16 Band Keren Ragam Genre Suguhkan “Tribute to Pure Saturday”

16 Band Keren Ragam Genre Suguhkan “Tribute to Pure Saturday”

16 Band Keren Ragam Genre Suguhkan “Tribute to Pure Saturday”

Berawal dari misi sederhana untuk mempertemukan pendengar-pendengar baru dan lama musik Pure Saturday, Jangan Kolektif dan Mirror Rekords menginisiasi sebuah tribute untuk Pure Saturday.

Mereka memberi tajuk “A Tribute to Pure Saturday: P.S Our Sincere Desire.”

Dari Jangan Kolektif, Rami Satria mendiskusikan rencana ini bersama Mirror Rekords atas kekaguman, kecintaan dan keinginan mempertemukan pendengar-pendengar baru dan lama terhadap musik Pure Saturday.

Pure Saturday dinilai merupakan salah satu band indie Bandung yang menjadi pionir di skena musik indie Bandung. Mereka juga sudah bermusik selama 29 tahun dan merilis 3 album yaitu, Self Title (1996), Utopia (1999) dan Elora (2005).

Musik Pure Saturday masih cukup relevan dengan berbagai kalangan usia dari umur 18 tahun (pendengar baru) hingga sampai 45 tahun (Pendengar awal PS).

“Semangat kolektif Pure Saturday dan band Bandung lainnya saat menggarap album pertamanya 25 tahun yang lalu cukup tersimpan di memori beberapa pegiat musik di Bandung. Selain semangat gotong royong musisi Bandung saat itu, musik Pure Saturday cukup mempengaruhi musisi-musisi baru di Bandung,” kata Rami.

Pada Maret 2022, Rami mulai mengajak dan memaparkan konsep soal tribute ini pada beberapa band secara lisan.

Dari hasil ajakan itu, terhimpun 16 band keren ragam genre yang ikut terlibat dalam proyek ini. Mereka mengolah ulang lagu-lagu Pure Saturday sesuai gaya masing-masing mulai dari indie pop, shoegaze, hardcore, surf rock, punk rock, R&B, serta lainnya.

Setelah ajakan yang cukup lama pada band-band dan pemilihan lagu Pure Saturday oleh masing-masing band, terhimpun 15 band dengan beragam genre yang ikut pada awal proyek tribute ini.

Ada Bleach yang membawakan “Coklat”, CAL dengan “Utopian Dream”, Erratic Moody kebagian “Pagi”, Lamebrain mendapatkan “Pathetic Waltz”, Loner Lunar dengan lagu “Silence”, Olegun Gobs mengiringi “Nyala”, serta Rasukma mengolah “Elora.”

Selain itu, ada Ray Viera Laxmana yang kebagian membawakan “Desire”, Rub of Rub membawakan “Awan”, Saturday Night Karaoke menyuguhkan “A Song”, Sheeka mengusung “Gala”, Suarloca melantunkan Labirin, The Couch Club menyajikan “Spoken”, The Panturas menampilkan “Di Bangku Taman” dan The Sugar Spun membawakan “Simple”.

Pada pertengahan proyek ini sedang berlangsung, Nearcrush bergabung untuk ikut dalam tribute ini dan membawakan “Langit Terbuka Luas, Mengapa Tidak Pikiranku, Pikiranmu?”

Sebagai rangkaian aktivasi tribute “A Tribute to Pure Saturday: P.S Our Sincere Desire” ini, dilakukan hearing session. Acara hearing session ini dilakukan dua kali yakni Jakarta pada 20 Januari 2023 bertempat di Mbloc Space, dan Bandung pada 26 Januari 2023 bertempat di Vandal Gigs & Bar.

Selain memperdengarkan lagu Pure Saturday yang telah di-cover oleh 16 band, pada acara ini dilakukan talk show tentang proyek “A Tribute to Pure Saturday: P.S. Our sincere Desire.”

Di Jakarta, acara talk show dimoderatori Alvin Yunata (Irama Nusantara, Teenage Death Star) dengan pembicara David Tarigan (Irama Nusantara) dan Hasief Ardiasyah (Majalah Rolling Stone 2005-2017).

Di Bandung, acara dibawakan Idhar Resmadi (Penulis buku Jurnalisme Musik dan Selingkar Wilayahnya) dengan pembicara Helvi Sjarifuddin (FFWD Records, Teenage Death Star) dan Herry “Ucok” Sutresna (Grimloc Records, Morgue Vanguard).

“A Tribute to Pure Saturday: P.S Our Sincere Desire” dirilis pada 27 Januari 2023 dan didistribusikan ke berbagai platform digital oleh Mirror Rekords dan didistribusikan secara fisik oleh Disaster Records.

