Gambaran penjelajahan batin tergores dalam garis, menjelma warna, dan tertuang pada bidang pada lukisan-lukisan Sri Setyawati Mulyani, atau biasa dipanggil ‘Cipuk’.
Dalam pameran tunggalnya yang akan berlangsung mulai 7 sampai dengan 30 Juli di Orbital Dago Gallery, Bandung, Cipuk hendak berbagi pencarian dan penemuan alam batinnya tersebut.
“Aku seperti menemukan pemandangan, taman laut, hutan, pepohonan, pegunungan, seperti yang ada di alam dan semacamnya, kalau mengamati hasil akhir yang tidak terlalu direncanakan,” ungkap Cipuk dalam keterangannya.
Dirinya mengaku, “Spontanitas yang mengalir ini, kok hasilnya mirip ketika on the spot lanskapnya, cuma ini alam khayalan, atau antah berantah yang indah tidak seperti realitas alam sesungguhnya yang sering dilukis; tak terduga, misterius, magis.”

“Tangan ini seperti diarahkan, ditunjukkan oleh yang Empunya hidup, lega sudah, gembira sudah, menjadi bahagia taktala bisa melepaskan kepenatan ini,” terang Cipuk seperti dikutip MIKROFON.ID.
Pameran tunggal perupa Sri Setyawati Mulyani atau biasa dipanggil Cipuk menampilkan karya-karya cenderung abstrak dalam lukisan-lukisannya.
Penjelajahannya dimulai sejak pertengahan 2020 lalu kala pandemi bermula, mulai dari lukisan bernuansa hitam-putih hingga goresan-goresan warna, mulai di atas kertas karton hingga kanvas.
Berawal dari ajakan untuk mengikuti pameran daring di museum virtual Sejurus Momento Mori, museum seni virtual Covid-19 yang digagas seniman Herry Dim, Cipuk mengambil subyek yang paling dekat, dengan obyek realis-figuratif, terutama tubuh perempuan dan potret diri.
Melukis abstrak membawanya kepada suatu tantangan baru, ia membuat 66 hingga 200-an lukisan melalui lembaran-lembaran buku gambar, berukuran kecil di atas kertas.

Sempat sesekali kelelahan tetapi ia menemukan hal yang dirasakan pengalaman batin baru yang melegakan pikiran dan hati.
“Selama ini saya melukis cenderung asosial, selalu saja obyeknya diri sendiri, tubuh, potret dan berobyek tunggal, tidak tertarik keramaian, yang menarik di luar diri saya hanya lanskap, alam,” jelas Cipuk.
Menurutnya, kesunyian memungkinkan dirinya untuk berdialog baik dengan diri sendiri maupun Tuhan pencipta alam. Di samping itu, melalui lukisan abstrak, dia juga dapat mencari lebih dalam saat menuangkan kegelisahannya.
“Mengekspresikan diri dengan lebih lega bisa menampung gemuruhnya hati dan pikiran, karena di dalam diri sesungguhnya sudah sangat ramai, sehingga di abstrak lebih tertampung, sebagai terapi dan sambil belajar meditatif dan kontemplatif,“ paparnya lagi.

Kurator Pameran “Inner Landscape,” Rifky “Goro” Effendy mengatakan, Cipuk menghadirkan penjelajahan mencari dan menemukan pemandangan alam batin yang tak ada batasnya.
Ia terus menggali pengalaman tersebut melalui warna-warna, goresan garis yang kuat, permainan bidang yang mempunyai batas. Konon memvisualisasikan ‘lansekap batin’ adalah alat yang dapat membantu merefleksikan dan terhubung ke dalam untuk ‘melihat’ dan menafsirkan gambaran yang lebih besar tentang apa yang terjadi jauh di dalam diri. Visualisasi ini berfungsi sebagai representasi keadaan emosi dan lokasi saat ini dalam perjalanan diri seseorang sebagai lanskap fisik. Suatu penjelajahan yang spiritual dan liris.
Seni lukis abstrak memberikan keleluasaan untuk menjelajahi lorong batin, tetapi juga dalam perjalanan penjelajahan artistiknya bisa memicu hal-hal yang tidak disadari atau ingatan yang ada jauh dibawah alam sadar, atau hal -hal yang pernah dilihat namun bersemayam jauh dibalik lapisan-lapisan berbagai ingatan.
“Begitupun dengan kita yang melihatnya, lukisan abstrak bisa dimaknai secara berbeda dengan maksud atau makna Sang Seniman. Maka lukisan abstrak bisa membebaskan segala tafsir yang mengikatnya, ia bisa mempunyai nilai untuk dirinya sendiri, dan untuk kita masing-masing,” tutur Rifky.
Perupa asal Yogyakarta kelahiran 1962 ini menamatkan pendidikan seni rupa di Institut Seni Indonesia Yogyakarta, dan saat ia tinggal di Kota Bandung.
Pameran tunggalnya di Orbital Dago Gallery, Jl. Rancakendal Luhur No.7, Bandung terbuka untuk umum dan tanpa tiket masuk.
Karya-karya di pameran ini bisa dilihat di Galeri Foto Mikrofon.id, dengan mengakses link berikut: Karya Pameran Inner Landscape.