapi gak mau ganti orangnya, pengen yang itu lagi,” ujarnya bersemangat.

Meski terasa ringan, cakupan musik Odelion Orchestra sebenarnya cukup padat, aransemen lagu mereka memberikan ruang kepada semua pemain untuk berperan dalam lagu-lagu mereka.

“Instrumen brass seperti trombone, trombone bass dan French horn dipadukan dengan strings (violin, viola dan cello) dilakukan untuk keseimbangan peran,” ungkap Djaelani, musikolog Universitas Pasundan, yang hadir pada kesempatan tersebut.

Di samping itu, repertoire yang dimainkan juga sangat menghibur. Pengunjung kompak ikut bernyanyi ketika Odelion Orchestra menyanyikan lagu ‘Bengawan Solo’.

Menurut Djaelani, “Mereka tampaknya sadar sedang melakukan tur di negara yang memiliki keragaman musik. Pemilihan lagu ‘Bengawan Solo’, walaupun tidak ditarik kedalam wilayah keroncong dan terkesan lebih folk, menjadi daya tarik tersendiri dalam sebuah keakraban budaya.”

Relasi budaya Indonesia-Belanda memang telah berlangsung sangat lama. Bandung, khususnya Gedung De Majestic yang dipilih sebagai lokasi pertunjukan menjadi bukti dari interaksi kebudayaan tersebut.

Gedung yang dirampungkan pada 1925 ini semula berfungsi sebagai bioscoop. Sang arsitek, Wolf Schoemaker, yang merupakan dosen Ir. Soekarno di Technische Hoogeschool te Bandung (sekarang ITB) juga merupakan arsitek dari banyak bangunan bersejarah di kota Bandung, salah satu di antaranya Societeit Concordia (Gedung Merdeka).

Baca Juga :   Odelion Orchestra Siap Menghibur Penikmat Musik Kota Bandung di De Majestic

Baik Societeit Concordia ataupun De Majestic yang terletak di Jalan Braga menjadi saksi bagaimana kebudayaan Indis yang merupakan hasil akulturasi budaya Indonesia dan Eropa, khususnya Belanda, berkembang di negeri ini.

“Pertukaran budaya dengan berbagai model sangatlah penting,” ungkap Djaelani yang juga merupakan Direktur Jendela Ide, salah satu pendukung rangkaian konser Odelion Orchestra yang diselenggarakan oleh Erasmus Huis ini.

Dirinya juga berharap, “Kiranya Odelion mampu menjadi pembuka jalan pertukaran budaya berikutnya.

Di samping itu, “Ke depannya, Bandung juga bisa memberikan suguhan budaya di Belanda yang bukan melulu pada seni tradisi saja, tapi juga kekayaan musik Rock, Pop, Jazz dan lainnya asal kota ini dapat ditampilkan di Belanda, yang tentu saja memiliki ciri khas ke-Indonesia-an, sebagai sebuah identitas budaya baru.”

Senada dengan itu, dalam kesempatan yang berbeda, Direktur Erasmus Huis, Yolande Melsert mengaku senang dan bangga bisa mempersembahkan Odelion Orchestra di tiga kota di Indonesia.

Menurutnya, kolaborasi ini bertujuan untuk mempererat ikatan budaya antara Belanda dan Indonesia serta menciptakan pengalaman berkesan bagi para penikmat musik.

“Orkestra Odelion seharusnya tampil di Erasmus Huis 2 tahun lalu, tapi Covid menyerang dan kita semua harus tinggal di rumah,” ungkapnya kepada media.

Melsert juga menambahkan, “Odelion berhasil memproduksi konser Erasmus Huis online khusus, yang disiarkan di saluran YouTube kami (e-rasmushuis) dan sukses luar biasa – serta masih dapat dinikmati secara online.”

“Kami sangat senang bahwa orkestra ini akhirnya dapat disaksikan langsung di Indonesia dan delapan musisi dapat bertemu dengan penonton dan terhubung dengan rekan-rekan Indonesia!” ungkap Yolande Melsert.

Di sela penampilannya, Margriet Sjoerdsma, vokalis Odelion Orchestra bercerita jika dirinya sempat berkunjung ke bekas rumah kakek dan neneknya di Jalan Brantas, Bandung, dan di tengah perbincangannya dengan penghuni rumah tersebut saat ini, seekor kupu-kupu datang menghampiri. “Mungkin saja itu nenekku,” ujar Soerdsma sambil berseloroh.

Baca Juga :   Rilis Lagu “Logika,” Thee Marloes Ajak Pendengarnya Santai di Sore Hari
Posts created 5

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Begin typing your search term above and press enter to search. Press ESC to cancel.

Back To Top