Artwork dikerjakan oleh Wahwah Studio, Graphic Designer: Anjritxxvi dan Anggaaula. Mixing Engineer: Varis Sechan (Bleach, Saturday Night Karaoke, The Couch Club), Ihsan Akbar (CAL), M. Thoriqul Fahmi (Erratic Moody, Loner Lunar), Alan Davison (Lamebrain), Adit Android (Nearcrush), R Bangun (Olegun Gobs), Ade Tonefreak (Rasukma), Gilanghade (Ray Viera Laxmana), Mohammad Fauzi (Rub of Rub), Adistia Pratayangsha (Sheeka), Hiday Rahmad (Suarloca), Hadiyan Fazari (The Panturas), Gilang Dhafir dan Rashief Muhammad (The Sugar Spun). Mastering Enginer: Indra Adhikusuma. Organized by Jangan Kolektif dan Mirror Rekords.

Daftar musisi/band pengisi “A Tribute to Pure Saturday: P.S Our Sincere Desire.” Foto: Jangan Kolektif.

Testimoni Band

Jangan Kolektif juga mengumpulkan testimoni dari band yang terlibat mengenai proses produksi hingga tanggapan mereka soal eksistensi Pure Saturday.

 

Bleach

Band hardcore asal Bandung ini memilih lagu “Coklat” karena menjadi representasi yang paling dekat dengan warna musik Bleach. Sejujurnya, di fase awal brainstorming yang ada di kepala mereka adalah lagu “Pathetic Waltz.” Tetapi dalam diskusi selanjutnya, Bleach merasa lagu “Coklat” bisa dibawa eksplorasi lebih dalam dengan berbagai referensi yang mereka miliki.

Ketika dapat kabar tentang proyek tribute ini, mereka begitu semangat tergerak karena beberapa teman mereka juga ikut andil di dalamnya. Satu hal yang paling membuat mereka tertarik proyek ini karena gelombang baru musisi saat ini begitu diberi kesempatan atas nama eksplorasi dan dibebaskan menghancurkan ruang dan batas yang ada.

“Tentu bukan hal yang mudah ketika kita harus mengaransemen lagu dari Pure Saturday ini. Bahkan jika diingat lagi, beberapa personel baru ngulik ketika kita memulai rekaman di studio, hahaha. Tetapi hasilnya maksimal, at least menurut kita, dan kita juga penasaran sama hasil dari teman-teman lainya,” kata Bleach.

Sebagai anak-anak yang tumbuh dan sadar dengan musik Kota Bandung yang beragam, Bleach menunjuk Pure Saturday sebagai salah satu blueprint musik pop di Bandung. “Atas nama geografis dan faktor lainnya yang mendukung, band-band seperti Pure Saturday terasa sangat pas untuk lahir di kota ini. Sepertinya musik pop dan kota Bandung adalah hal yang tidak bisa dipisahkan,” tutur Bleach.

CAL

Genre shoegaze yang melekat di CAL mengiringi lagu pilihan mereka, “Utopian Dream.” Mereka ingin menelisik nuansa akustik pada “Utopian Dream” menjadi versi full band. CAL juga begitu menyukai lirik lagu dan nada Satrio NB pada karya yang versi aslinya bertamukan Rekti Yoewono.

Saat rekaman, mereka merasakan pengalaman yang lumayan aneh sekaligus unik. Soalnya, lagu ini diaransemen hanya dalam kurun 2 jam dengan record demo, dan tak menyentuh revisi.

Lalu, mereka berempat mengobrak-abrik lagi aransemennya saat recording dan bagi mereka, hasilnya lumayan memuaskan dengan warna musik shoegaze yang selama ini dikenalkan.

Bagi CAL, Pure Saturday menjadi panutan yang memotivasi mereka supaya bisa konsisten dalam bermusik.

Erratic Moody

Band indie rock ini memilih lagu “Pagi” karena memiliki struktur yang unik dengan nuansa yang beda-beda, meski masih menyimpan ciri khas Pure Saturday yang catchy.

Beberapa part unik dari lagu ini mereka sederhanakan dengan tambahan harmonisasi vokal.

Mereka menaruh kagum pada Pure Saturday sebagai salah satu band dengan nuansa Inggris yang kental, tetapi masih bisa tetap menyajikan bahasa Indonesia yang ciamik.

Loner Lunar

Band beraliran alternative ini sempat dibuat bingung membuat aransemen untuk lagu yang mereka pilih “Silence.” Mereka tak terbiasa dengan bagan-bagan di dalam lagunya.

Tetapi ternyata lagu “Silence” malah jadi ruang eksplor baru yang seru buat Loner Lunar. Pada sesi rekaman mereka juga dibantu oleh Friska dari White Chorus dan Kareka dari Valla untuk mengisi choir.

Bagi mereka berlima, “Silence” adalah lagu Pure Saturday yang paling enak dan cocok.

