Grup musik pop alternatif asal Lampung, Zzea memperkenalkan single baru bertajuk “Corak di Penjuru Kota.” Walau mengayun dengan nuansa yang semi mendayu, rupanya lagu ini berisi kritik tata kota. Secara eksplisit, mereka menyebut sindiran soal ruang hidup ini ditujukannya pada wilayah-wilayah berkembang di Indonesia. Zzea merupakan grup musik beranggotakan Reyhan (vokal), Fadjri (gitar), Bagus (gitar) dan Alif (bas).

Lewat keterangan resminya, Zzea menyebut lagu ini merupakan sebuah kritik terhadap tata kota.
Mereka coba memadukan kesederhanaan notasi nada dengan pendekatan musik pop alternatif dan spektrum lirik yang lebih luas meliputi perasaan senang, sedih, kecewa, amarah dan bahagia yang diwartakan secara metafora, melankolis dan naif.
“Penataan visual ruang publik di sebuah kota oleh pihak-pihak yang memiliki otoritas cenderung “sekenanya’ tanpa memikirkan segi estetika, fungsi, dan kenyamanan masyarakat yang mana turut andil dalam setiap pendanaan infrastruktur pembangunan suatu daerah melalui sistem ‘pajak’,” kata Zzea.

Secara eksplisit, mereka menyebut sindiran maut ini ditujukannya pada wilayah-wilayah berkembang di Indonesia.
Berbeda dengan lagu kritik yang identik dengan musik keras, “Corak di Penjuru Kota” terkesan terlalu sopan sebagai sebuah kritik. Meski begitu, patut dihargai pula untuk keberanian mereka meramu lirik yang lugas alias to the point.
Walau mengingatkan kita pada karya-karya band pop alternatif dekade 80-90an, namun boleh jadi kritik dengan nuansa musik seperti ini bisa menjadi palet baru yang bisa dicoba oleh musisi lainnya.
Saat ini, “Corak di Penjuru Kota” sudah bisa didengarkan melalui layanan pemutar musik digital.***