Batas Abstraksi dan Realisme Yogie Achmad Ginanjar di Pameran Borderline

Seniman berasal dari Bandung, Yogie Achmad Ginanjar melangsungkan pameran tunggalnya di Orbital Dago, Bandung, 17 Mei hingga 11 Juni 2003.

Judul Borderline dipilih berdasarkan karya-karya lukisan Yogie yang bercorak di antara batasan realisme dan abstraksi, sejalan dengan langkah Yogie mengembangkan berbagai teknik yang menggabungkan antara abstrak, aksi melukis, dan hiperealisme sejak 2017.

Borderline merupakan pameran tunggal Yogie di tengah keterlibatannya dalam pameran kelompok di beberapa kota, dan menguratori beberapa pameran dalam beberapa tahun terakhir.

Maka, dalam pameran ini Yogie sendiri yang membuat pernyataannya sebagai seniman sekaligus kurator.

Life is Golden, Oil, Gold Leaf on Canvas 30 x 50 cm, 2022, karya seniman Yogie Achmad Ginanjar dalam pameran Borderline, di Orbital Dago, 17 Mei hingga 11 Juni 2003. Foto: Orbital Dago Bandung.

Mengaburkan Batas

Dalam perjalanan artistiknya baru-baru ini, Yogie begitu kepincut oleh interaksi antara realisme dan abstraksi. Ia mencermati kelindan dua gaya tersebut bagaikan tarian halus yang terjadi di sepanjang garis batas dunia yang kontras ini.

Lukisan Yogie menjelajahi medan kaya yang ada di area liminal antara yang berwujud dan tidak berwujud, yang akrab dan yang penuh teka-teki.

Melalui karya-karya ini, ia berusaha untuk menantang batas-batas representasi konvensional, mengundang pemirsa untuk memulai eksplorasi visual yang mengaburkan batas antara apa yang nyata dan apa yang dibayangkan.

Truth is Fire, Acrylic, Gold Leaf on Canvas 50 x 50 cm, 2023, karya seniman Yogie Achmad Ginanjar dalam pameran Borderline, di Orbital Dago, 17 Mei hingga 11 Juni 2003. Foto: Orbital Dago Bandung.

Oleh karena itu, dalam praktiknya Yogie mengeksplorasi berbagai teknik yang melintasi spektrum realisme dan abstraksi.

Dalam prosesnya, ia memulai dengan subjek konkret yang sering diambil dari mahakarya klasik terkenal. Dengan cermat detail yang rumit dicoba untuk ditonjolkan agar audiens bisa mengenali dan terhubung mudah dengan subjek yang familiar.

Namun, seiring berjalannya proses secara bertahap Yogie memperkenalkan elemen abstraksi, untuk kemudian menjalinnya ke dalam jalinan komposisi.

Abstraksi-abstraksi ini berbentuk sapuan kuas yang berani, warna-warna cerah, atau bentuk-bentuk yang terdistorsi, yang menanamkan rasa kedalaman emosional dan ambiguitas pada karya tersebut.

Baca Juga :   Pameran Tunggal “Mengakar”, Eksplorasi Dinamis Adhikara Tentang Batik Pesisir
Celestial, Acrylic, Gold Leaf on Canvas 50 x 50 cm, 2023, karya seniman Yogie Achmad Ginanjar dalam pameran Borderline, di Orbital Dago, 17 Mei hingga 11 Juni 2003. Foto: Orbital Dago Bandung.

Konsep “batas” dalam tajuk Borderline ini dirasa cocok sebagai jangkar konseptual dalam praktik artistik yang tengah ditawarkan Yogie. Borderline adalah eksplorasi batas-batas yang ada; tidak hanya di ranah seni tetapi juga di dalam pengalaman manusia.

“Garis batas ini, seperti ingatan yang bersifat fana atau emosi sekilas yang membentuk hidup kita, selalu berubah dan sulit dipahami. Melalui lukisan saya, saya bertujuan untuk mengabadikan momen-momen yang sulit dipahami ini, menundanya dalam konteks waktu, dan mengajak pemirsa untuk merenungkan keindahan dan kompleksitas kondisi manusia,” tutur Yogie.

42:42, Acrylic, Gold Leaf on Canvas 50 x 50 cm, 2023, karya seniman Yogie Achmad Ginanjar dalam pameran Borderline, di Orbital Dago, 17 Mei hingga 11 Juni 2003. Foto: Orbital Dago Bandung.

