
Cerita Vertical Abuse Soal Album Jurnal Apokalips
Mengawali tahun 2023, Vertical Abuse melansir album mereka, “Jurnal Apokalips,” lewat label Disaster Records. Jurnal Apokalips dirancang cukup matang sampai-sampai menghabiskan waktu rampung cukup lama.
Terdapat banyak perubahan struktur musik ketimbang single-single yang pernah mereka rilis via bandcamp. Di Jurnal Apokalips, Andy La Jhon (vokal), Reza Septian (gitar), Anggara Pandu (bas), Oktav Mutter (drum), dan Reza Pratama (gitar), mengenalkan aransemen lagu lebih dinamis dengan menghindari pengulangan bagan lagu dan pola komposisi yang berlebih.
“Formula aransemen kita coba mendinamisasikan alur lagu melalui riffing yang kita atur dalam pembagian beberapa bagan, menghindari pengulangan bagan lagu ataupun penempatan pola komposisi yang berlebih agak kita dapat memainkan musik yang kita mainkan senyaman mungkin. Figur-figur lagu yang kita buat masih dalam konteks nada minor yang gelap, low, sedikit metallic, heavy, groovy seperti era 2000-an, agresif, namun kami kemas dengan rasa sound yang lebih modern,” kata Reza Pratama.
Jurnal Apokalips dirancang lebih dinamik untuk menampilkan 10 lagu berbasis hardcore yang tak sekadar menempa agresif, ambiens rendah-kelam, dan groovy. Bentukan musik di Jurnal Apokalips ini tak lepas dari peran Oktav Mutter yang membawa pengaruh karakter drum yang cenderung dinamik.
Lewat Jurnal Apokalips, Vertical Abuse ingin menyajikan metallic hardcore warna baru. Referensi musik dan sound mereka tentu tak jauh dari Integrity, Converge, Slayer, Bolt Thrower, Harm’s Way, Entombed, Gojira, Machine Head, hingga Obituary.
“Vertical Abuse mencoba menyodorkan referensi baru musik hardcore yang lebih ‘versatile,’ agresif dan pastinya lebih ‘heavy’ di luar dari komponen musikalitas esensi hardcore itu sendiri,” kata Reza.

Rilisan Jurnal Apokalips dari Vertical Abuse. Foto: Disaster Records.
Dalam single “Senja Berkala” yang telah diperkenalkan September 2022, Vertical Abuse versi segar muncul dengan gitar dan bas didorong makin heavy, memburu drum yang diderap blasting namun dinamis, dan vokal Jhon yang dibentuk low and growl untuk mengirimkan lirik yang lebih implisit.
Andy La Jhon sampai harus belajar khusus pada guru vokal spesialis yang juga bagian dari Extreme Vocals Alliance, Popo Puji (Demons Damn), demi membentuk karakter suara low-growl yang cocok untuk Vertical Abuse.
Jhon mengungkapkan, Senja Berkala ini menjadi penentu jalan Jurnal Apokalips. Sesaat setelah rampung, para personel merasa klop baik antarindividu maupun secara musikalitas.
Lalu, Disaster Records yang telah menyiapkan video musik untuk Senja Berkala pun menantang Vertical Abuse untuk menambah materi tak sekadar EP, tetapi menjadi album.
“Asalnya kita mau rilis EP. Tapi karena waktu rilisnya masih panjang, ditawarin jadi album. Makanya kita tambah tiga lagu lagi, ‘Delusi’, ‘Mengalir Menjadi Martir’, dan ‘Kala Menjeru’. Ngebut bikinnya,” kata Jhon.
Vertical Abuse juga memutuskan untuk remake lagu “Heaven’s Final War” dari Integrity. Jhon pun mendapat izin dari Integrity tanpa syarat.
“’Heaven’s Final War’, Integrity ini Vertical pengen bikin materi kayak gitu. Saya suka banget Integrity, yang masih kental hardcore. Aransemennya aneh pisan. Temponya juga aneh. Kental hardcore, tidak terdengar seperti repetisi. Tantangan buat Vertical. Liriknya juga masih nyambung perang akhir zaman selaras Jurnal Apokalips,” ujar Jhon.