“Pure Saturday itu jago banget bikin lagu, mereka bisa bikin angkatan orang tua kami dan angkatan kami sama sama suka lagu mereka,” kata Loner Lunar.

Ray Viera Laxmana

Sama-sama mengusung genre alternative, Ray Viera Laxmana memilih lagu “Desire,” yang ikut menemani dirinya tumbuh berkembang, makin bertambah umur, dan semakin bisa merasakan apa arti lagu ini. “Desire” adalah favoritnya dari lagu karya Pure Saturday lain.

Meski begitu, ia mengaku kesulitan untuk menemukan lagu ini dalam versi HQ. Maka, ia mengulik lagu ini bermodalkan audio di Youtube dengan kualitas seadanya.

“Pas rekaman semuanya ngalir aja, fun kayak jamming gitar-gitaran. Semuanya beres dalam 6 jam. Tentu dibantu tim saya The Canda Tawa. Pure Saturday menurut saya, ICON,” tuturnya.

Nearcrush

Nearcrush memilih ”Langit Terbuka Luas Mengapa Tidak Pikiranku, Pikiranmu?” untuk tribute ini.

Lagu khusus tribute ini direkam Doma X Throne Room yang belum resmi buka. Keseruan rekaman di tempat baru yang nyaman suasananya ini dibantu oleh Friska dari White Chorus.

Lagu ini diambil dari album “Utopia,” yang bagi Nearcrush adalah sebuah underrated masterpiece.

“Semua lagunya bagus-bagus dan memorable. ‘Gala” dan ‘Labirin’ sudah di-cover band lain, jadi kami memilih ‘LTLMTPP’ yang aransemennya simple dan cerdas di saat yang sama. Buat Nearcrush, Pure Saturday adalah salah satu band Indonesia favorit kami tentunya. 3 album pertama mereka itu adalah karya yang sangat ikonik,” ujarnya.

Rub of Rub

Rub of Rub memilih lagu “Awan” karena liriknya cukup selaras dengan karya-karya mereka. Bagi Rub of Rub, Pure Saturday adalah “Living legend golden era.”

Olegun Gobs

Band dengan genre ska ini memilih lagu “Nyala” karena dianggap memiliki modulasi chord yang cukup unik sehingga membuat mereka merasa tertantang untuk mengubah lagu ini dengan versi Olegun Gobs.

Dikarenakan waktu yang mepet dan personel yang terpisahkan oleh jarak, sebisa mungkin Olegun Gobs mencoba merekam dengan maksimal. Lagu tribute ini direkam di dua tempat berbeda dan memberikan pengalaman rekaman ala awal pandemi tahun 2020.

Pure Saturday menurut Olegun Gobs adalah salah satu band legendaris yang mengisi masa muda karena banyak diputar oleh MTV dan radio kala itu.

“Mendengarkannya kembali pada saat ini membuat kami mengenang kembali masa-masa menyenangkan pada zaman itu,” katanya.

Sheeka

Lagu “Gala” yang dipilih Sheeka adalah lagu yang tidak biasa, unik, dan memiliki makna lirik yang cukup dalam. Sheeka memilih lagu ini karena liriknya berbahasa Indonesia.

“Sheeka itu asalnya pengen cover lagu ‘Kosong’, cuma kata Abah Iyo (Satria NB) jangan cover lagu itu. Hahaha. Setelah berembuk, berdiskusi, berbadami ria, akhirnya kita sepakat untuk cover lagu ‘Gala’. Hingga terbentuklah chemistry yang kuat antara Sheeka dengan lagu ‘Gala’. Selain karena 4/4, lirik lagu ‘Gala’ ternyata dalem banget, dan alur lagunya juga punya jalan yang enggak biasa, tapi tetap bisa dimengerti dan dinikmati,” tuturnya.

Ghilang melihat Pure Saturday itu cerdas, bisa mengemas musik yang sulit menjadi sederhana bahkan “unik”. Sehingga siapapun bisa mengerti untuk menikmati lagu-lagunya. Adapun menurut Digun, Pure Saturday adalah sekumpulan legenda yang musiknya bisa merepresentasikan dinginnya Bandung, dengan lirik yang menusuk.

Suarloca

Di awal, Suarloca mencoba milih lagu yang resonate sama Suarloca, dari jiwanya secara keseluruhan ketika didengarkan. “Secara aransemen, ‘Passepartout’ sempet jadi opsi, tapi karena faktor lirik akhirnya kita pilih ‘Labirin’,” tuturnya.

Ada cerita menarik saat rekaman lagu “Labirin” ini.

“Studio rekamannya cukup berkesan. Ini pertama kali kita rekaman di Fun House dan langsung dibantu sama yang punyanya, Kang Edo. Such an honor. Terus waktu take gitar, Lana lagi drop tapi maksain buat rekaman. Sempet ditawarin sama Kang Edo buat dijokiin aja sama dia, kasihan kayaknya mengkhawatirkan. Haha. Alhamdulillah akhirnya beres semua tanpa ada yang dijokiin,” katanya.