Dengan mengaburkan batas antara realisme dan abstraksi, karya-karya Borderline menawarkan penyimpangan dari batasan representasi tradisional, dan memungkinkan spektator untuk memulai perjalanan subjektif.

“Setiap sapuan kuas menjadi undangan untuk melangkah ke alam imajinasi, untuk terlibat dengan karya seni pada tingkat emosional, dan mempertanyakan hakikat persepsi,” katanya.

Transcape 1, Acrylic, Gold Leaf on Canvas 50 x 50 cm, 2023, karya seniman Yogie Achmad Ginanjar dalam pameran Borderline, di Orbital Dago, 17 Mei hingga 11 Juni 2003. Foto: Orbital Dago Bandung.

Dalam interaksi realisme dan abstraksi, Yogie menemukan rasa kebebasan yang mendalam. Di dalam keseimbangan “borderline”yang halus, ia menemukan kemungkinan tak terbatas dalam ekspresi artistik.

“Saya mengundang Anda untuk bergabung dengan saya dalam perjalanan penjelajahan ini, di mana batas-batas menghilang, dan dunia baru muncul,” ujar Yogie.

Barisan karya Yogie Achmad Ginanjar yang dipamerkan pada Borderline bisa dilihat di Galeri Foto Mikrofon.id dengan akses melalui link berikut: Pameran Borderline Yogie Achmad Ginanjar.

Bio Singkat

Yogie Achmad Ginanjar. Foto: Orbital Dago.

Yogie Achmad Ginanjar lahir di Bandung, 5 Desember 1981, adalah seorang seniman dan kurator Indonesia yang saat ini bekerja dan tinggal di Bandung. Yogie lulus dengan predikat Cum Laude dari Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Seni Lukis.

Sejak 2004, Yogie telah berpartisipasi dalam pameran dan program seni di seluruh dunia. Tahun 2005, Yogie mengikuti workshop yang digagas Agus Suwage di Galeri Soemardja, Bandung-Indonesia.

Baca Juga :   Semangat Juang Seniman dalam Pameran Art Quarantine #5

Pada tahun yang sama (2005), ia diundang untuk mengikuti Workshop Kurator bersama Malcolm Smith, Asia Link, dan Yayasan Kelola memprakarsai program tersebut.

Pameran kelompok:

I Play Karena Itu Aku, Galeri Nasional, Jakarta-Indonesia (2005);

Bandung dalam Kemunculan, Selasar Sunaryo Art Space, Bandung-Indonesia (2006);

REFRESH, Valentine Willie Fine Art, Singapura (2008);

Pameran Seni Internasional Korea (KIAF), Korea Selatan (2010-2011);

ArtStage Singapura, Singapura (2010-2013);

Asia Tenggara (SEA)+ Triennale, Galeri Nasional-Indonesia (2013);

Bazaar Art Jakarta (Setiap tahun sejak 2012-2017);

Pameran Sovereign Asia Art Awards, Espace Louis Vuitton, Singapura (2013).

Pembukaan Pameran Finalis Sovereign Asia Art Prize-2017, Hong Kong (2017).

Imajinasi Sunyi, Galeri G13 Selangor-Malaysia.

Lost in Love, Acrylic, Gold Leaf on Canvas 30 x 50 cm, 2023, karya seniman Yogie Achmad Ginanjar dalam pameran Borderline, di Orbital Dago, 17 Mei hingga 11 Juni 2003. Foto: Orbital Dago Bandung.

Pameran Tunggal:

Neo Chiaroscuro, Valentine Willie Fine Arts, KL-Malaysia (2009);

VERISIMILITUDE, Valentine Willie Fine Arts, KL-Malaysia (2013).

Prestasi:

Pemenang Vote Publik untuk Sovereign Asia Art Prize (2017),

Juara 1 Lomba Kurator, Museum Sri Baduga- Museum Provinsi Jawa Barat-Indonesia (2004); Best Student of The Year Jurusan Seni Rupa, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung (2005);

Karya Terbaik, Lomba Lukis Jawa Barat (2006, 2007)

Karya Kurator:

Parrhesia, Pameran Tunggal Tjutju Widjaja, Pullman Jakarta Central Park (2017);

Antarmuka: Bandung, Valentine Willie Fine Arts Malaysia (2012);

Hear No Evil, See No Evil: Pameran Tunggal Tjutju Widjaja, Cemara 6 Galeri, Indonesia (2016).***

Posts created 399

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Begin typing your search term above and press enter to search. Press ESC to cancel.

Back To Top