Rilisan Jurnal Apokalips dari Vertical Abuse. Foto: Disaster Records.
Jurnal Apokalips bermuatan karya-karya musik yang menampilkan cerminan sudut pandang akhir zaman, dari perspektif Vertical Abuse. Apokalips yang mereka sodorkan tak melulu harfiah sebagai hari akhir yang menghabiskan seluruh manusia di dunia.
Mereka memaknai “batas penghabisan” yang begitu terhubung dengan kondisi individu: Soal tekanan sosial, kegundahan, lingkungan kelam, kematian, hingga kekerasan negara atas warga sipil.
“Ada soal kekhawatiran tentang kematian. Bagaimana kegundahan mengadapi kematian. Depresi keseharian. Banyak ngobrol sama orang-orang lalu diserap jadi lagu-lagu kami. Makanya Jurnal Apokalips menyentuh beberapa aspek, karier, kehidupan, keluarga, sosial,” kata Jhon.
Soal kesehatan mental dalam lagu Senja Berkala merupakan kisah nyata yang dipetik Jhon dari pengalaman temannya. Ia menerima curhat yang mengungkap runtuhnya kondisi psikologis, menjadi public enemy, hingga memunculkan keinginan untuk mengakhiri hidup.
Senja Berkala bercerita tentang penggambaran momen-momen kesengsaraan jiwa yang teramat parah dan mendera berulang kali sepanjang hidup. Hingga akhirnya kematianlah yang dimaknai sebagai penyelamat.
Vertical Abuse juga menyoroti soal penyalahgunaan wewenang oleh para penguasa negara beserta rombongan oligarkinya. Lewat lagu Garda Domestik Subsersif, mereka meluapkan perlawanan terhadap kekerasan negara dan alat hukumnya pada warga sipil, termasuk pada para petani yang menolak pembangunan pabrik semen di Kendeng, Rembang, Jawa Tengah.

Rilisan Jurnal Apokalips dari Vertical Abuse. Foto: Disaster Records.
Artwork
Artwork yang dikebut tiga malam demi deadline merepresentasikan Jurnal Apokalips yang mereka usung: Soal tekanan sosial, kegundahan, lingkungan kelam, kematian, hingga kekerasan negara atas warga sipil.
Tengkorak manusia dan kuda, pecahan kaca, hingga jam pasir menggambarkan apokalips yang memantik huru-hara, kekacauan, kehancuran, serta menandakan akhir waktu.
“Asalnya gambar ini udah jadi dalam seminggu. Digambar manual. Terus datanya hilang. Dikebut lagi tiga hari dibantu digital, buat edit dan coloring,” kata Jhon.
Proses penggarapan album “Jurnal Apokalips” oleh Vertical Abuse memakan waktu cukup lama dan melibatkan beberapa tahap, seperti pembuatan pola riffing, fill & picking gitar, mapping bagan lagu, pengaturan tempo, pembuatan lirik, guiding, tracking, editing, re-amping, mixing, & mastering.
Mereka juga bekerja sama dengan Lukita” Luke Heartwork” (Pitfall, Lose It All, Birds Of The Coming Storm, Extincted). Luki juga berkontribusi untuk kurasi lirik, aransemen, arahan, hingga terlibat mengisi backing vocal.
Proses perekaman dan rekaman dilakukan dalam waktu 2 minggu dan rekaman dilakukan di Rebuilt 40124 Bandung & SS62 untuk re-amping.
Vertical Abuse
Vertical Abuse terbentuk pada tahun 2020 dan saat ini beranggotakan Andy La Jhon (vokal), Reza Septian (gitar), Anggara Pandu (bass), Oktav Mutter (drum), Reza Pratama (gitar).
Nama Vertical Abuse diartikan sebagai penyalahgunaan yang didasarkan pada kekuasaan yang menyudutkan atau tidak bijaksana. Mereka menganggap bahwa band ini merupakan sebuah perlawanan terhadap segala bentuk kekuasaan yang tidak adil.
Vertical Abuse bertujuan untuk menyajikan musik yang lebih agresif dan heavy dari komponen musikalitas esensi hardcore itu sendiri. Mereka ingin menyajikan suatu referensi baru musik hardcore yang lebih versatile dan heavy.
Jurnal Apokalips Track list:
01 Suar Bala
02 Jurnal Apokalips
03 Delusi
04 Garda Domestik Subversif
05 Senja Berkala
06 Mengalir Menjadi Martir
07 Mantra Murka
08 Batas Penghabisan
09 Kala Menjeru
10 Heaven’s Final War
Jurnal Apokalips:
Produced by Vertical Abuse & Luke Heartwork
Track 1,2,4,5,7,8, & 10 Written & Composed by Reza Septian & Luke Heartwork
Track 3,6, & 9 Written & Composed by Reza Septian & Reza Pratama
The Original Song “Heaven’s Final War” Written & Composed by Dwid Hellion & Integrity
Engineered by Vertical Abuse
Mixed & Mastering by Oktav Mutter at Rebuilt 40124 Studio, Bandung
All Lyrics Written by Andy La Jhon & Luke Heartwork,
Except “Heaven’s Final War” by Dwid Hellion
All Backing Vocal by Luke Heartwork
Guest Vocal on “Mengalir Menjadi Martir” by Popo Uji from Demons Damn
Cover by Andy la Jhon & Layout by Luke Heartwork
Band Photos by Afif Faisal.***
Tinggalkan Balasan