Bangkitnya Titik Chaos Jangan Entertainment lewat Pameran Ilustrator Hitam-Putih ‘Resurrection’


Didukung Arian13, Titik Chaos dan Jangan Entertainment menggelar pameran ‘Resurrection,’ di The Hallway Kosambi Bandung, 2022. Foto: Muhammad Fikry Mauludy/mikrofon.id.

MIKROFON.ID – Melewati masa vakum akibat pandemi dua tahun terakhir, Titik Chaos kembali mengadakan pameran.

Yang menjadikannya istimewa, kali ini pameran Titik Chaos digelar bersama Jangan Entertainment, di The Hallway Space Kosambi, Bandung.

Mengambil tema ‘Resurrection’ sebagai makna kebangkitan, pameran yang dijalani 28 Maret-5 April 2022 ini menjadi yang pertama dihelat di luar kampus Itenas, dan diikuti ilustrator dari berbagai kota.

“Pameran Titik Chaos bertemakan ‘Resurrection’ adalah sebuah pameran yang mengangkat karya hitam di atas putih dengan format pameran interaktif. Pengunjung dapat melihat langsung karya yang disajikan dan ikut serta dalam menyumbang karya untuk dipamerkan di dalam pameran tersebut,” kata Andri “Anjrit” Januaris, ketua penyelenggara Titik Chaos kali ini.

Ia mengatakan, ‘Resurrection’ atau yang berartikan kebangkitan sengaja diambil sebagai tema kali ini untuk menggambarkan kondisi yang terjadi dengan pameran ini.

Titik Chaos terakhir diselenggarakan di kampus Itenas pada tahun 2019 dan harus tertahan selama 2 tahun dikarenakan pandemi Covid-19.

Perhelatan terbaru ini merupakan inisiatif untuk membangkitkan lagi brand Titik Chaos dan menyebarluaskan ranahnya untuk seluruh masyarakat Bandung dari berbagai kalangan dan latar belakang.

Didukung Arian13, Titik Chaos dan Jangan Entertainment menggelar pameran ‘Resurrection,’ di The Hallway Kosambi Bandung, 2022. Foto: Muhammad Fikry Mauludy/mikrofon.id.

Awal Chaos

Titik Chaos bermula dari jenuhnya mahasiswa DKV Itenas Bandung berekspresi di bawah batasan sistem perkuliahan. Norma-norma keilmuan di kelas tak terhubung dengan atmosfer musik ekstrim yang membalut pikiran dan tubuh mereka.

Tugas-tugas grafis di perkuliahan menuntut mereka dengan penyiapan diri berkarier di dunia kerja. Materinya tentu menyesuaikan dengan kebutuhan selera pasar.

Namun, di balik keseriusan mereka meningkatkan skill ilustrasi dan grafis di kelas, rupanya ada gairah mereka dalam meluapkan ekspresi di ranah alternatif.

Dalam kesehariannya, lingkungan mahasiswa DKV Itenas begitu “gelap.” Sebagian besar mahasiswa pengguna rutin kaos hitam, khususnya berlogo dan artwork band musik ekstrim.

Lalu, mahasiswa Desain Komunikasi Visual berhimpun untuk mengumpulkan karya-karya senada gairah mereka, di luar tugas kuliah.

Ilustrasi berbagai bentuk tulang dan tengkorak bertema kegelapan meluap dari tumpukan media penyimpanan digital.

Karya-karya hitam-putih itu lalu dicetak dan digantung menggunakan tali di Tribun Itenas pusat nongkrong mahasiswa, menjadikannya pameran Titik Chaos yang mampu bergulir dari tahun ke tahun, sejak September 2015.

“Awalnya acara kampus. Beberapa tahun lalu. Karya mahasiswa digantung di tribun Itenas, tempat anak-anak DKV Itenas ngumpul. Kita jenuh karena harus berekspresi,” katanya.

Didukung Arian13, Titik Chaos dan Jangan Entertainment menggelar pameran ‘Resurrection,’ di The Hallway Kosambi Bandung, 2022. Foto: Muhammad Fikry Mauludy/mikrofon.id.

Bagi para peserta, ada aturan yang digulirkan Titik Chaos: Karya harus original, bernuansa gelap dan jahat.