Suarloca memang tak merasakan masa kejayaan mereka. Tetapi sejujurnya, mereka salut dengan karya-karya Pure Saturday yang masih bisa direspons baik ke berbagai generasi hingga sekarang.

“Sebelum ikut kompilasi cuma tahu lagu yang populernya aja. Setelah dengerin lagu lainnya, musik mereka kaya banget referensinya. Aransemennya juga ‘antik-antik’. Beberapa malah enggak konvensional, termasuk yang Suarloca cover ini,” ujarnya.

The Couch Club

Lagu “Spoken” yang dibawakan ulang dinilai cocok dengan segi musik The Couch Club, dan mereka begitu menyukai lagu ini.

“Karakter Atria di vokal lebih keluar di lagu ’Spoken’ ini dibandingkan di lagu The Couch Club sendiri. (Alasan memilih lagu tersebut) Karena dari segi musiknya sangat The Couch Club dan dapet rekomendasi dari Microgram dan kita suka sama lagu ‘Spoken’. Pure Saturday adalah sebuah band yang sangat merepresentasikan band indie Bandung,” ujarnya.

The Panturas

Aransemen lagu “Di Bangku Taman” dibuat cukup spontan oleh The Panturas yaitu dibuat pada hari yang sama dengan hari rekaman.

“Terus masalah rekaman tentu kita beres terdepan.Tapi anehnya malah Olegun yang masuk kompilasi belakangan malah beres duluan lagunya, hahahahaha. Selain merupakan lagu favorit kami di album ‘Utopia’, kami kepincut dengan gaya gitar reverb-ish yang dimunculkan dalam verse lagu ini. Rasanya seperti ada sepotong jiwa kami dalam lagu tersebut,” katanya.

Pure Saturday banyak menemani masa tumbuh personel The Panturas dengan lagu-lagu yang memukau.

“Rasanya sulit untuk tidak menaruh Pure Saturday dalam sebuah percakapan tentang perjalanan sejarah musik independen Bandung. Banyak hal yang kami pelajari dari mereka, mulai dari percaya akan musik yang dimainkan (walau asing di kuping orang) hingga semangat kolektif yang mereka lakukan,” ujarnya.

The Sugar Spun

Personel The Sugar Spun sedang terpencar di kota berbeda saat proses rekaman harus berjalan. Maka, proses lagu “Simple” dilakukan secara terpisah di kota masing-masing.

“Alasan memilih lagu tersebut karena “Simple” merupakan lagu pertama Pure Saturday yang vokalis kami dengar, dan pada saat kita bertiga sedang hunting lagu untuk di-rework, entah kenapa melihat judul ‘Simple’ dan komposisinya yang enggak simple membuat kita ketarik ke lagu itu. Hehehehe,” katanya, seraya menyebut Pure Saturday sebagai band keren yang menginspirasi.

Lamebrain

Mendapati “Pathetic Waltz,” Lamebrain mengakui bahwa meng-cover lagu yang memang sudah bagus dari versi aslinya cukup sulit. Secara nuansa, bagi mereka lagu ini serasa “Bandung banget.”

“Representasi Bandung yang masih sejuk, jadi mungkin kalo 50 tahun lagi Bandung keos, Pure Saturday bisa ngobatin kangen (tapi semoga saja selalu sejuk),” katanya.

Rasukma

Bagi Rasukma, sesi rekaman proyek ini cukup menarik karena ada warna baru yang mau coba dikejar di lagu “Elora”.

“Kami coba masukin drum dan piano di aransemennya, eksplorasi efek gitar, eksplorasi vocal layering, dll. Aransemen aslinya menarik: sederhana tapi nempel banget di kepala. Jadi suatu tantangan yang menarik juga untuk dibuat aransemen ala Rasukma,” tuturnya.

Menurut Rasukma, Pure Saturday merupakan satu dari sedikit band atau proyek musik yang selalu bikin mereka terheran-heran.

“Kok mereka bisa panjang banget ya umurnya? Pasti enggak gampang untuk bisa selalu produktif selama hampir 30 tahun. Inspirasi yang ciamik untuk musisi-musisi muda, termasuk kami,” ujarnya.

Saturday Night Karaoke

“A Song” dipilih Saturday Night Karaoke karena menjadi salah satu nomor yang tak terlalu sulit dibawakan ulang.

“Karena lagu-lagu Pure Saturday yang lain susah nguliknya buat band dengan kemampuan bermusik minim kayak kita,” katanya.

Bagi Saturday Night Karaoke, Pure Saturday adalah band pop asal Bandung yang sudah terbentuk lama dan masih istikamah bermain musik sampai sekarang.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

%d blogger menyukai ini: