Ekspresi cinta terhadap alam ditunjukkan dalam penggunaan daun sebagai material hasil dari alam oleh seniman muda Johana Permana, di pameran tunggalnya, “Belulang Daun,” di Orbital Dago, Bandung, 24 Februrari-12 Maret 2023.
Pameran “Belulang Daun” adalah rangkaian karya berupa instalasi tulang-tulang dedaunan dalam bentuk garapan daun kering beragam rupa; di dalam frame akrilik bening, pembatas ruangan, lampu duduk, dan lainnya.
Johana telah menggarap karya dedaunan yang dikeringkan ini sejak masa kuliah tingkat akhir, di Jurusan Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB.

Perempuan kelahiran Bandung, 30 Mei 1996 itu awalnya terinspriasi dari citraan pemandangan lapisan pegunungan di Tiongkok yang memancarkan suasana estetik bagi dirinya.
Kurator pameran, Rifky “Goro” Effendi menuturkan, isu tentang kerusakan alam akhir-akhir ini semakin menguat. Bukan hanya menyangkut persoalan lingkungan sekitar kita, tetapi sudah menjadi isu politik global.
“Berbagai pertemuan tingkat dunia membahas perubahan ekstrim cuaca yang sedang terjadi. Tetapi bagi generasi penerus seperti Johana Permana, melihat hal-hal sederhana yang ada di sekitarnya untuk diangkat menjadi objek seni yang dihargai dan diapresiasi,” ujarnya.

Johana mengekspresikan cinta terhadap alam yang ditunjukkan dalam penggunaan daun sebagai material hasil dari alam.
Pewarnaan menggunakan pewarna alam secang dan kayu tingi, meski beberapa daun menggunakan warna asli tanpa pewarna.
“Material dan pewarnaan yang asli dari alam menjadikan karya seni mempunyai nilai lebih dibalik pembuatannya. Karya yang ditampilkan akan menunjukkan kesan rustic, organik, dan natural,” tuturnya.

Warna yang ditampilkan pun tidak jauh dari warna natural yang lebih didominasi dengan warna hitam dan coklat.
Keindahan dari material tampil melalui bentuk, karakter material, dan obsesi terhadap tiap detail robekan alur tulang daun.
Johana menambahkan, bentuk pecahan dari daun jika dirobek dan digabungkan akan menjadi bidang yang abstrak.
“Tulang daun yang memiliki karakter tembus pandang adalah keunikan yang ditonjolkan. Material yang transparan ini mempunyai struktur tulang daun yang kompleks berupa garis yang terbentuk secara alami dan bercabang,” ujarnya.

Tulang daun dan kulit daun yang tebal disusun sedemikian rupa masing- masing membentuk bidang yang berbeda. Komposisi ini tentunya akan menciptakan perbedaan kedalaman jika digabungkan karena tingkat transparansi yang berbeda.
Sokongan cahaya lampu kuning yang menambahkan kesan mistisisme; yang membawa manusia lebih dekat ke ketidakterbatasan, melampaui batas-batas dunia nyata untuk mencapai tak terhingga, bebas, berani, dan berimajinasi.

Kehangatan seruak dedaunan menanggalkan prasangka sehingga menciptakan karya yang murni dan intim. Penikmat seni akan dibawa menikmati indahnya berbagai jenis daun yang seperti menari-nari membentuk sebuah kedalaman dan bayangan.
“Menyediakan sebuah ruang hangat untuk mempersilakan penikmat seni masuk ke dalamnya, seolah- olah dedaunan mempunyai hasrat untuk menunjukkan bahwa mereka pun mempunyai keindahan yang patut untuk dipertimbangkan,” ucap Johana.

Johana Permana
– Lahir di Bandung, 30 Mei 1996
– Masuk kuliah tahun 2014, di Kriya FSRD-ITB

Pameran Tunggal:
– 2023: “Belulang Daun,” Orbital Dago, Bandung;

Pameran Kelompok:
– 2017: JEMARI Annual Craft Exhibition by TERIKAT 2017 Interior Final Project Exhibition by TERIKAT 2018 ARSA, A Final Project Exhibition by Kriya ITB.***