“Dari awal memang dipilih tema black and white. Di kampus itu begitu biasa melihat mahasiswa memakai baju hitam, gambar berakar, karena kebanyakan penyuka metal, punk, hardcore, dan musik ekstrim lainnya. Setiap angkatan juga wajib punya band,” kata mahasiswa DKV Itenas 2018 ini.

Para ilustrator mengumbar ragam teknik mulai dari pointilis, cross-sketchingconcept art, kolase, graffiti, lukisan grayscale, dan digital painting.

Acara ini diadakan seadanya. Perolehan biaya yang diajukan lewat proposal tak menemukan angka ideal.

Demi memenuhi hasil karya seniman muda ini, mereka urunan untuk membeli kertas berkualitas sebagai medium hasil cetak para peserta pameran. Selain karya-karya itu, Titik Chaos kali ini juga menghadirkan karya video yang dinikmati pengunjung dalam ruang khusus.

Didukung Arian13, Titik Chaos dan Jangan Entertainment menggelar pameran ‘Resurrection,’ di The Hallway Kosambi Bandung, 2022. Foto: Muhammad Fikry Mauludy/mikrofon.id.

Arian13

Andri mengatakan, pameran mereka di The Hallway Kosambi adalah cara keluar dari zona nyaman di kampus.

“Sayang banget ada potensi bakal gede. Dibantu Jangan Entertainment, temen-temen dari kampus, diajak keluar supaya ngejangkau massa yang lebih dari pengunjung pameran di kampus. Bagi kami, pameran fisik itu penting banget, ketimbang online karena punya rasa intim,” ujarnya.

Bersama pameran ‘Resurrection’ di The Hallway Kosambi, Bandung ini, ada 30 lebih ilustrator terlibat tak hanya dari Bandung, tapi juga Tangerang, Bali, Jogja, hingga Palembang, dengan 60 karya yang dikurasi langsung oleh vokalis sekaligus kreator artwork band Seringai, Arian13.

Kali ini mereka berkolaborasi dengan Jangan Entertainment, organisator acara berumur setahun yang telah sukses menggelar rentetan acara penarik massa.

Jangan Entertainment dibentuk oleh Nashuha Rami Ismail dan Firdan Adriansyah.

Didukung Arian13, Titik Chaos dan Jangan Entertainment menggelar pameran ‘Resurrection,’ di The Hallway Kosambi Bandung, 2022. Foto: Muhammad Fikry Mauludy/mikrofon.id.

Dalam sebuah acara belum lama ini, Rami menawarkan Arian untuk menjadi kurator pameran Titik Chaos. Rupanya, acara bersemangat kolektif ini disambut baik Arian.

Firdan mengungkapkan, Titik Chaos selalu melahirkan karya-karya mahasiswa Itenas yang menjanjikan.

Dengan didukung Arian, mereka berharap mahasiswa yang memiliki talenta dan para illustrator kota Bandung lainnya bisa dikenal ke ranah yang lebih luas lagi.

Karya terpilih Arian juga mendapatkan spot khusus di venue pameran “Resurrection.”

Didukung Arian13, Titik Chaos dan Jangan Entertainment menggelar pameran ‘Resurrection,’ di The Hallway Kosambi Bandung, 2022. Foto: Muhammad Fikry Mauludy/mikrofon.id.

Jangan

Jangan Entertaiment dibentuk di Bandung pada 2021. Dipelopori oleh Firdan Aldriansyah dan Nashuha Rami Ismail, mereka bercita cita ingin membangkitkan skena musik lokal di Bandung.

Salah satunya dengan merancang acara musik di tengah riuhnya pandemi Covid-19 dengan judul “FVCKSIN GIGS.”

Acara yang digelar di Tipsy Panda ini berhasil menggaet ratusan pemuda musik dengan genre yang berbeda beda, dan menjadi program regular hingga telah berjalan 11 gigs.

“Jangan Entertainment ingin jadi wadah band yang udah punya karya tetapi belum besar. Kita ingin bantu naekin band yang masih muda untuk naik bareng-bareng. Jangan Entertainment ini akan jadi wadah buat teman-teman musik, seni, art. Kita pengen bikin festival. Cuma sekarang belajar dulu dari mikrogigs, mikroeksibisi, bikin fondasinya dulu. Sambil tetap berjejaring untuk mencuri pengalaman dari senior,” kata Firdan.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

%d blogger menyukai ini: